Jepang: Latihan Militer Tak untuk Saingi Beijing di Laut China Selatan, tapi...

Jepang mengklaim latihan militer pada pekan lalu bukan untuk menyaingi eksistensi Beijing di Laut China Selatan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Sep 2018, 07:01 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 07:01 WIB
Kapal AL Jepang, JS Suzutuki (destroyer-class) di Tanjung Priok, Jakarta (18/9) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Kapal AL Jepang, JS Suzutuki (destroyer-class) di Tanjung Priok, Jakarta (18/9) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Liputan6.com, Tokyo - Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan bahwa latihan militer yang diadakan pekan lalu di Laut China Selatan, "tidak sama sekali" dimaksudkan sebagai aksi balasan terhadap kegiatan Tiongkok di wilayah perairan tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, latihan militer di Laut Chian Selatan Kamis 13 September 2018 lalu "bertujuan untuk meningkatkan strategi dan kemampuan Pasukan Bela Diri".

Dalam sebuah pengumuman langka, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (18/9/2018), Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (MSDF) mengatakan bahwa kapal selam Kuroshio, bersama dengan kapal induk Kaga dan dua kapal perusak, Inazuma dan Suzutsuki, melakukan latihan anti-kapal selam di Laut Cina Selatan.

Hal itu dilakukan ketika klaim Beijing ke pulau-pulau tumpang tindih dengan berbagai kepentingan dari negara tetangga.

Ini adalah pertama kalinya Jepang mengakui melakukan latihan kapal selam di Laut Cina Selatan.

Pengakuan MSDF segera memicu teguran dari Beijing pada Senin 17 September malam, di mana jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan bahwa sebuah negara di luar kawasan, tidak boleh merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.

Menteri Pertahanan Jepang, Hisunori Onodera, membalas komentar itu dengan mengatakan: "MSDF telah melakukan latihan yang melibatkan kapal selam di Laut China Selatan selama lebih dari 15 tahun."

Menurut pejabat Kementerian Pertahanan Jepang, Tokyo telah mengirim kapal selam pelatihan MSDF ke perairan terkait sebelum pengiriman Kuroshio, yang disebut sebagai varian jelajah laut paling mematikan milik Negeri Matahari Terbit.

 

Simak video pilihan berikut:

Sandungan Hubungan Tokyo dan Beijing

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping dalam sebuah pertemuan internasional (Kyodo News Agency)
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping dalam sebuah pertemuan internasional (Kyodo News Agency)

Sebagaimana kerap diberitakan, Tokyo dan Beijing telah membangun mekanisme komunikasi yang bertujuan menghindari bentrokan tidak disengaja di laut dan udara, sejak lebih dari satu dekade silam.

Menanggapi hal tersebut, Menhan Onodera mengatakan: "Seluruh pemerintah harus melakukan upaya untuk meningkatkan hubungan bilateral."

Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan dalam tayangan televisi pada Senin malam, bahwa Tokyo berusaha "meningkatkan kemampuan" pasukan maritim Jepang melalui latihan militer.

Dia juga mengatakan Jepang mengumumkan kegiatan itu karena "negara-negara tetangga secara efektif menyadarinya."

Beijing mengklaim seluruh Laut China Selatan adalah bagian dari hak wilayahnya, dan telah sengaja terus membangun pulau buatan dengan infrastruktur militer di sana.

Di saat bersamaan, negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, juga memiliki klaim teritorial di Laut China Selatan.

Adapun Jepang tidak turut menyebut perairan tersebut sebagai bagian dari wilayahnya, melainkan memandangnya sebagai lintasan strategis, karena perannya sebagai jalur pelayaran penting dari Timur ke Barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya