26-4-1954: Cikal Bakal Vaksin Polio Diuji Coba Massal

Hari ini 65 tahun silam, pertama kalinya vaksin polio di dunia diuji coba secara massal.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Apr 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 06:00 WIB
Imunisasi Polio di Pakistan
Ekspresi seorang anak saat diberikan vaksin polio oleh pekerja kesehatan di Lahore, Pakistan, (9/4). Pakistan meluncurkan vaksinasi polio baru, yang bertujuan agar 38,7 juta anak di bawah usia 5 tahun mendapatkan vaksin tersebut. (AP Photo/KM Chaudary)

Liputan6.com, Virginia - Hari ini 65 tahun silam, vaksin polio Salk pertama kali diuji coba. Kegiatan pada 26 April 1954 yang melibatkan 1,8 juta anak-anak itu dimulai di Franklin Sherman Elementary School di McLean, Virginia, Amerika Serikat.

Semua itu bermula pada 12 April 1955, peneliti mengumumkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif. Vaksin tersebut segera menjadi bagian standar dari imunisasi anak-anak di Amerika.

Selama beberapa dekade setelah vaksin dijalankan, penyakit polio yang dahulunya sangat menular di Belahan Barat telah berkurang secara drastis.

Polio yang memiliki nama resmi poliomyelitis, merupakan penyakit menular akibat virus yang telah ada sejak zaman kuno. Penyakit tersebut menjadi wabah selama ertengahan awal Abad XX.

Dilansir dari History.com, pada 1940-an dan 1950-an polio diasosiasikan dengan alat bernama iron long, yakni tabung logam yang didesain untuk membantu pasien polio yang mengalami masalah kelumpuhan bernapas.

Presiden ke-32 AS, Franklin D. Roosevelt, didiagnosa terjangkit polio pada 1921 di usinya yang ke 39. Penyakit itu membuat bagian bawah tubuhnya lumpuh dan memaksa ia menggunakan leg braces--alat penguat anggota gerak bawah-- dan kursi roda sepanjang hidupnya.

Pada 1938, Roosevelt membantu mendirikan National Foundation for Infantile Paralysis yang kemudian berubah nama menjadi March of Dimes. Organisasi tersebut mengumpulkan dana untuk melakukan penelitian terkait polio, termasuk menguji coba vaksin Salk.

Saat ini, polio telah dilenyapkan di sebagian besar negara karena vaksin Polio tersebut. Namun hingga kini belum ada obat untuk mengatasi penyakit tersebut dan masih ada penyakit itu di sejumlah kecil negara di Afrika dan Asia.

Sosok Ilmuwan di Balik Vaksin Polio

Jonas Salk, penemu vaksin polio suntik (IPV)
Jonas Salk, penemu vaksin polio suntik (IPV) (Wikipedia/Public Domain)

Ilmuwan di balik vaksin Polio tersebut adalah dokter dan ahli epidemologi asal New York, Jonas Salk.

Karya Salk tentang vaksin anti-influenza pada 1940-an di University of Michigan School of Public Health, membawanya mengembangkan vaksin polio suntik (IPV) di University of Pittsburgh. Pada 1954, vaksin itu diuji coba dalam skala besar di AS yang dipimpin oleh mantan rekan Salk di Univeristy of Michigan, Dr Thomas Francis, Jr.

Pada akhir 1950-an, fisikawan kelahiran Polandia dan ahli virologi Albert Sabin, menguji vaksin polio oral (OPV) yang ia buat dari virus yang telah dilemahkan. Vaksin tersebut lebih mudah dikelola dan diproduksi dibanding milik Salk.

Vaksin Sabin itu tersedia dia Amerika pada awal 1960-an dan akhirnya menggantikan Salk sebagai pilihan vaksin polio di sebagian besar negara.

Sejarah Lain Tercipta

Imunisasi Polio di Pakistan
Pekerja kesehatan Pakistan memberi vaksin polio ke seorang anak di Karachi (9/4). Pakistan adalah salah satu dari hanya dua negara di dunia di mana polio, penyakit masa kecil yang melumpuhkan. (AFP Photo/Rizwan Tabassum)

Selain uji coba vaksin pertama, pada 26 April 1962, misi roket ke bulan oleh AS, Ranger IV akhirnya berhasil mendarat di bulan. Sayangnya, wahana itu 'mengambang' agak jauh dari tempat yang diperkirakan.

Ironisnya, gagal memberikan foto-foto karena kesalahan teknis. Kendati demikian, Ranger IV adalah keberhasilan AS pertama kali mencapai bulan.

Peristiwa lain yang terjadi pada 26 April, tepatnya di tahun 1986, adalah teror kematian Chernobyl. Malam sebelumnya, sekelompok teknisi sedang menjalankan eksperimen di Reaktor No.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl.

Uji coba dengan periapan minim yang mengabaikan prosedur keamanan layak, berakibat fatal. Reaktor seberat 2.000 ton itu menjadi tak stabil. Para teknisi tak mampu mengendalikan kebocoran radiasi dan kebakaran yang disertai ledakan tak terelakkan.

Insiden berujung maut itu mengakibatkan dua pekerja tewas seketika. Jumlahnya kemudian bertambah jadi 32 orang di awal krisis. Namun, malapetaka sesungguhnya justru terjadi setelah itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya