Ditikam Saat Kampanye, Capres Sayap Kanan Brasil Kritis

Kandidat presiden Brasil dari pihak sayap kanan ditikam oleh seorang pria saat tengah berkampanye di tengah kerumunan massa.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 07 Sep 2018, 10:32 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 10:32 WIB
Kandidat presiden Brasil, Jail Bolsonaro, mengalami serangan penikaman saat tengah berkampanye (AFP/Raysa Leite)
Kandidat presiden Brasil, Jail Bolsonaro, mengalami serangan penikaman saat tengah berkampanye (AFP/Raysa Leite)

Liputan6.com, Brasil - Jair Bolsonaro, kandidat sayap kanan yang unggul dalam persiapan menuju pemilihan presiden Brasil, dilaporkan tengah kritis setelah ditikam oleh saat berkampanye. Insiden itu terjadi hanya satu bulan sebelum pemilihan.

Bolsonaro dilarikan ke rumah sakit Santa Casa de Misericordia di Kota Juiz de Fora, sekitar 200 kilometer utara Rio de Janeiro, setelah ditikam oleh seorang pria yang berlari ke arahnya saat ia tengah diarak oleh kerumunan pendukungnya.

"Ada beberapa luka tikam di tubuh Jair Bolsonaro, dan kini sedang dirawat di rumah sakit, dalam kondisi sangat kritis karena banyak kehilangan darah," ujar Glaucio Souza, salah satu ahli bedah yang mengurus sang kandidat presiden, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (7/9/2018).

Ditambahkan bahwa luka akibata tikaman pisau itu semakin dalam, memotong urat nadi di perut Bolsonaro, dan menyebabkan dua luka lain di ususnya, kata ahli bedah lain Luiz Borsato, dalam konferensi pers yang disiarkan via Facebook.

"Pasien sekarang dalam perawatan intensif. Ini adalah situasi yang kritis karena besarnya trauma, tetapi sejauh ini dia stabil," jelas Borsato.

 

Menurut anak laki-laki Bolsonaro, Flávio --yang mencalonkan diri di Senat Brasil-- luka yang dialami ayahnya tampak dangkal, tetapi kemudian ketika dibawa ke rumah sakit, kondisinya justru semakin kritis.

"Ayah tiba di rumah sakit 'hampir mati' setelah kehilangan banyak darah," kata Flavio dalam kicauan di Twitter.

Bolsonaro disebut akan dirawat di rumah sakit setidaknya seminggu atau sepuluh hari ke depan. "Operasi ini sangat baru. Bisa memakan waktu berhari-hari, bisa butuh berminggu-minggu. Kami tidak tahu bagaimana kami akan mengatasinya," kata Borsato, mewakili tim bedah rumah sakit terkait.

Laporan surat kabar O Globo menulis bahwa Bolsonaro sempat melambai panik seraya memegang perut ketika diarak, sebelum kemudian berteriak kesakitan dan jatuh ke pelukan orang-orang di sekitarnya.

Disebutkan pula bahwa Bolsonaro mengenakan rompi antipeluru saat kejadian, namun luka tikaman berada tepat di bawahnya.

Seorang juru bicara polisi Brasil menegaskan bahwa tersangka penyerangan --bernama Adélio Bispo de Oliveira-- kini berada di tahanan, setelah sebelumnya sempat dipukuli oleh pendukung Bolsonaro.

Dalam kampanye yang sangat tidak terduga, Bolsonaro memiliki opini terpolarisasi dengan komentar-komentar homofobiknya, seruan untuk hukum senjata yang lebih longgar, serangan ke pihak kiri, dan pujian untuk kediktatoran militer Brasil pada medio 1964-1985, yang menyiksa ribuan lawan dan mengeksekusi ratusan lainnya.

Bolsonaro menghadapi persidangan di depan mahkamah agung untuk pidato yang menurut jaksa memicu kebencian dan pemerkosaan.

Namun meningkatnya kejahatan kekerasan, kemarahan atas skandal korupsi yang berulang-ulang --dan kampanye media sosial yang efisien-- telah menaikkan elektabilitasnya. Bolsonaro kini berada di posisi kedua terpopuler, sebagai kandidat presiden, di bawah Lula da Silva yang tengah tersandung dugaan kasus korupsi.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Belum Pernah Terjadi di Brasil

Ilustrasi bendera Brasil (AFP)
Ilustrasi bendera Brasil (AFP)

Banyak media Brasil melaporkan bahwa motif serangan pelaku masih belum diketahui pasti, kecuali beberapa laporan saksi mata yang mengatakan "serangan itu diperintahkan oleh Tuhan".

"Polisi bereaksi dengan cepat. Petugas berseragam yang ada di sana langsung menangkap penyerang," kata Mayor Flavio Santiago, seorang juru bicara dari kepolisian kota Juiz de Fora.

Santiago mengatakan serangan semacam itu jarang terjadi di Brasil. "Para kandidat dalam proses politik kal ini semakin dekat dengan publik, mereka memiliki keamanan, polisi ada di sana," katanya.

"Di Brasil kami tidak memiliki budaya serangan jenis ini, di mana seseorang dapat menerobos keamanan dan menyerang seorang kandidat," tambah Santiago.

Meski begitu, kekerasan politik dilaporkan terus meningkat di Brasil. Pada bulan Maret, Marielle Franco, seorang anggota dewan kota Rio de Janeiro untuk partai Sosialisme dan Kemerdekaan, dibunuh bersama dengan sopirnya dalam kasus kejahatan yang belum terpecahkan.

Pada bulan yang sama, dua bus dalam rombongan kampanye untuk mantan presiden Luiz Inácio Lula da Silva diserang tembakan. Lula dikabarkan sedang tidak bersama konvoi saat itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya