Liputan6.com, Jakarta - Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dikenal sangat aktif di media sosial (medsos), khususnya Twitter dan Instagram.
Ya, dia menggunakan platform medsos untuk menyampaikan berbagai informasi terkait bencana alam dan penanganannya hingga cara membasmi hoaks berhubungan dengan bencana alam.
Diundang jadi pembicara di acara #RameDiTwitter 2018 di Jakarta, Rabu (5/12/2018), Sutopo curhat tentang berbagai hal yang dilakukannya lewat Twitter. Salah satu yang menarik tentu adalah pertemuan dengan penyanyi Raisa.
Advertisement
Baca Juga
"Tanpa Twitter, enggak mungkin saya ketemu Raisa," kata Sutopo.
Dia pun memulai bagaimana awalnya bisa bertemu dengan istri Hamish Daud itu.
Mulanya, Sutopo mencuitkan informasi bencana sambil me-mention sejumlah nama terkenal seperti Raisa, Rossa, Afgan, Jokowi, Ridwan Kamil, dan lain-lain sejak 2012.
"Tujuan me-mention orang-orang terkenal itu agar ketika di-Retweet (oleh orang terkenal), masyarakat mendapatkan informasi bencana yang update. Namun karena mungkin pakai admin, (cuitan) nggak pernah di-Retweet," kata Sutopo.
Kemudian, Sutopo juga membagikan berbagai informasi untuk para penyintas kanker. Sekadar informasi, pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini juga menderita kanker paru-paru.
Trending Topic #RaisaMeetSutopo
"Namun karena masih ada sisa karakter, saya mention Raisa. Nah, saat itu banyak netizen yang membuat #RaisaMeetSutopo menjadi Trending Topic," kata Sutopo.
Meski begitu, Sutopo yang sedang sibuk dengan penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di Palu sangat sibuk hari itu.
"Seharian saya mempersiapkan rapat terbatas di Istana, kemudian siang harus konferensi pers. HP pun lowbatt, baru pada sore hari ada manajemen Raisa yang ingin video call, tapi belum bisa karena saya masih sibuk (dengan penanganan bencana Palu)," ujar Sutopo menceritakan.
Dua hari kemudian, kata Sutopo, #RaisaMeetSutopo kembali membanjiri linimasa Twitter hingga jadi Trending Topic.
"Baru hari itu staf saya ngasih HP, ternyata Raisa video call. Di saat yang sama, saat itu ada 200 lebih wartawan dan semuanya memuat (memberitakan), jadi heboh lagi," tutur pria berusia 49 tahun ini.
Dia pun menceritakan kepada hadirin bahwa saat bertemu dengan Raisa, justru Raisa-lah yang grogi.
"Raisa yang grogi ketemu saya," katanya, diikuti gelak tawa hadirin.
Advertisement
Harus Pakai Bahasa Receh
Sebagai seorang pekerja di bagian hubungan masyarakat, Sutopo menyadari bahwa kekuatan media sosial sangatlah luar biasa.
Namun, perlu hal-hal tertentu agar penyampaian informasi di medsos bisa sampai ke audiens.
Sadar pengguna yang kebanyakan adalah milenial, Sutopo pun menyebut, pilihan bahasa yang digunakan tidak boleh kaku.
"Bahasa yang disampaikan harus receh. Kalau bahasanya serius dan birokrat (informasinya) enggak laku, karena memang sasarannya milenial. Makanya, saya harus masuk ke ranah milenial," ujarnya.
Sutopo pun menyebut, ketimbang platform medsos lain seperti Facebook, Twitter lebih efektif dalam menyampaikan informasi terkait kebencanaan.
Sutopo mencontohkan, saat kecelakaan pesawat Lion Air PK LQP, dia adalah yang paling awal yang menerima video puing-puing di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.
"Tapi saya nggak langsung post. Saya pantau dulu semua di medsos, begitu Basarnas menyampaikan informasi A1 (sudah terkonfirmasi), saya cuitkan video itu. Terus banyak yang Retweet, termasuk dari media-media asing untuk meminta kredit video. Saya berikan," kata Sutopo.
Begitu aktifnya di Twitter untuk menyampaikan informasi membuat banyak orang langsung mengirimkan pesan DM.
Misalnya pengungsi yang membutuhkan bantuan, ada keluarga korban yang masih hilang, dan lain-lain.
Tak Lepas dari Haters
Banyak orang bersimpati dan memberikan apresiasi positif atas langkah Sutopo.
Misalnya sampai ada sekeluarga turis asing yang menyempatkan diri datang ke kantor BNPB Jakarta untuk berterima kasih pada Sutopo atas informasi yang dibagikan oleh Sutopo. Karena informasi itu, sekeluarga bisa liburan ke Bali dengan selamat.Â
Cuitan-cuitan Sutopo yang informatif juga mendapatkan apresiasi, termasuk dijadikan sebagai rujukan konsulat.
Banyak yang mengapresiasi cuitan Sutopo, namun, ada juga yang malah menyerang balik.
"Ada yang me-mention, mendoakan agar saya cepat mati. Ada juga yang mendoakan agar saya tidak bisa sembuh dari kanker," kata Sutopo.
Namun, Sutopo punya jurus sendiri mengatasinya. "Kunci main medsos itu tidak boleh baper," ucapnya.
Advertisement
Pakai Twitter Buat Lawan Hoaks
Tidak hanya seputar pertemuan dengan Raisa, Sutopo juga menceritakan apa saja yang diunggahnya di Twitter.
"Twitter itu efektif untuk menangkal hoaks, sebab tiap ada bencana, pasti ada hoaks yang beredar. Misalnya ada pesan berantai yang menyebut nanti malam ada gempa. Nah, itu pasti hoaks," katanya.
Untuk itu, Sutopo menyarankan agar warganet menghiraukan jika ada informasi semacam itu. Namun, kata Sutopo, kalau ada masyarakat atau korban bencana yang meminta bantuan, dirinya langsung mencoba mengirimkan bantuan.
Cerita tentang hoaks lain disampaikan Sutopo adalah tentang Lion Air yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, 29 Oktober lalu.
"Belum ditemukan lokasinya, sudah banyak video-video berisi pesawat jatuh. Tentu itu bukanlah pesawat yang dimaksud. Itu dari pesawat lainnya saat terjadi gangguan penerbangan," katanya.
Selain untuk membasmi hoaks dan berbagi informasi tentang kebencanaan, Sutopo juga memakai Twitter untuk menyampaikan berbagai pesan moral ke masyarakat.
"Misalnya jangan merokok, atau pesan moral lainnya," kata dia.
Fitur Twitter lain yang juga dipakai oleh Sutopo adalah polling. Biasanya, dia menggunakan polling untuk mengetahui respon atau pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan.
(Tin/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: