Liputan6.com, Kiev - Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, memerintahkan garda pasukan cadangan militer nasionalnya untuk berlatih dan bersiap, sebagai respons atas ketegangan terbaru dengan Rusia terkait insiden pada akhir bulan lalu di Krimea yang disengketakan.
Hal itu disampaikan oleh Poroshenko pada Senin 3 Desember 2018, yang menambahkan bahwa negaranya perlu meningkatkan pertahanan guna mengantisipasi ancaman invasi Rusia, demikian seperti dikutip dari Time.com, Selasa (4/12/2018).
Perintahnya itu mengemuka setelah Poroshenko mengatakan lewat Twitter pada Sabtu 1 Desember lalu bahwa "Militer Rusia memiliki sekitar 80.000 pasukan, 1.400 artileri dan sistem rudal, 900 tank, 2.300 kendaraan lapis baja, 500 pesawat terbang, dan 300 helikopter yang semuanya ditempatkan di wilayah Ukraina di Donbas dan Krimea 'yang sementara ini diduduki Rusia'," demikian seperti dikutip dari Newsweek.
Advertisement
Baca Juga
Ukraina juga menuduh Rusia memblokade pelabuhannya di Laut Azov dan mendesak Jerman dan sekutu Barat lainnya untuk meningkatkan kehadiran angkatan laut mereka di Laut Hitam untuk membantu mencegah Rusia dari agresi lebih lanjut.
Di sisi lain, juru bicara untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menepis klaim Poroshenko sebagai "upaya absurd untuk menimbulkan ketegangan."
"Tuduhan terhadap Rusia tidak memiliki dasar apa pun," katanya.
Ketegangan Terbaru Rusia-Ukraina
Tensi antara kedua negara yang bertetangga itu kembali tegang setelah insiden 25 November 2018 di mana penjaga pantai Rusia menembaki dan menyita tiga kapal angkatan laut Ukraina beserta 24 kru mereka, saat melintas di Laut Azov, Selat Kerch, Semenanjung Krimea.
Ukraina menyebut sikap Rusia sebagai 'agresi' karena menyerang tiga kapal yang berlayar di wilayah internasional dan mematuhi peraturan internasional. Sedangkan Rusia menyebut kejadian itu sebagai insiden pelanggaran perbatasan yang dilakukan oleh kapal Ukraina.
Tetapi, media investigasi Bellingcat, yang menggunakan data sumber terbuka dan media sosial untuk melakukan penyelidikan terhadap konflik global, menetapkan bahwa kapal Ukraina --yang berlayar di laut internasional-- telah berusaha melarikan diri dari Rusia, tetapi Rusia telah berusaha menggunakan kekuatan mematikan terhadap pelaut Ukraina. Dalam komunikasi radio Rusia yang disadap, tentara Rusia berdiskusi setelah mengejar dan menembak kapal Ukraina.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko menanggapi dengan menerapkan undang-undang darurat militer selama 30 hari di daerah yang berbatasan dengan Rusia.
Poroshenko juga melarang semua pria Rusia berusia 16 hingga 60 tahun memasuki negara itu, sebuah langkah yang dia katakan diperlukan untuk mencegah orang-orang Rusia itu mendestabilisasi Ukraina.
Poroshenko mengatakan hari Senin 2 Desember bahwa beberapa pasukan cadangan akan dipanggil untuk pelatihan sebagai bagian dari darurat militer dan beberapa unit militer akan dikerahkan.
"Ukraina mengambil langkahnya sendiri sebagai tanggapan terhadap ancaman invasi Rusia berskala besar," kata Poroshenko.
Juru bicara untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov juga menolak klaim Kiev bahwa Rusia memblokir lalu lintas ke dan dari pelabuhan Ukraina di Laut Azov, mengatakan navigasi terus normal kecuali untuk sesekali penundaan karena cuaca buruk.
Konflik separatis di jantung industri timur Ukraina melawan pemberontak yang didukung Rusia telah berdampak pada ekonomi negara itu, mengurangi aliran kargo melalui pelabuhan Ukraina Mariupol dan Berdyansk di Laut Azov. Bentrokan laut itu semakin memicu ketegangan - dan 24 pelaut Ukraina masih berada di tahanan Rusia di Moskow.
Vitaliy Sinhur, pekerja dermaga di Berdyansk, mengatakan pergerakan kapal telah surut secara signifikan.
Di tengah ketegangan, militer Rusia mengatakan pasukannya di Krimea yang diduduki sedang melakukan latihan yang melibatkan sistem rudal anti-kapal Bal dan Bastion jarak jauh.
Â
Simak video pilihan berikut:
Putin Tak Berniat Bebaskan 24 Pelaut Ukraina yang Ditahan
Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Sabtu 1 Desember 2018, mengatakan bahwa tak ada pembahasan dengan Ukraina mengenai kemungkinan pembebasan para pelaut Ukraina yang ditahan bersama dengan kapal-kapal mereka oleh Rusia bulan lalu.
Pelaut warga negara Ukraina itu ditahan usai kapal yang mereka tumpangi (dua kapal AL dan satu kapal sipil Ukraina) dituduh melanggar batas maritim Rusia di Laut Azov, Selat Kerch, Semenanjung Krimea pada 25 November 2018.
Namun, sebelum ditahan, otoritas Rusia dilaporkan menembaki ketiga kapal itu. Akibatnya, Ukraina meradang, menganggapnya sebagai sebuah agresi atas kapal yang berlayar dengan mematuhi hukum di laut internasional.
Berbicara kepada wartawan di sela KTT G20 Buenos Aires, pernyataan Putin tampak menegaskan penolakan Rusia atas seruan internasional yang mendesak Moskow agar membebaskan tiga kapal Ukraina beserta 24 awaknya.
Moskow juga telah menuding bahwa 24 pelaut di tiga kapal itu melintasi perbatasan Rusia secara tidak sah.
Advertisement