Liputan6.com, Canberra - Seorang pejabat senior Australia bidang keamanan nasional yang anonim mengatakan, pemerintahan Perdana Menteri Malcolm Turnbull memperkirakan bahwa Amerika Serikat tengah bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran. Demikian menurut laporan ABC.net.au, seperti dikutip pada Minggu (29/7/2018).
Kemungkinan serangan bisa dilakukan secepatnya bulan depan, dan Australia diperkirakan akan dimintai bantuan untuk menentukan sasaran yang akan dibom.
Keterangan ini muncul di tengah semakin meningkatnya perang kata antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Advertisement
Keterangan yang diperoleh ABC Australia menyebutkan bahwa fasilitas pertahanan Australia yang dirahasiakan tempatnya akan memainkan peran menentukan target sasaran di Iran.
Pihak lain yang juga dilibatkan adalah dinas intelejen Inggris.
Baca Juga
Namun pejabat senior bidang keamanan nasional tersebut menekankan adanya perbedaan besar antara memberikan data intelejen akurat dan analisa mengenai fasilitas Iran dengan keterlibatan dalam proses penyerangan.
"Membantu membangun informasi yang tepat sangat berbeda dengan berpartisipasi dalam serangan." kata sumber tersebut.
"Memberikan data intelejen dan memahami apa yang terjadi di lapangan dilakukan sehingga pemerintah dan pemerintah negara sekutu lainya betul-betul mengetahui saat mengambil keputusan. Itu berbedea dengan ikut melakukan serangan."
Fasilitas pertahanan Australia yang sangat dirahasiakan, Pine Gap di Northern Territory, dianggap sangat penting di kalangan mitra intelejen "Five Eyes" --AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru-- dalam peran mengarahkan satelit mata-mata Amerika Serikat.
Para analis dari Organisasi bernama Australian Geospatial-Intelligence Organisation --yang tidak banyak diketahui keberadaannya-- juga diperkirakan akan memainkan peranan.
Sementara beberapa kalangan di dalam pemerintahan PM Turnbull yakin bahwa Trump sedang mempersiapkan kekuatan militer terhadap Iran, yang lain melihat hal tersebut hanyalah sebuah ancaman belaka.
Ini disebabkan karena konflik dengan Iran akan menghasilkan respons yang tidak bisa diduga di Timur Tengah.
Bila ada serangan, Kanada besar kemungkinan tidak akan berperan dalam aksi militer ke Iran, demikian juga dengan Selandia Baru.
Di sisi lain, Perdana Menteri Malcolm Turnbull hari Jumat 27 Juli 2018 mengatakan bahwa dia tidak merasa bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan diri bagi konfrontrasi militer.
Simak video pilihan berikut:
Ancaman Donald Trump kepada Iran
Awal pekan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan keras terkait Iran lewat akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump. Pernyataan itu diutarakan Trump pada Senin, 23 Juli 2018.
Lewat sebuah twit, Trump memberi peringatan kepada Presiden Iran Hassan Rouhani agar tidak mengancam Amerika Serikat.
Hal itu tampak sebagai respons atas komentar Rouhani yang mengatakan bahwa dirinya bisa saja menghentikan pengiriman minyak ke AS jika Trump terus memprovokasi Iran. Demikian seperti dikutip dari DW, Senin 23 Juli 2018.
Menanggapi pernyataan Rouhani, Donald Trump di akun Twitter menulis dengan huruf besar "JANGAN PERNAH MENGANCAM AMERIKA SERIKAT LAGI."
Selanjutnya dia balas mengancam dan mengatakan bahwa Iran "AKAN MENANGGUNG KONSEKUENSI SEPERTI YANG SEBELUMNYA HANYA PERNAH DIDERITA BEBERAPA PIHAK SEPANJANG SEJARAH."
To Iranian President Rouhani: NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) July 23, 2018
Tanggapan Iran
Seorang komandan pasukan khusus Iran telah memperingatkan Presiden Donald Trump, bahwa jika Amerika Serikat menyerang Iran, semua yang dimiliki Negeri Paman Sam akan hancur.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani, nama komandan tersebut, bersumpah bahwa jika pasukan AS memulai perang, Republik Islam Iran akan menumpas habis, demikian seperti yang dilaporkan kantor berita nasional Tasnim.
Dikutip dari BBC, Jumat 27 Juli 2018, sikap tegas Jenderal Soleimani itu disampaikan untuk merespons twit Donald Trump di atas.
Mayor Jenderal Soleimani --yang memimpin Pasukan Quds dari pengawal revolusi elite Iran-- mengatakan pada Kamis, 26 Juli 2018, bahwa: "Sebagai seorang prajurit, adalah tugas saya untuk menanggapi ancaman Anda (Trump)."
"Bicaralah padaku, jangan kepada presiden (Hassan Rouhani). Ini bukan martabat pemimpin kami untuk menanggapi Anda. Jika Anda memulai perang, kami akan mengakhiri perang. Anda tahu bahwa perang ini akan menghancurkan semua yang kamu miliki."
Dia juga menuduh Presiden AS menggunakan diksi "klub malam dan ruang perjudian", pilihan kata yang dianggap tak sopan.
Pada akhir pekan lalu, Presiden Trump sempat membuat twit yang mengejutkan, sebagai bentuk kemarahan terhadap Presiden Iran.
Sebagaimana dilansir kantor berita Tasnim, Presiden Hassan Rouhani sempat mengatakan, "Mereka harus tahu bahwa perdamaian dengan Iran adalah awal dari semua perdamaian, dan perang dengan Iran adalah awal dari semua perang."
Akan tetapi, dua hari kemudian, ketika berbicara dengan kelompok veteran, Donald Trump mengatakan AS "siap membuat kesepakatan nyata" dengan Iran.
Advertisement