Liputan6.com, Helsinki - Jika Anda ingin berlibur ke tempat wisata tanpa ada laki-laki, pergilah ke Pulau SuperShe. Di sana kaum Adam dilarang masuk.
Tempat itu segera dibuka di pesisir Finlandia. Di sana, kaum hawa diundang untuk menginap selama beberapa hari atau minggu, sans dudes -- tanpa kehadiran para pria.
Baca Juga
New York Post menuliskan bahwa sang pendiri yang merupakan mantan konsultan Kristina Roth memikirkan gagasan menciptakan pulau khusus wanita setelah berlibur selama beberapa hari di California.
Advertisement
"... Ide (Pulau SuperShe) adalah soal fokus pada diri sendiri..."
Roth memutuskan ke Finlandia setelah jatuh cinta dengan seorang pria setempat. Tak disangka ia menyukai pulau yang awalnya tak menarik hatinya.
Akan tetapi, begitu dia melihat tempat itu, dia jatuh cinta pada sebuat pulau utopis, lengkap dengan hutan, yang kini menjadi miliknya: SuperShe.
Pada Juli 2018, sebuah sekelompok wanita yang disebut SuperShe akan membuka pulau yang digadang-gadang sebagai tempat tujuan ultra-luxe yang berfokus pada kesehatan, di mana para tamu wanita dan perempuan hanya diundang untuk beristirahat dan bersantai.
Meskipun pendekatan khusus perempuan terdengar eksklusif, Roth menegaskan bahwa dia bukan pembenci pria. "Saya suka pria!" kata dia.
Roth masih membuka kemungkinan pria sebagai pengunjung SuperShe pada masa depan.
Sejauh ini, pengunjung SuperShe baru berasal dari lingkaran dalam Roth. Meski akan dibuka dalam lima bulan, harga masuk ke pulau itu belum ditentukan.
Pulau Terlarang bagi Kaum Perempuan
Jika SuperShe terlarang bagi pria, di Jepang ada pulau yang tak boleh dimasuki oleh perempuan.
Sebuah pulau di Jepang itu memberlakukan aturan ketat. Salah satunya melarang kaum Hawa menginjakkan kaki di sana. Aturan tersebut dianggap kontroversial bagi sebagian orang.
Okinoshima, nama pulau tersebut, menerapkan tradisi keagamaan Shinto. Aturan yang melarang perempuan datang sudah berlaku sejak zaman kuno.
Bahkan, laki-laki pun harus berhati-hati saat berkunjung. Pakaian mereka harus dilucuti dan menjalani ritual pemurnian sebelum tiba di sana.
Mereka yang berkesempatan berkunjung juga tak diperkenankan mengambil apa pun sebagai "suvenir" ketika meninggalkan pulau, sekali pun itu rumput. Rincian perjalanan mereka pun tak boleh dipublikasikan, demikian dilaporkan BBC.
Melansir dari News.com.au, pada 19 Mei 2017, seluruh penjuru Pulau Okinoshima dianggap sebagai tanah suci. Populasinya terdiri dari para pendeta Shinto yang memelihara kuil, yang merupakan bagian dari Munakata Grand Shrine.
Merekalah yang menegakkan larangan bagi perempuan untuk berkunjung ke Okinoshima. Namun, tak diketahui pasti apa alasan larangan tersebut ada.
"Ada berbagai penjelasan untuk larangan tersebut, tetapi beberapa mengatakan, alasannya menstruasi bisa mengotori situs tersebut," tulis pemuda bernama Ryo Hashimoto di Japan Times.
"Shinto memperlakukan darah menstruasi sebagai najis," ia menjelaskan.
Alasan lain mungkin karena perjalanan lewat laut ke pulau itu dianggap berbahaya, sehingga perempuan dilarang bepergian ke sana. Salah satunya demi melindungi diri mereka sendiri sebagai pembawa keturunan.
Okinoshima terletak di sepanjang rute perdagangan penting antara Jepang dan Semenanjung Korea antara Abad ke-5 dan ke-9. Para pelaut kerap mencari perlindungan dari para dewa dan akan berhenti di pulau itu untuk berdoa dan memberikan persembahan, termasuk manik-manik, cermin, dan pedang.
Advertisement