India Minta Iran Bebaskan 18 Pelautnya yang Ditahan Bersama Tanker Inggris

India meminta Iran membebaskan 18 pelautnya yang ditahan bersama kapal berbendera Inggris di Selat Hormuz.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Jul 2019, 13:01 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2019, 13:01 WIB
Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (AP PHOTO)
Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (AP PHOTO)

Liputan6.com, New Delhi - India telah berkomunikasi dengan Iran, meminta Teheran membebaskan 18 pelautnya yang ditahan bersama tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Ke-18 pelaut itu merupakan bagian dari puluhan awak multinasional dalam kapal tanker Stena Impero, berbendera Inggris milik firma perkapalan Swedia, Stena Bulk, demikian seperti dikutip dari The Hindu, Minggu (21/7/2019).

Iran mengumumkan penahanan Stena Impero pada Jumat 18 Mei 2019, mengklaim bahwa tanker itu telah "bersinggungan dengan kapal nelayan Iran, mengabaikan panggilan darurat (distress call) dan melanggar hukum pelayaran internasional."

Kini, ia dipaksa merapat di Pelabuhan Bandar Abbas, Iran selatan, bersama awaknya.

Inggris dan Stena Bulk telah membantah tuduhan Iran, mengatakan bahwa tanker tersebut berlayar di perairan internasional.

Menteri Luar Negeri Inggris juga telah berkomunikasi dengan Teheran, mendesak pembebasan Stena Impero.

Sementara Stena Bulk telah mengajukan permohonan kepada Iran agar bisa menemui awaknya, yang dikatakan dalam kondisi sehat.

Para pejabat Inggris mengatakan, mereka percaya bahwa penyitaan Stena Impero oleh Iran merupakan balasan atas penyitaan sebuah kapal tanker Iran Grace 1 di Gibraltar oleh pasukan Inggris awal bulan ini.

Grace 1 diduga telah melanggar sanksi Amerika Serikat terkait Suriah. Empat orang India di antara awak kapal itu ditahan tetapi kemudian dibebaskan dengan jaminan tanpa dakwaan.

Kapten Kapal Stena Impero WN India

Tanker berbendera Inggris milik  firma Swedia, Stena Impero (Vesselfinder / AFP PHOTO)
Tanker berbendera Inggris milik firma Swedia, Stena Impero (Vesselfinder / AFP PHOTO)

Soal insiden Stena Impero, juru bicara Kementerian Luar Negeri India Raveesh Kumar, pada Sabtu 20 Juli 2019 mengatakan:

"Kami sedang memastikan rincian lebih lanjut tentang insiden tersebut. (Kedutaan) kami berhubungan dengan Pemerintah Iran untuk menjamin pembebasan awal dan pemulangan warga negara India," demikian seperti dikutip dari The Hindu.

Kedutaan Besar Iran di Delhi mengatakan tidak memiliki informasi lebih lanjut tentang tuduhan terhadap orang-orang India yang ditangkap, tetapi Iran akan melindungi mereka.

"Berdasarkan niat baik yang ada antara Iran dan India, kedua negara melindungi warga negara dari pihak lain, dan ini bukan masalah yang memprihatinkan," kata seorang pejabat kedutaan senior ketika ditanya oleh The Hindu tentang nasib orang-orang India pada kapal tersebut.

Kapten kapal dan 17 anggota awak lainnya yang ditahan di kapal adalah orang India, kata seorang pejabat Iran, yang dikutip oleh kantor berita. Pejabat itu mendaftarkan lima lainnya dengan kebangsaan Rusia, Filipina dan Latvia.

Menurut pemerintah Iran, Stena Impero terlibat dalam tabrakan dengan kapal nelayan Iran yang lebih kecil di Selat, yang disebut sebagai "pelanggaran peraturan internasional".

"Setelah ditangkap, kapal dipindahkan ke pantai Iran untuk menjalani prosedur hukum," kata Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam sebuah pernyataan.

Desakan Inggris

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt (AP/Markus Schreiber)
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt (AP/Markus Schreiber)

Menteri Luar Negeri Inggris, Jeremy Hunt mendesak Iran untuk membatalkan penyitaan "ilegal" kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Hunt mengatakan bahwa sikap Iran "menimbulkan pertanyaan yang sangat serius" tentang keamanan pengiriman Inggris dan internasional di Selat Hormuz, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (21/7/2019).

Desakan itu muncul beberapa waktu setelah Iran merilis rekaman baru tentang penyitaan tanker Stena Impero pada Jumat 19 Juli 2019.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya