Liputan6.com, Kolombo - Otoritas Sri Lanka mengatakan bahwa dalang pemboman beruntun di ibu kota Kolombo, Zahran Hashim, telah tewas dalam aksi bom bunuh diri. Meski begitu, namanya diakui masih memicu ketakutan di benak masyarakat Negeri Ceylon.
Zahran Hashim diketahui telah menebar kebencian dan kekerasan selama bertahun-tahun, dan pada perayaan Minggu Paskah lalu, dia membuktikan kata-katanya tersebut.
Ketika para tamu salah satu hotel terdampak tengah menikmati sarapan di kafe yang menghadap ke laut, Hashim meledakkan dirinya, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Sabtu (27/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Pengeboman tersebut, dan juga delapan serangan teror lainnya, menghancurkan perdamaian yang telah susah payah dibangun oleh Sri Lanka lebih dari satu dekade terakhir, setelah perang saudara selama 25 tahun.
Tidak hanya itu, pemboman beruntun pada Minggu Paskah lalu itu juga membuat komunitas minoritas Kristen di Sri Lanka dilanda ketakutan yang teramat sangat, terutama untuk kembali menjalankan ibadah umum seperti sedia kala.
Namun, jauh sebelum serangan teror beruntun itu, telah terlihat sinyal ancaman kekerasan dari beragam pidato Zahran Hashim selama bertahun-tahun. Di internet, khotbah yang disampaikannya semakin radikal, sehingga membuat pemerintah Sri Lanka menyensor penuh pada pekan ini.
Dalam beberapa pekan menjelang serangan teror, dinas intelijen India berusaha memperingatkan pemerintah Sri Lanka tentang eksistensi Hashim dan paham radikal yang diabwanya.
Pesan itu gagal diteruskan. Padahal nama Zahran Hashim muncul di memo, tertanggal 11 April 2019, dan ditandatangani oleh Wakil Inspektur Jenderal Polisi Sri Lanka, yang diedarkan di antara sejumlah agen keamanan.
Ini adalah sinyal merah --atau bahaya-- yang disampaikan terkait keberadaan Zahran Hashim, dan secara khusus mendesak peningkatan status waspada pada keamanan nasional Sri Lanka.
Terlepas dari betapa dininya laporan intelijen yang diterima, sayangnya hal itu terlambat ditindaklanjuti.
Nama Zahran Identik dengan Teror
Di Kattankudy, sebuah kota berpenduduk mayoritas Muslim di Sri Lanka timur, tempat Zahran membangun pengikutnya, namanya masih identik dengan teror. Tidak ada penduduk setempat yang berani berbicara tentangnya di hadapan media, karena takut ada tindakan balas dendam.
Ketakutan itu tampaknya beralasan. Laporan CNN menyebut sebuah masjid setempat, di sebelah sebuah kuil yang dilapisi kain emas dan dihiasi bunga-bunga, para jamaahnya mengatakan mereka telah dilecehkan dan diteror oleh Zahran dan kelompok radikal lainnya selama bertahun-tahun.
Jemaah ini sebagian besar adalah sufi, yakni praktisi Islam yang mencapurkan beberapa unsur tradisional Sri Lanka.
Para ekstremis menganggap para sufi sebagai kafir, dan dalam satu video di YouTube, Hashim mengatakan bahwa jika seseorang "adalah kafir, maka ia akan dibunuh menurut hukum Syariah."
Di Kattankudy, para sufi setempat menandai banyak pelecehan dan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk peluru yang ditembakkan ke kantor-kantor masjid dan serangan pada 2017 oleh Hashim dan gerombolan pengikut yang memegang pedang.
Advertisement
Turut Mendalangi Penghancuran Patung Budha
Setelah serangan penghancuran patung Buddha, menurut otoritas Sri Lanka, Hashim tampaknya bersembunyi, tetapi terus mengeluarkan khotbah online yang semakin radikal.
Hilmy Ahamed, wakil presiden Dewan Muslim Sri Lanka, mengatakan bahwa ia juga membawa video Zahran ke pihak berwenang dan mendesak mereka untuk menangkapnya.
Ahamed melaporkannya lagi setelah beberapa terduga pengikut Hashim merusak patung-patung Buddha di Sri Lanka tengah pada 2018, sebuah langkah yang memicu reaksi singkat kemarahan oleh penduduk setempat, serta penyelidikan yang tampaknya mendekati rencana mengungkap kekerasan yang lebih besar.
"Pada 2018 ketika patung-patung Buddha dirusak, (Zahran) adalah mentor para pemuda radikal ini," kata Ahamed. "Dia berkhotbah kepada mereka bahwa Islam melarang penyembahan berhala sehingga patung-patung harus dihancurkan."
Tapi Hashim tidak ditangkap, dan tragedi tersebut tidak bisa dicegah.