Ilmuwan China: Situs Tes Nuklir Korea Utara Kolaps, Bahaya Radioaktif Mengancam

Salah satu fasilitas tes nuklir Korea Utara telah kolaps, mengakibatkan lokasi sekitar hingga negara tetangga berisiko terpapar radioaktif.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Apr 2018, 06:54 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2018, 06:54 WIB
Foto Ini Menguak Detil Rencana Baru Program Nuklir Korea Utara
Foto Ini Menguak Detil Rencana Baru Program Nuklir Korea Utara (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Salah satu fasilitas tes nuklir Korea Utaradilaporkan kolaps. Akibatnya,  area sekitar, bahkan hingga negara tetangga, berisiko terpapar radioaktif, demikian menuut kelompok riset yang berbasis di China.

Kelompok riset itu menjelaskan, runtuhnya fasilitas itu disebabkan akibat penggunaannya sebagai situs uji coba rudal nuklir sebanyak lima kali berturut-turut dalam beberapa waktu terakhir. Demikian seperti dilansir The South China Morning Post (SCMP), Rabu (25/4/2018).

Situs tes yang dimaksud oleh firma China tersebut berlokasi di Gunung Mantap, Punggye-ri Nuclear Test Site di barat laut Korea Utara.

Lima dari total enam tes nuklir Korea Utara dilaporkan telah dilakukan di bawah gunung tersebut -- yang memiliki fitur terowongan sedalam 700 meter (2.296 kaki) di bawah kaki gunung.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Wen Lianxing, seorang ahli geologi dari University of Science and Technology of China di Hefei, menjelaskan bahwa situs itu juga pernah menjadi lokasi tes hulu ledak nuklir termal terkuat Korea Utara.

Serangkaian tes itu mengubah gunung menjadi fragmen yang rapuh, kata tim peneliti.

Laporan itu juga memicu kekhawatiran lain. Keruntuhan fasilitas itu bisa mengakibatkan zat radioaktif bocor dan meluas ke lokasi sekitar, atau bahkan, negara tetangga seperti China.

Debu radioaktif bisa lolos melalui lubang atau retakan di gunung yang rusak, kata para ilmuwan.

"Penting untuk terus memantau kebocoran bahan radioaktif yang disebabkan oleh insiden kolapsnya fasilitas tersebut," kata tim yang dipimpin Wen Lianxing dalam pernyataannya.

Temuan ini akan dipublikasikan di situs web jurnal ilmiah Geophysical Research Letters pada bulan depan.

Di sisi lain, runtuhnya fasilitas itu, lanjut kelompok riset tersebut, turut diduga menjadi alasan bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Jumat pekan lalu menyatakan akan membekukan uji coba nuklir dan rudal serta menutup situs tersebut -- yang turut dikonfirmasi oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Moon Jae-in mengatakan bahwa Korea Utara "telah menyatakan komitmen untuk melakukan denuklirisasi kepada komunitas internasional".

"Beberapa orang sempat mengira bahwa Korea Utara akan mengusulkan untuk pembatasan nuklir jika sekiranya mereka berdialog dengan Amerika Serikat nanti. Namun, Korea Utara justru sudah mengutarakan komitmen untuk melakukan denuklirisasi secara penuh," ujarnya, seperti dikutip dari Hankyoreh, 21 April 2018.

Korea Utara melihat Gunung Mantap sebagai lokasi ideal untuk eksperimen nuklir bawah tanah -- yang menjulang setinggi 2.100 mdpl, memiliki dataran tebal, lereng yang lembut, dan dianggap mampu menahan kerusakan struktural.

 

Saksikan juga video berikut ini:

Keretakan Kaki Gunung

Kim Jong-un Saksikan Langsung Peluncuran Rudal Balistik
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un mengawasi langsung uji coba peluncuran rudal balistik Hwasong-12 di lokasi yang tak diketahui pada foto yang dirilis Sabtu (16/9). Kim Jong-Un bersumpah akan menyempurnakan kekuatan nuklir negaranya. (KCNA/KNS via AP)

Sebelumnya, permukaan Gunung Mantap tak menunjukkan kerusakan. Namun, usai empat uji coba nuklir bawah tanah yang dilakukan pada tahun 2017, kerusakan mulai tampak, kata tim riset Wen Lianxing.

Kerusakan semakin diperparah oleh tes bom 100 kiloton yang diuji coba pada 3 September 2017 -- menguapkan batuan di sekitarnya dengan suhu panas tinggi dan menghasilkan lubang berdiameter hingga 200 m, menurut pernyataan yang dipasang di situs web tim Wen, Senin.

Ledakan itu memicu retakan dan meninggalkan bekas 'luka' di kaki gunung, bahkan terlihat dari citra satelit.

Wen menyimpulkan bahwa gunung yang dikumpulkan itu runtuh setelah menganalisis data yang dikumpulkan dari hampir 2.000 stasiun seismik.

Tiga gempa bumi kecil yang melanda daerah-daerah terdekat setelah keruntuhan menambahkan kepercayaan pada kesimpulannya, menunjukkan situs uji telah kehilangan stabilitas geologisnya.

Tim peneliti lain yang dipimpin oleh Liu Junqing di Jilin Earthquake Agency dengan China Earthquake Administration di Changchun, memiliki kesimpulan serupa dengan Wen Lianxing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya