Beri Penghormatan ke Jamal Khashoggi, Lampu di Menara Eiffel Dimatikan

Kamis 1 November 2018, lampu-lampu di sekitar Menara Eiffel di Paris dimatikan dalam rangka memberi penghormatan ke Jamal Khashoggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2018, 11:02 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 11:02 WIB
Menara Eiffel
Landmark kota Paris, Menara Eiffel, saat lampu dimatikan untuk menghormati para korban serangan di sinagog, tempat peribadatan pemeluk Yahudi, di Pittsburgh pada Senin (29/10). Dalam serangan itu, sedikitnya 11 orang tewas. Zakaria ABDELKAFI/AFP)

Liputan6.com, Paris - Lampu-lampu di sekitar Menara Eiffel di Paris pada Kamis 1 November 2018 dimatikan. Kondisi gelap gulita itu merupakan bagian dari demonstrasi untuk melindungi kebebasan pers setelah pembunuhan Jamal Khashoggi.

Dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (2/11/32018), kelompok Reporters Without Borders yang mengorganisir protes di ibu kota Prancis itu dan menyoroti kasus-kasus pembunuhan wartawan di seluruh dunia.

Yang terkini kasus penulis Arab Saudi, Jamal Khashoggi yang dibunuh di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul.

Christophe Deloire, sekretaris jenderal Reporters Without Borders, menuntut "kebenaran sepenuhnya" mengenai apa yang terjadi pada mantan kolumnis harian Washington Post itu.

Lalu, Fabiola Badawi, mantan rekan Khashoggi, berharap kasus temannya setidaknya bisa menjadi awal dari sesuatu untuk melindungi wartawan. 

Sejauh ini, para penyelidik Turki menolak untuk berbagi barang bukti dengan jaksa penuntut umum dari Arab Saudi, menyusul keterlibatan Riyadh dalam pengusutan kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi.

Jaksa Saudi Saud al-Mojeb mengadakan pembicaraan dengan jaksa kepala Istanbul pada Senin 29 Oktober pagi di Istanbul, tetapi kurangnya rasa saling percaya antara kedua negara menyebabkan pertemuan itu berlangsung relatif singkat, kurang dari 75 menit.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa 30 Oktober, Turki meminta konfirmasi tentang keberadaan jasad Jamal Khashoggi, pengungkapan identitas pelaku pembunuhan yang telah ditangkap oleh Arab Saudi, dan hasil penyelidikan terkini tentang 15 orang terduga yang mengunjungi konsulat Negeri Petrodolar itu di Istanbul pada 2 Oktober, waktu di mana sang jurnalis Washington Post tewas terbunuh.

Lembaga penyiaran nasional Turki TRT Haber mengatakan para pejabat Saudi meminta seluruh berkas investigasi, termasuk bukti, pernyataan dan rekaman, untuk diberikan kepada mereka. Namun, hal tersebut dilaporkan ditolak mentah-mentah oleh Ankara.

Arab Saudi telah mengakui bahwa ada kemungkinan rencana untuk membunuh Jamal Khashoggi, tetapi hal itu ditegaskan sebagai inisiatif oleh sekelompok oknum, tanpa sepengetahuan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.

Presiden Turki, Recep Tayyip ErdoÄŸan, sebelumnya menyambut kedatangan jaksa, sementara menteri luar negeri Mevlut Cavusoglu telah meminta Riyadh untuk mulai bekerja sama sehingga seluruh dunia bisa mengetahui kebenaran tentang pembunuhan Khashoggi.

Pada upacara peringatan untuk Khashoggi di London, tunangannya, Hatice Cengiz, mengatakan tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, dan menyerukan negara-negara Barat untuk menuntut keadilan.

Cengiz mengatakan dia percaya bahwa pemerintah Arab Saudi tahu keberadaan jasad tunangannya, dan bahwa hidupnya berubah drastis "pada hari yang mengerikan ketika Jamal Khashoggi memasuki konsulat di Istanbul".

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

Donald Trump Diminta Ungkap Kebenaran Kasus Jamal Khashoggi

Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)
Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)

Sebelumnya, Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, jurnalis yang tewas terbunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, meminta Presiden AS Donald Trump untuk "membantu mengungkapkan kebenaran" tentang pembunuhan wartawan Saudi itu.

"Saya sangat berterima kasih atas solidaritas orang-orang di seluruh dunia. Namun saya kecewa dengan tindakan para pemimpin di banyak negara, terutama di AS," kata Cengiz Senin malam di London, dalam sebuah peringatan duka kematian Khashoggi, dikutip dari CNN, Selasa 30 Oktober 2018.

"Presiden Trump harus membantu mengungkapkan kebenaran dan memastikan keadilan ditegakkan. Dia seharusnya tidak tidak membuka jalan untuk menutup-nutupi pembunuhan tunangan saya. Mari jangan biarkan uang mencemari hati nurani kita dan mengkompromikan harga diri kita," tambahnya.

Ucapan Cengiz muncul beberapa hari setelah dia menolak undangan dari Trump untuk mengunjungi Gedung Putih. Cengiz beralasan, iktikad Trump tak murni sebagai bentuk empati, namun, lebih kepada alasan politis jelang pemilu paruh waktu November 2018 nanti.

Cengiz menggambarkan Jamal Khashoggi sebagai "martir untuk suatu tujuan" dan mengatakan dia berharap jasadnya akan segera dikembalikan, sehingga orang-orang yang mencintainya dapat mengubur pria berusia 59 tahun itu.

"Dia adalah seorang martir bagi perjuangan untuk demokrasi dan kebebasan di bagian dunia kita. Saya ingin mengubur tubuh Jamal saya tercinta, seorang syahid (martir), dengan dikelilingi oleh doa-doa teman-teman dan orang-orang terkasih. Saya ingin tahu : Di mana tubuhnya?" kata Cengiz.

Cengiz juga mengatakan bahwa rezim Saudi "mengetahui di mana tubuh Khashoggi."

"Saya ingin keadilan dilayani. Tidak hanya bagi mereka yang membunuh Jamal tercinta saya, tetapi bagi mereka yang mengaturnya dan memberikan perintah untuk itu."

Cengiz menambahkan bahwa dia ingin "peran kepemimpinan politik dalam pembunuhan brutal ini akan terungkap" dan meminta komunitas global untuk membantu menahan "para pelaku dan bos mereka untuk bertanggung jawab."

"Seharusnya tidak ada yang ditutup-tutupi. Jamal adalah kekasih saya tercinta, tetapi dia juga seorang manusia yang lembut, seorang pria yang penuh kasih, seorang wartawan dan seorang yang benar-benar percaya dalam demokrasi dan kebebasan di dunia Arab," katanya.

"Mari kita menuntut keadilan untuk Jamal dan membela cita-citanya," tunangan Jamal Khashoggiitu menyimpulkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya