Iklan Menara Eiffel Dipasangi Jilbab Picu Kemarahan Politikus Prancis

Iklan animasi yang menampilkan Menara Eiffel berhijab oleh merek pakaian modest Belanda, Merrachi, telah memicu kemarahan di Prancis karena dianggap mengusik sekularisme di negara tersebut.

oleh Dyah Ayu Pamela Diperbarui 18 Mar 2025, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2025, 17:00 WIB
Iklan menara eiffel dipasangi jilbab picu kemarahan politikus prancis
Iklan menara eiffel dipasangi jilbab picu kemarahan politikus prancis. (Dok: x https://x.com/woketard82/status/1899705749002956890?s=46&t=0NtEqwCYUNuEUaHjYORsTw)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video promosi dari merek modest fesyen asal Belanda, Merrachi, memicu kontroversi di Prancis setelah menampilkan Menara Eiffel, simbol nasional yang ikonis, dalam balutan jilbab Islami. Iklan animasi yang dipublikasikan di TikTok secara khusus menargetkan konsumen Muslim dan mengisyaratkan peluncuran merek tersebut di Prancis.

Mengutip dari laman Middle East Eye, Selasa (18/3/2025), iklan dengan nada sarkastis terhadap kebijakan pemerintah Prancis itu dinilai menyinggung pembatasan penggunaan busana Muslim. di negara tersebut. Iklan itu mengundang kecaman keras politikus sayap kanan, komentator, dan pengguna media sosial.

Lisette Pollet, anggota parlemen dari National Rally yang berhaluan kanan ekstrem, menganggap iklan tersebut menghina nilai-nilai dan warisan republik Prancis. "Tidak dapat diterima! Menara Eiffel, simbol Prancis, telah dibajak oleh merek Merrachi, yang menutupinya dengan cadar Islam dalam sebuah iklan yang provokatif," tulis Pollet di media sosialnya.

Jerome Buisson, politikus yang merupakan perwakilan lain dari National Rally, menggambarkan iklan ini sebagai proyek politik yang mengerikan dan provokasi yang tidak dapat diterima. Sementara itu, Philippe Murer, seorang ekonom Prancis dan salah satu pendiri Citizen Political Movement, menyerukan pelarangan toko-toko Merrachi di Prancis serta pemutusan akses ke situs web mereka.

Di sisi lain, beberapa pengguna media sosial menyambut baik iklan tersebut, memuji langkah pemasaran Merrachi sebagai kreatif dan brilian. Mereka berpendapat bahwa iklan ini mampu menarik perhatian luas di Prancis dan menantang kebijakan negara tersebut mengenai praktik keagamaan wanita Muslim. 

Promosi 1
Kontroversi di Tengah Peluang Pasar

Kontroversi di Tengah Peluang Pasar

Warga di Sejumlah Negara Gelar Aksi Unjuk Rasa
Foto ini menunjukkan Menara Eiffel yang diterangi dengan warna bendera Ukraina untuk menandai ulang tahun ketiga invasi Rusia ke Ukraina, di Paris, pada 24 Februari 2025. (Behrouz MEHRI/AFP)... Selengkapnya

Kontroversi ini membuat brand Merrachi sebagai pusat perhatian, sesuai dengan strategi pemasarannya yang merangkul warisan Islam dan melayani pasar yang berkembang untuk busana sopan. Salah satu pengguna media sosial bahkan menyebut langkah ini sebagai ide pemasaran yang sangat hebat. 

Berdasarkan studi terkini dari INSEE (Institut Statistik dan Studi Ekonomi Nasional), pemakaian jilbab di kalangan wanita Muslim di Prancis telah meningkat sebesar 55 persen selama dekade terakhir. Hal ini menunjukkan potensi pasar yang menguntungkan bagi merek seperti Merrachi.

Melansir laman Free Press Journal, Selasa (18/3/2025), meskipun mendapat reaksi keras, iklan ini berhasil memicu perdebatan tentang sekularisme, identitas budaya, dan kebebasan beragama di Prancis. Apakah kampanye ini akan menghasilkan kesuksesan komersial atau pengawasan politik lebih lanjut masih harus dilihat, lapor media tersebut. 

