Inggris Didesak untuk Gabung Koalisi Militer AS demi Tekan Iran

Kabinet Inggris menghadapi tekanan dari politisi parlemen untuk bergabung dalam koalisi militer multinasional pimpinan AS untuk menekan Iran.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 22 Jul 2019, 11:20 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 11:20 WIB
Ilustrasi Bendera Inggris
Ilustrasi Bendera Inggris. (iStock)

Liputan6.com, London - Kabinet pemerintah Inggris menghadapi tekanan dari politisi parlemen untuk bergabung dalam koalisi militer multinasional pimpinan Amerika Serikat. Koalisi itu tengah dipersiapkan untuk menghadapi eskalasi tensi dengan Iran.

Seruan datang dari sejumlah politisi oposisi dan backbenchers (legislator non-penjabat menteri) di Westminster. Mereka mendesak agar Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt menerima tawaran AS untuk bergabung dalam koalisi keamanan maritim di Teluk Persia dan Selat Hormuz yang memanas, the Guardian, Senin (22/7/2019).

Baik Inggris dan Iran juga tengah terlibat dalam tensi diplomatik. Keduanya saling melakukan penyitaan kapal berbendera masing-masing negara.

Inggris menyita kapal Grace 1 Iran di perairan Gibraltar awal Juli 2019, atas tuduhan melanggar sanksi yang ditetapkan Amerika Serikat terkait pelarangan pengiriman minyak ke Suriah.

Sementara Iran menyita kapal Stena Impero di Selat Hormuz akhir pekan lalu, atas tuduhan "melanggar hukum internasional di wilayah kedaulatan Iran."

Baik kedua pihak membantah tuduhan yang dialamatkan kepada mereka.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Kata Politisi Parlemen Inggris

Tanker berbendera Inggris milik  firma Swedia, Stena Impero (Vesselfinder / AFP PHOTO)
Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (Vesselfinder / AFP PHOTO)

Politisi parlemen Inggris menyatakan kekecewaan kepada menteri kabinet, terutama Menlu Hunt dan Menteri Pertahanan Tobias Ellwood, yang dinilai enggan menerima tawaran AS terkait pembentukan koalisi keamanan maritim di Teluk Persia.

Keengganan itu, kata backbenchers Iain Duncan Smith, memicu kegagalan Inggris dalam memberikan keamanan yang layak kepada kepentingan mereka di perairan dekat Iran, serta berujung pada penahanan Stena Impero.

Smith, yang digadang-gadang akan menduduki jabatan menteri di kabinet Boris Johnson --yang diperkirakan akan menjadi PM Inggris selanjutnya-- mengatakan pemerintah perlu segera menjawab tuduhan bahwa mereka telah membuat kesalahan.

Anggota parlemen itu mengatakan, rekan-rekan politisinya telah menerima informasi bahwa Washington sudah mengundang Inggris "untuk menggunakan aset AS untuk mendukung rute pelayaran Inggris (di Teluk)."

"Namun, mereka tidak mengambil tawarab pada saat itu."

Smith juga mempertanyakan mengapa Inggris tidak mengirim aset militer tambahan segera setelah muncul sinyal-sinyal eskalasi dengan Iran, terutama, pasca-penahanan kapal Grace 1 Iran oleh Inggris di Gibraltar pada 2 Juli 2019 lalu.

Di sisi lain, Menhan Ellwood mengatakan bahwa penngurangan anggaran militer telah menyebabkan AL Inggris kesulitan untuk "mengerahkan aset guna melindungi kepentingan Inggris di seluruh penjuru dunia."

Sementara itu, sumber yang dekat dengan kantor Kementerian Luar Negeri Inggris (FCO) mengatakan bahwa Menlu Hunt diharapkan untuk segera mengumumkan sanksi baru kepada Iran, terkhusus Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yang disebut melakukan operasi penahanan langsung Stena Impero di Selat Hormuz.

FCO juga diperkirakan masih mengupayakan langkah-langkah diplomasi untuk meredakan ketegangan terkini dengan Iran.

Saat ini, FCO juga telah mengeluarkan peringatan agar kapal berbendera Inggris tidak berlayar di Selat Hormuz menyusul insiden penyitaan Stena Impero.

Kata Iran

Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (AP PHOTO)
Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (AP PHOTO)

Pertemuan anggota parlemen Iran pada Minggu 21 Juli menyambut penangkapan kapal Stena Impero.

Parlemen Iran juga menyerukan pemerintah untuk mempertimbangkan membebankan tarif pada semua pengiriman Inggris dan AS menuju Selat Hormuz, sebuah langkah yang akan mengarah pada konfrontasi laut karena selat tersebut dianggap perairan internasional.

"Kami juga meminta agar kapal Iran (Grace 1) dilepaskan sesegera mungkin sehingga kita tidak harus memaksakan tarif pada kapal-kapal Inggris dan AS yang melintasi Selat Hormuz," kata Mostafa Kavakebian, seorang anggota komite keamanan nasional parlemen Iran.

Para pejabat Iran secara eksplisit mengatakan, penangkapan Stena Impero pada Jumat 19 Juli lalu merupakan pembalasan atas penangkapan Grace 1.

Juru bicara parlemen Iran, Ali Larijani, mengatakan Inggris "mencuri (Grace 1) dan segera mendapat ganjarannya" dari IRGC.

Duta Besar Iran untuk Inggris, Hamid Baeidinejad, mengatakan di Twitter bahwa Inggris perlu menahan "kekuatan politik domestik yang ingin meningkatkan ketegangan yang ada antara Iran dan Inggris hingga di luar masalah kapal. Ini cukup berbahaya dan tidak bijaksana pada waktu yang sensitif di kawasan itu," katanya, seraya menambahkan bahwa Iran "siap untuk skenario yang berbeda."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya