Liputan6.com, Jakarta - Guru Ilmu Pengetahuan Alam selalu mengatakan, Tata Surya kita memiliki satu bintang disebut Matahari dengan delapan planet berevolusi mengelilinginya. Selain itu ada juga planet kerdil, asteroid, dan komet.
Tahukah Anda, beberapa abad yang lalu, orang meramalkan terdapat banyak planet di Tata Surya, bukan hanya delapan. Mereka sering mengira asteroid atau objek angkasa lain sebagai planet.
Advertisement
Baca Juga
Namun, ramalan itu beberapa benar. Misalnya prediksi Neptunus. Sedangkan hipotesis planet lainnya ternyata salah, dan tidak diketahui publik.
Setidaknya terdapat 10 planet yang pernah diprediksi turut ada dalam Tata Surya.
Berikut adalah lima dari kesepuluh planet hipotesis itu, sebagaimana dilansir dari List Verse pada Rabu (10/4/2019).
1. Vulcan
Vulcan sempat diprediksi ada di antara Merkurius dan Matahari. Beberapa abad yang lalu, planet ini diusulkan setelah para astronom mengamati bahwa Merkurius telah sedikit mengubah orbitnya setiap mengelilingi Matahari.
Pada 1859, seorang astronom Perancis Urbain-Jean-Joseph Le Verrier menyatakan hal itu disebabkan oleh adanya tarikan gravitasi dari planet yang belum ditemukan. Planet itu disebutnya Vulcan yang terletak di antara Merkurius dan Matahari. Ia mengatakan Vulcan tidak dapat dilihat karena terlalu dekat dengan Matahari.
Setahun kemudian, astronom amatir Edmond Modeste Lescarbault mengklaim telah melihat titik hitam kecil di dekat Matahari, seolah membenarkan hipotesis keberadaan Vulcan. Vulcan segera dianggap sebagai planet pertama tata surya meskipun bukti keberadaannya kurang konkret.
Pada 1915, keberadaan Vulcan dibantah oleh Teori Relativitas Umum Albert Einstein. Einstein mengatakan, benda besar seperti Matahari dapat menekuk ruang dan waktu.
Orbit Merkurius sering berubah karena ia bergerak melalui "ruang-waktu yang terdistorsi" yang disebabkan oleh kedekatannya dengan Matahari.
Advertisement
2. Tyche
Tyche adalah planet hipotetis yang terletak di suatu tempat di awan Oort di tepi Tata Surya. Planet ini diusulkan pada tahun 1999 oleh tiga ahli astrofisika dari Universitas Louisiana.
Menanggapi hal itu, NASA menggunakan teleskop Infrared Survey Explorer (WISE) bidang lebar untuk mencari keberadaan Tyche antara 2012 dan 2014.
Hasil dari pantauan NASA, Tyche tidak ditemukan sama sekali.
3. Planet V
Ilmuwan percaya bahwa rentetan asteroid pernah menghantam permukaan Merkurius, Venus , Bumi, Mars, dan Bulan 3,8 miliar tahun lalu; namun tidak mengetahui dari mana asteroid itu berasal. Hantaman dahsyat itu bernama Late Heavy Bombardment (LHB).
Sejumlah ilmuwan berhipotesis bahwa asteroid itu berasal dari sisa-sisa Planet V, yang terletak di antara Mars dan sabuk asteroid yang memisahkan Jupiter dari Mars saat ini.
Astronom lain mengatakan bahwa Planet V hipotetis tidak pernah ada.
Sebagian dari mereka berpikir, LHB terjadi setelah Jupiter dan Saturnus mengubah orbitnya dan melemparkan asteroid dari sabuk asteroid ke arah planet-planet bagian dalam (inner planet).
Sedangkan astronom lainnya mengatakan LHB disebabkan setelah tarikan gravitasi Mars memecah asteroid besar.
Advertisement
4. Theia
Dulu, ilmuan sempat percaya bahwa Bumi dan Bulan yang saat ini ada diciptakan setelah planet bernama Theia menghantam Bumi purba.
Tabrakan itu menyebabkan Theia yang berukuran lebih kecil pecah, mengirimkan fragmen ke ruang angkasa. Salah satu fragmen ini menjadi Bulan.
Teori ini dibantah setelah tes pada batuan Bulan mengungkap, Bumi dan Bulan terbuat dari bahan yang sama.
5. Phaeton
Para astronom sempat percaya, terdapat planet yang belum ditemukan antara Mars dan Yupiter.
Keberadaan planet hipotetis tampak lebih benar ketika Giuseppe Piazzi menemukan apa yang dianggap sebagai planet Ceres pada 1801. Setahun kemudian, Heinrich Olbers menemukan apa yang dianggap sebagai planet Pallas.
Olbers segera menyadari bahwa Ceres dan Pallas dulu bagian dari planet yang sama.
Keyakinan ini diperkuat ketika planet Juno dan Vesta ditemukan. Ceres, Pallas, Juno, dan Vesta kemudian diklasifikasikan sebagai asteroid dan dianggap sebagai sisa-sisa planet hipotetis bernama Phaeton.
Namun, para astronom masa kini telah menyangkal keberadaan Phaeton. Mereka mengatakan, asteroid di sabuk asteroid selalu asteroid. Mereka terjebak di antara Mars dan Jupiter.
Advertisement