Judul iklan yang provokatif dengan kata-kata, "Apakah Anda ingat ketika mereka melarang jilbab?" juga telah memicu diskusi mengenai kebijakan Prancis tentang busana Islami. Beberapa pengguna media sosial berpendapat bahwa judul tersebut menyesatkan, mengingat jilbab tidak sepenuhnya dilarang di negara tersebut meskipun ada pembatasan.  

Islam di Prancis dan Kebijakan Busana Islami

Pemandangan Paris dengan Cincin Olimpiade di Menara Eiffel yang diambil dari perangkat France Television di Trocadero, selama Olimpiade Paris 2024, di Paris
Menara Eiffel yang diambil dari perangkat France Television di Trocadero, selama Olimpiade Paris 2024, di Paris, pada 31 Juli 2024. (Dok: STEPHANE DE SAKUTIN / AFP)... Selengkapnya

Sejak 2004, Prancis telah melarang simbol-simbol keagamaan yang mencolok di sekolah-sekolah dan rumah sakit milik negara, yang secara luas diyakini menargetkan wanita Muslim yang mengenakan jilbab. Ini diikuti oleh undang-undang pada 2010 yang melarang cadar (niqab) di tempat umum.

Tepatnya pada 2023, pemerintah melarang penggunaan abaya di sekolah-sekolah. Pada 2024, aturan baru melarang atlet Prancis yang mengenakan jilbab berkompetisi di Olimpiade Musim Panas di Paris.

Penafsiran Prancis tentang sekularisme, yang dikenal sebagai laicite, didefinisikan sebagai pemisahan antara negara dan lembaga keagamaan. Namun dalam praktiknya, akademisi dan pembela hak asasi manusia berpendapat bahwa hal itu telah menjadi senjata ideologis yang digunakan untuk melawan umat Islam di negara tersebut.

Kontroversi ini menyoroti ketegangan yang terus berlangsung di Prancis mengenai identitas nasional dan kebebasan beragama, termasuk kontroversi pada Olimpiade 2024 lalu ketika para atlet berhijab tak diperbolehkan berkompetisi. Mengutip kanal Global Liputan6.com, 27 September 2023, kebijakan ini sempat menuai kritik dari Kantor Urusan Hak Asasi Manusia PBB. 

"Tidak seorang pun boleh memaksakan pada perempuan apa yang perlu atau tidak boleh dia kenakan," kata juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Maria Hurtado seperti dilansir CNN, Rabu, 27 September 2023.

Pelarangan Atlet Berhijab Ikut Olimpiade 2024

Keren, Menara Eiffel Berhias Cahaya Warna-warni
Pemandangan saat Menara Eiffel berhias instalasi cahaya warna kuning di Paris, Perancis, Kamis (13/9). Pertunjukan ini untuk merayakan 160 tahun hubungan diplomatik antara Perancis dengan Jepang. (AP Photo/Christophe Ena)... Selengkapnya

Maria Hurtado mengatakan, "Secara umum, menurut komite penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, setiap negara pihak dalam konvensi tersebut, dalam hal ini Prancis, mempunyai kewajiban untuk mengambil semua tindakan yang tepat untuk mengubah pola sosial atau budaya apapun yang didasarkan pada gagasan inferioritas atau superioritas kedua jenis kelamin."

"Meskipun demikian, praktik diskriminatif terhadap suatu kelompok dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Itulah sebabnya menurut standar hak asasi manusia internasional, pembatasan ekspresi agama atau kepercayaan seperti pilihan pakaian hanya dapat diterima dalam keadaan yang sangat spesifik untuk menangani isu keselamatan publik, ketertiban umum atau kesehatan atau moral masyarakat dengan cara yang perlu dan proporsional," Hurtado menambahkan.

Komentar Hurtado muncul usai Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Castera mengatakan bahwa atlet Prancis tidak akan diizinkan mengenakan jilbab di Olimpiade Paris 2024. Alasannya yaitu mendukung sekularisme yang ketat, termasuk di bidang olahraga.

"Maksudnya itu apa? Itu berarti larangan terhadap segala jenis dakwah dan layanan publik bersifat netral," kata Oudea-Castera kepada stasiun televisi pemerintah France 3. 

Infografis Brand Modest Fashion Lokal
Infografis Brand Modest Fashion Lokal. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya