Bakteri Pemakan Minyak Ditemukan di Palung Terdalam Dunia

Bakteri pemakan minyak yang unik ditemukan di palung terdalam di dunia.

oleh Afra Augesti diperbarui 15 Apr 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2019, 21:00 WIB
Bakteri Pemakan Minyak
Para ilmuwan menggunakan submersible untuk mengumpulkan sampel mikroba dari Palung Mariana di Samudra Pasifik. (Foto University of East Anglia)

Liputan6.com, Norwich - Para ilmuwan dari University of East Anglia (UEA) mengklaim telah menemukan bakteri pemakan minyak di bagian terdalam dari samudra di Bumi, yaitu di Palung Mariana.

Bersama dengan para peneliti dari China dan Rusia, mereka melakukan analisis populasi mikroba yang paling komprehensif di palung tersebut.

Palung Mariana terletak di Samudra Pasifik Barat dan mencapai kedalaman sekitar 11.000 meter. Sebagai perbandingan, Gunung Everest adalah 8.848 meter.

"Kami tahu lebih banyak tentang Mars daripada bagian terdalam dari lautan," kata Prof Xiao-Hua Zhang dari Ocean University di Tiongkok, yang memimpin penelitian ini.

Hingga saat ini, hanya beberapa ekspedisi yang menyelidiki organisme yang mendiami ekosistem itu. Demikian seperti dilansir dari situs web uea.ac.uk, Senin (15/4/2019).

Salah satu penelitian ini diorganisasi dan dipimpin oleh penjelajah laut terkenal dan sutradara film pemenang Academy Award, James Cameron, yang membangun kapal selam khusus untuk mengumpulkan sampel bakteri di palung.

Dr Jonathan Todd dari School of Biological Sciences di UEA mengatakan, "Tim riset kami turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sampel populasi mikroba di bagian terdalam dari Palung Mariana."

"Kami mempelajari sampel yang kami bawa kembali dan mengidentifikasi kelompok baru dari bakteri pendegradasi hidrokarbon," lanjut mereka.

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terbuat dari atom hidrogen dan karbon, dan mereka ditemukan di banyak tempat, termasuk minyak mentah dan gas alam.

Jenis mikroorganisme ini pada dasarnya memakan senyawa yang mirip dengan minyak dan kemudian menggunakannya untuk bahan bakar.

Bakteri serupa berperan dalam menurunkan tumpahan minyak dalam bencana alam, seperti tumpahan minyak BP 2010 di Teluk Meksiko.

"Kami juga menemukan bahwa bakteri ini sangat berlimpah di dasar Palung Mariana," imbuh para peneliti.

Faktanya, tim menemukan bahwa proporsi bakteri pendegradasi hidrokarbon di palung adalah yang tertinggi di Bumi.

 

Simulasi Lingkungan

Ilustrasi dasar laut
Ilustrasi dasar laut (iStock)

Para ilmuwan kemudian mengisolasi beberapa mikroba ini dan menunjukkan bahwa mereka mengonsumsi hidrokarbon di laboratorium dalam kondisi lingkungan yang disimulasikan seperti di Palung Mariana.

Untuk memahami sumber hidrokarbon yang 'memberi makan' bakteri ini, tim menganalisis sampel air laut yang diambil di permukaan, dan sepanjang jalur menuju ke endapan di bagian bawah palung.

Dr Nikolai Pedentchouk, dari SSchool of Environmental Sciences UEA, mengemukakan, "Kami menemukan bahwa hidrokarbon ada sedalam 6.000 meter di bawah permukaan laut dan mungkin bahkan lebih dalam. Sebagian besar dari mereka kemungkinan berasal dari pencemaran permukaan laut."

"Yang mengejutkan, kami juga mengidentifikasi hidrokarbon yang diproduksi secara biologis di sedimen laut di dasar palung. Ini menunjukkan bahwa populasi mikroba tersebut menghasilkan hidrokarbon di lingkungan ini," lanjutnya.

"Hidrokarbon ini, mirip dengan senyawa yang merupakan bahan bakar diesel, ditemukan di ganggang yang hidup di permukaan laut, tetapi tidak pada mikroba di kedalaman tersebut," imbuh Dr Nikolai.

Hidrokarbon Bantu Mikroba Bertahan Hidup

Ikan di Laut
Ilustrasi (Foto: aoml.noaa.gov)

Dr David Lea-Smith, dari School of Biological Sciences UEA, menambahkan, "Hidrokarbon ini dapat membantu mikroba bertahan dari tekanan yang menghancurkan bagian bawah Palung Mariana, yang sama dengan 1.091 kilogram yang ditekan ke kuku kita."

Menurut Dr David, bakteri-bakteri ini mungkin juga bertindak sebagai sumber makanan untuk mikroba lain, yang juga dapat mengkonsumsi hidrokarbon polutan yang kebetulan tenggelam ke dasar laut.

Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan guna memahami lingkungan unik ini secara keseluruhan.

“Mengidentifikasi mikroba yang menghasilkan hidrokarbon ini adalah salah satu prioritas utama kami, seperti halnya memahami jumlah hidrokarbon yang dilepaskan oleh aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang terisolasi,” papar Profesor Xiao-Hua Zhang.

Proliferasi mikroba penghancur hidrokarbon di bagian bawah Palung Mariana diterbitkan dalam jurnal Microbiome pada 12 April 2019.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya