Wawancara Media Terkemuka AS Soal Dedikasi Sutopo BNPB Viral

Artikel tentang wawancara khusus Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho oleh media papan atas AS viral di tengah masyarakat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 31 Des 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 31 Des 2018, 17:01 WIB
BNPB Terkait Gempa dan Tsunami di Donggala Palu
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers di Jakarta, Sabtu (29/9). BNPB belum mendapatkan laporan jumlah korban untuk kota Donggala dikarenakan terputusnya jaringan komunikasi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kembali mendapat perhatian luas atas sepak terjangnya. Kali ini, media internasional asal Amerika Serikat (AS), New York Times, memuat hasil wawancara khusus dalam sebuah artikel yang dirilis pada Jumat 28 Desember 2018 lalu, yang viral dalam beberapa hari terakhir.

Wartawan New York Times, Richard D Paddock, datang ke Indonesia untuk mewawancara dan melakukan sesi foto khusus dengan Sutopo, yang dinilai menginspirasi karena berdedikasi, tetap sigap memberikan informasi seputar bencana di Tanah Air, di tengah penyakit kanker paru-paru stadium 4 yang dideritanya.

Sebagaimana dikutip dari artikel terkait pada Senin (31/12/2018), New York Times menulis bahwa Sutopo Purwo Nugroho (49) telah menggunakan waktu yang tersisa --divonis hidup tiga tahun lagi-- untuk fokus mengurusi pekerjaannya, di mana hal itu berhasil menuai kekaguman dari rekan senegaranya dan mendapatkan banyak pengikut di media sosial.

Kicauannya di Twitter dipenuhi dengan video dramatis tentang tanah longsor, banjir deras, dan gunung meletus, yang diselingi dengan beberapa foto dirinya menjalani kemoterapi di rumah sakit Jakarta.

"Ketika ada bencana dan saya harus melakukan konferensi pers, adrenalin saya meningkat dan bahkan lupa jika saya sedang sakit," katanya kepada New York Times. "Begitu sampai di rumah, saya baru merasakan sakitnya."

Pak Topo, begitu ia akrab disapa, tumbuh besar di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tidak jauh dari Gunung Merapi, yang merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Ia meraih gelar S1 pada disiplin ilmu geografi dari Universitas Gadjah Mada, serta gelar doktor dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dari Institut Pertanian Bogor.

Selama 16 tahun, Sutopo Purwo Nugroho bekerja untuk lembaga pemerintah sebagai peneliti, terutama pada masalah air.

Ia juga diketahui menjadi sosok yang sigap menyampaikan informasi ketika bendungan Situ Gintung jebol pada 2009 lalu, menewaskan lebih dari 100 orang.

Sutopo menganalisis foto-foto bendungan itu dan mengumumkan kepada publik bahwa keretakan pada struktur tersebut menyebabkannya gagal.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sutopo Masuk Daftar Bergengsi di Singapura

Gunung Agung
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberi keterangan terkait erupsi Gunung Agung, Jakarta, Senin (27/11). Tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Sutopo juga masuk sebagai salah satu penerima penghargaan The First Responders, dalam ajang tahunan The Straits Times Asian of the Year.

Pengumuman terkait disampaikan pada Rabu 28 November, di tengah pelaksanaan Global Outlook Forum 2019, yang diadakan oleh surat kabar The Straits Times di Singapura.

"Ketika malapetaka menyerang, naluri alami manusia adalah melarikan diri. Namun ada jenis manusia yang, daripada meninggalkan tempat kejadian, berputar untuk menghadapi bahaya dan bertarung mempertaruhkan nyawa, mereka melindungi orang keselamatan orang lain. Keempatnya adalah contoh terbaik tentang kemanusiaan," tulis berkas sambutan penghargaan terkait, sebagaimana dikutip dari The Straits Times.

Dalam memutuskan Sutopo dan tokoh-tokoh lainnya yang masuk ke dalam daftar The First Responders, yang merupakan kedua kalinya dilakukan sejak pertama kali dihelat pada 2012, para editor The Straits Times mengingat fakta bahwa di seluruh Asia, skala bencana dan dampak kerusakan yang diakibatkannya telah meningkat selama satu dekade terakhir.

Tahun ini, kata mereka, Jepang mengalami beberapa kali banjir terburuk dalam ingatan sejarah, begitu juga hal serupa terjadi di negara bagian Kerala di India Selatan.

Mereka juga menyinggung tentang beberapa kali gempa parah yang terjadi di Indonesia, seraya menambahkan bahwa total empat negara di Asia Tenggara masuk ke dalam daftar 10 wilayah paling rawan bencana akibat perubahan iklim.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya