Lebih dari 70 Orang Ditangkap Terkait Teror Bom Sri Lanka

Lebih dari 70 tersangka terkait teror bom Sri Lanka telah ditangkap di seluruh negeri itu sejak Minggu 21 April 2019.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 26 Apr 2019, 11:35 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2019, 11:35 WIB
99 Orang Tewas dalam Ledakan Gereja dan Hotel di Sri Lanka
Polisi mensterilkan jalan saat sebuah ambulans melaju membawa korban ledakan gereja di Kochchikade, Kolombo, Sri Lanka, Minggu (21/4). Sekitar 99 orang dilaporkan tewas dalam ledakan di tiga gereja dan tiga hotel di Sri Lanka. (AP Photo/Eranga Jayawardena)

Liputan6.com, Kolombo - Lebih dari 70 tersangka terkait teror bom Sri Lanka telah ditangkap di seluruh negara itu sejak Minggu 21 April 2019, kata juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekera.

Dia mengatakan para tersangka telah ditangkap atas dugaan terorisme, membantu dan bersekongkol, atau berkonspirasi untuk melakukan terorisme, demikian seperti dilansir CNN, Jumat (26/4/2019).

Juru bicara kepolisian Sri Lanka itu juga mengatakan, empat tersangka dengan tuduhan paling serius berada dalam tahanan Departemen Investigasi Terorisme (TID).

Sementara 33 tersangka lainnya ditahan oleh Departemen Investigasi Kriminal (CID). Semua tersangka yang tersisa ditahan oleh polisi setempat.

Mayoritas tersangka ditangkap di Kolombo, empat di antaranya adalah perempuan.

Semua tersangka berasal dari Sri Lanka dan sebagian besar adalah anggota keluarga atau teman-teman dari para bomber bunuh diri di empat hotel, tiga gereja, dan satu rumah di Kolombo dan Batticaloa pada 21 April lalu.


Pelaku Bom Bunuh Diri Pernah Diinterogasi di Australia

Militer Sri Lanka melakukan penyelidikan terhadap lokasi teror bom di Kolombo, Sri Lanka (AFP/Ishara S Kodikara)
Militer Sri Lanka melakukan penyelidikan terhadap lokasi teror bom di Kolombo, Sri Lanka (AFP/Ishara S Kodikara)

Salah satu tersangka pemimpin serangan bom bunuh diri pada perayaan Minggu Paskah di Sri Lanka, yang menewaskan sedikitnya 253 orang, dikabarkan pernah menjalani interogasi oleh pihak berwenang Australia, karena hubungannya dengan seorang tersangka perekrut utama ISIS.

Abdul Lathief Jameel Mohamed menjadi perhatian pihak berwenang Australia pada 2014, ketika ia dikaitkan dengan beberapa target anti-terorisme, lapor beberapa media Negeri Kanguru mengutip sumber-sumber intelijen.

Seperti diwartakan oleh The Straits Times pada Jumat (26/4/2019), Mohamed diselidiki oleh Tim Anti Terorisme Gabungan Australia pada 2014, setelah ia meninggalkan negara itu, dan terhubung dengan Neil Prakash, yang diduga menjadi perekrut utama ISIS.

Saat ini, Prakash sedang menunggu persidangan di Turki.

Mohamed diketahui tertarik dan menjadi sangat religius setelah menyeesaikan kuliah pascasarja pada bidang teknologi di Swinburne University, Melbourne, dari 2009 hingga 2013, kata laporan itu.

Samsul Hidaya, saudara perempuannya, mengatakan kepada surat kabar Daily Mail bahwa ketika Mohammed kembali ke Sri Lanka, dia "Menjadi sosok yang berbeda".

Ditambahkan oleh polisi Sri Lanka, Mohammed diketahui telah menempa paham radikal selama berkuliah di Australia. Dia bahkan diketahui sempat berpergian ke Suriah, sebelum kembali ke kampung halamannya.

Pihak berwenang Sri Lanka mencurigai Mohamed sebagai salah satu pemimpin dari sembilan pelaku bom bunuh diri, yang diyakini sebagai anggota kelompok Islam Nasional Thowheeth Jama'ath dan ISIS.


Pemerintah Sri Lanka Mengaku Lalai

Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)
Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)

Pemimpin Parlemen Sri Lanka, Lakshman Kiriella, mengatakan para pejabat senior sengaja menyembunyikan intelijen tentang kemungkinan serangan.

"Beberapa pejabat tinggi menyembunyikan informasi intelijen dengan sengaja," katanya kepada anggota parlemen, seperti dilansir BBC.

"Informasi ada di sana tetapi para pejabat tinggi keamanan tidak mengambil tindakan yang tepat."

Dia mengatakan peringatan intelijen dari India telah diterima pada 4 April 2019 tetapi, kantor berita Reuters mengatakan, Presiden Maithripala Sirisena dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dilaporkan tidak menerimanya.

Sementara sebagai implikasi lain, Presiden Sirisena telah memecat Menteri Pertahanan Sri Lanka Hemasiri Fernando dan Inspektur Jenderal Polisi Pujit Jayasundara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya