Liputan6.com, Jakarta - Meskipun ada penjelasan biologis yang masuk akal tentang mengapa perempuan memiliki puting, yakni untuk memberi makan bayi, namun fungsi fitur tubuh serupa pada pria hingga kini masih kurang jelas.
Teori seleksi alam versi ilmuan Charles Darwin mengatakan bahwa puting jantan tidak memiliki tujuan nyata dan, dengan demikian, seharusnya telah dihapuskan dari kondisi fisik spesies manusia sekarang.
Tentu saja tidak, dan ini ada hubungannya dengan dasar bagaimana manusia mulai berkembang dalam rahim, demikian sebagaimana dikutip dari Verywellhealth.com pada Kamis (2/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sejatinya, jawaban akan pertanyaan tersebut lebih sederhana dari yang Anda pikirkan. Selama embriogenesis (perkembangan embrio setelah pembuahan), betina dan jantan akan mulai dari basis genetika yang sama.
Hanya di bagian akhir dari delapan minggu pertama gen-gen terkait, yang disebut kromosom X dan Y, akan menentukan apakah bayi itu perempuan atau pria.
Kromosom Y adalah yang membedakan laki-laki (yang akan memiliki satu kromosom X dan satu Y) dari perempuan (yang akan memiliki dua kromosom X).
Selama empat sampai lima minggu pertama kehamilan, tidak akan ada perbedaan antara jenis kelamin bahkan ketika sel-sel embrionik terus membelah dan berspesialisasi.
Hanya pada minggu ke enam atau tujuh kromosom Y akan menyebabkan perubahan (melalui gen SRY) yang mengarah pada perkembangan testis dan jenis kelamin laki-laki. Pada tahap ini, puting sudah berkembang.
Sebaliknya, embrio wanita, yang tidak berada di bawah pengaruh kromosom Y, akan mengalami perubahan dalam sel mammae, dimulai dengan pengembangan lubang di pusat setiap puting susu.
Lubang ini secara bertahap akan membentuk depresi yang terhubung ke saluran laktiferosa (penghasil susu).
Sisa Perkembangan Janin
Sementara beberapa orang menganggap puting laki-laki sebagai "fitur peninggalan", yang berarti bahwa puting susu menjadi tidak berfungsi selama evolusi (seperti halnya apendiks atau gigi bungsu), di mana sebagian besar tidak benar.
Puting laki-laki mungkin lebih tepat digambarkan sebagai sisa-sisa perkembangan janin, tetapi bahkan itu menunjukkan mereka tidak melayani tujuan nyata.
Puting susu, pada kenyataannya, mengandung suplai saraf yang padat yang berfungsi sebagai organ stimulasi utama pada laki-laki atau perempuan.
Karena itu, dapat dianggap sebagai karakteristik seks sekunder bersama dengan rambut kemaluan, payudara membesar dan pinggul melebar pada wanita, serta rambut wajah dan jakun pada pria.
Puting jantan tidak kalah sensitif dari puting betina dan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap gairah seksual ketika dirangsang.
Dengan itu, jaringan saraf pada puting jantan jauh lebih padat, yang berarti respons indera cenderung lebih bijaksana.
Respons pada pria dan wanita ini tampak unik untuk spesies manusia.
Advertisement
Ketika Muncul Gejala Tidak Normal
Ada karakteristik yang terkait dengan payudara dan puting perempuan yang secara tidak normal dapat terjadi pada payudara dan puting jantan juga. Beberapa adalah hasil dari disregulasi hormon, sementara yang lain mungkin dipicu oleh genetika.
1. Galaktorea
Sementara seorang laki-laki tidak akan menyusui dalam keadaan biasa, payudara jantan dapat menghasilkan susu jika berada di bawah pengaruh hormon prolaktin.
Kondisi ini, yang dikenal sebagai galaktorea laki-laki, sering terjadi sebagai akibat dari pengobatan atau kondisi medis yang memicu penurunan hormon pejantan (terutama testosteron), dan peningkatan hormon bertina secara asosiatif.
Salah satu contohnya adalah obat Motilium (domperidone), yang tidak hanya mengobati masalah laktasi pada perempuan, tetapi dapat digunakan pada laki-laki untuk mengobati mual, muntah, gastroparesis, dan penyakit Parkinson.
2. Ginekomastia
Ginekomastia adalah pembesaran payudara laki-laki yang biasanya terjadi pada mereka yang lebih tua, karena kadar testosteron semakin menurun seiring bertambahnya usia.
Selain pembengkakan jaringan payudara secara umum, ginekomastia dapat memicu pembesaran puting dan areola di sekitarnya.
Ginekomastia juga dapat memengaruhi anak laki-laki dan pria yang lebih muda untuk sejumlah alasan. Dalam beberapa kasus, kondisinya akan bersifat sementara, terutama pada remaja pria yang menjalani pubertas.