Temuan 1.000 Plastik dalam Perut Paus Sperma di Indonesia Disorot Dunia

Saat ditemukan warga, paus sperma dikelilingi sampah plastik dan potongan-potongan kayu.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Nov 2018, 14:33 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2018, 14:33 WIB
Paus Mati Terdampar di Wakatobi
Petugas mengambil sampel dari bangkai paus sperma yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (19/20). Pada bangkai paus itu ditemukan 5,9 kg sampah, sebagian besar merupakan sampah plastik bahkan sandal jepit. (Liputan6.com/HO)

Liputan6.com, Wakatobi - Seekor paus sperma ditemukan warga terdampar di sekitar Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Minggu, 18 November 2018 sekitar pukul 16.00 Wita. Paus sepanjang 9,5 meter dan memiliki lebar 1,85 meter itu, ditemukan dalam kondisi sudah jadi bangkai.

Salah seorang penduduk Pulau Kapota, Aswar, mengatakan warga melaporkan keberadaan paus tersebut ke dinas perikanan. Setelah itu, sejumlah pihak, termasuk pengurus Taman Nasional Wakatobi, turun langsung ke lokasi penemuan paus sperma.

Saat ditemukan warga, paus sperma dikelilingi sampah plastik dan potongan potongan kayu. Saat warga membelah perut paus, ternyata di dalam perutnya juga berisi sampah plastik.

Penemuan ini baru terungkap pada Senin (19/11/2018) saat salah seorang warga mengunggah di salah satu akun media sosial miliknya. Saat sampai di lokasi, paus sperma itu ditemukan terapung-apung di perairan dangkal pinggir pantai yang berdekatan dengan permukiman warga.

"Ada banyak sampah plastik, semua sampah plastik ringan," ujar Syahrul Said, warga lainnya.

Kabar miris yang menimpa paus sperma ini ternyata disorot oleh media asing. Banyak pula orang yang prihatin atas kondisi hewan yang sepatutnya dilindungi tersebut.

Dalam artikel bertajuk "Sperm whale washed up in Indonesia had plastic bottles, bags in stomach", media Singapura yaitu Channel News Asia menulis bahwa jumlah plastik yang ada di dalam perut paus sperma hampir enam kilogram.

Media itu juga memaparkan bahwa ada banyak item yang ditemukan dalam perut paus itu. Mulai dari cangkir, botol plastik, tas, sandal hingga karung.

Berita mengenaskan ini juga terdengar hingga Inggris. The Guardian dalam artikel: "Indonesia: dead whale had 1,000 pieces of plastic in stomach", menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat pencemaran limbah plastik di laut terbesar kedua setelah China.

Menurut penelitian yang dilakukan pada Januari lalu menyebut bahwa Indonesia menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik tiap tahun. Sebanyak 1,29 juta di antaranya berakhir di laut.

Tak ketinggalan, media Inggris lain seperti BBC turut menyorot kejadian ini.

BBC memaparkan laporan bahwa limbah platik merupakan ancaman bagi biota laut.

Plastik menjadi salah satu penyebab kematian ratusan hewan laut. Pada Juni lalu, seekor paus juga ditemukan mati di Thailand setelah menelan 80 kantong plastik, demikian ditulis dalam artikel berjudul, "Dead sperm whale found in Indonesia had ingested 6kg of plastic".

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

WWF Sebut Penyebab Paus Mati

Paus Mati Terdampar di Wakatobi
Tumpukan sampah yang ditemukan dalam perut bangkai paus sperma di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (19/20). Paus dengan panjang 9,5 meter itu ditemukan dalam kondisi sudah mati dan mulai membusuk. (Liputan6.com/HO/Alfi Kusuma Admaja/KKP)

Ahli paus dari World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia, Dwi Suprapti, mengatakan sejauh ini pihaknya sudah mendapat kabar soal ada paus terdampar. Namun, soal alasan kematiannya masih ada sejumlah penyelidikan lanjutan.

"Benar ada sampah plastik dan sandal karet. Namun, kami masih selidiki," ujarnya.

Penyebab kematian paus, dijelaskan dokter hewan ini bisa karena banyak hal. Sampah yang ada dalam perut, hanya salah satunya.

"Saat terbawa arus dan perut paus tersangkut karang atau benda keras, bisa menjadi penyebab lain. Sampah hanya salah satu faktor," ujarnya.

Dwi Suprapti menjelaskan, sampah dalam perut paus bisa menyebabkan infeksi karena penyumbatan saluran pencernaan. Namun dengan catatan, sampah bukan berada di dalam rongga perut.

"Harusnya, sampah berada di saluran usus sehingga menginfeksi. Kalau di dalam rongga perut, masih bisa diproses tubuh paus untuk didorong keluar," dia menambahkan.

Katanya, sampah dalam tubuh hewan laut raksasa lazim ditemui. Namun, paus memiliki kemampuan mengeluarkan sampah dari tubuhnya secara alamiah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya