Liputan6.com, Hanoi - Amerika Serikat telah kembali memulai operasi bernilai jutaan dolar untuk membersihkan limbah senjata biologis yang digunakannya dalam Perang Vietnam empat dekade lalu. AS pertama kali memulai operasi pembersihan itu pada 2012.
Operasi pembersihan Agent Orange (senyawa herbisida - defolian) yang baru diluncurkan akan memakan waktu selama 10 tahun dengan menelan biaya senilai US$ 183 juta, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (21/4/2019).
Situs di bandara Bien Hoa, di luar Kota Ho Chi Minh --yang dianggap paling terkontaminasi di negara itu-- akan menjadi target pembersihan.
Advertisement
Agent Orange adalah senyawa kimia mengandung bahan kimia polutan organik yang mampu menyebabkan deforestasi dan kerusakan ekosistem.
Baca Juga
Senyawa itu digunakan oleh militer AS untuk program peperangan herbisida (herbicidal warfare) dalam Perang Vietnam.
Dalam Perang Vietnam, militer AS menyemprotkan senyawa itu menggunakan alat yang diterbangkan dengan helikopter ke wilayah hutan atau ekosistem sasaran --terutama yang didiami oleh lawan.
Setidaknya, 80 juta liter Agent Orange diperkirakan telah disemprotkan oleh pasukan AS di Vietnam Selatan antara tahun 1962 dan 1971.
Tujuannya, untuk mengekspos lawan yang bersembunyi di bawah hutan kanopi Vietnam; atau merusak sistem agrikultur mereka dan memutus suplai makanan lawan.
Senyawa utama Agent Orange adalah dioksin, salah satu bahan kimia paling beracun yang diketahui manusia dan telah dikaitkan dengan peningkatan angka kanker dan cacat lahir.
Vietnam mengatakan beberapa juta orang telah dipengaruhi oleh Agent Orange, termasuk 150.000 anak-anak yang lahir dengan cacat lahir yang parah.
Sementara di Bien Hoa, bahan kimia tersebut juga telah mencemari tanah dan meresap ke sungai terdekat.
Jumlah dioxin di daerah itu empat kali lebih tinggi daripada yang ditemukan di bandara Danang di mana operasi serupa diselesaikan pada November 2018, sejak dimulai pada 2012 silam --dengan menelain biaya US$ 110 juta.
Sebuah pernyataan dari badan pengembangan AS, USAID, menggambarkan situs tersebut sebagai "hotspot tersisa terbesar" dioxin di Vietnam.
"Fakta bahwa dua mantan musuh sekarang bermitra pada tugas yang sedemikian kompleks merupakan sebuah tonggak sejarah," kata Duta Besar AS untuk Vietnam, Daniel Kritenbrink pada peluncuran program, Sabtu 19 April 2019.
Sejak 1960-an, dokter di Vietnam mulai melihat peningkatan tajam pada cacat lahir, kanker dan penyakit lain yang terkait dengan paparan bahan kimia Agent Orange.
AS telah memberikan kompensasi kepada veteran Perang Vietnam yang terdampak senyawa itu, tetapi belum memberikan kompensasi kepada warga sipil Vietnam.
Tiga Juta Orang Terdampak, Kompensasi Mandek
Hanoi mengatakan, hingga 3 juta orang Vietnam terpapar Agent Orange dan 1 juta orang menderita akibat kesehatan yang parah hari ini - termasuk setidaknya 150.000 anak-anak dengan cacat lahir.
Upaya para korban Vietnam untuk mendapatkan kompensasi dari Amerika Serikat tidak banyak berhasil.
Mahkamah Agung AS pada tahun 2009 menolak untuk mengambil kasus ini, sedangkan pemerintah Amerika maupun produsen bahan kimia --salah satunya Monsanto-- tidak pernah mengakui tanggung jawab.
Sementara para pejabat AS tidak pernah mengakui hubungan langsung antara Agent Orange dan cacat lahir, USAID pada Sabtu 20 April juga mengeluarkan "nota kesepakatan" untuk bekerja dengan lembaga pemerintah guna meningkatkan kehidupan para penyandang cacat di tujuh provinsi Vietnam.
Advertisement
Mencari Keadilan
Sementara itu, warga Vietnam kembali mencari keadilan bagi para korban Agent Orange, yang terinspirasi oleh vonis jutaan dolar terhadap Monsanto di California. Perusahaan bioteknologi itu telah memasok bahan kimia kepada militer AS selama Perang Vietnam.
Asosiasi Korban Agent Orange Vietnam (VAVA) telah menulis surat kepada pengadilan AS yang meminta agar mereka memulai kembali gugatan class action oleh para korban Agent Orange terhadap perusahaan-perusahaan kimia Amerika, termasuk Monsanto, yang ditolak oleh Pengadilan Distrik Timur New York pada 2004.
Kala itu, pengadilan menolak dengan mengklaim "kurangnya bukti" dan menyatakan bahwa "penyemprotan herbisida .. bukan merupakan kejahatan perang sebelum 1975.
Mengutip dua putusan pengadilan baru-baru ini di San Francisco, di mana Monsanto ditemukan bertanggung jawab atas kerusakan kesehatan dan perusahaan diperintahkan untuk membayar jutaan dolar sebagai kompensasi.
VAVA menegaskan bahwa sudah saatnya bagi perusahaan untuk bertanggungjawab karena memasok militer AS dengan Agent Orange Oranye selama kampanye perang kimia 1961-1971 melawan pejuang gerilyawan Viet Cong di mana 12 juta galon herbisida digunakan.
"Di mana keadilan bagi para korban Vietnam yang dihancurkan setiap hari oleh bahan kimia beracun?" kata surat itu seperti dikutip dari outlet media Rusia, RT, pada 21 April 2019.
"Apakah semua bukti ilmiah, dengan orang-orang sebagai bukti hidup, dan lingkungan Vietnam dirusak oleh Agent Orange yang digunakan oleh AS dalam perang yang tidak berarti dari tahun 1961-1971 masih tidak meyakinkan?," lanjut surat itu.
Monsanto, yang diakuisisi oleh raksasa Jerman Bayer AG Juni lalu, di masa lalu berpendapat bahwa militer AS yang menetapkan spesifikasi untuk membuat Agent Orange dan memutuskan di mana dan bagaimana herbisida digunakan. Perusahaan juga mencatat bahwa itu hanya salah satu dari banyak kontraktor pemerintah AS semasa perang yang memproduksi racun itu.
Bulan lalu, juri di San Francisco memberikan US$ 80 juta sebagai ganti rugi kepada Edwin Hardeman setelah pengadilan menemukan bahwa Roundup, herbisida berbahan dasar glyphosate yang terkenal milik Monsanto, adalah "faktor penting" dalam menyebabkan kanker limfoma non-Hodgkins.
Dalam kasus serupa pada Agustus 2018, Dewayne Johnson dianugerahi US$ 289 juta setelah terserang kanker akibat keterpaparan jangka panjang pada Roundup. Setelah berbulan-bulan menjalani drama hukum, pasien kanker yang sakit parah itu setuju untuk pengurangan pembayaranUS$ 78 juta.