Jangan Resahkan Mati Listrik, Ini 4 Manfaat Tidur Tanpa Lampu Bagi Kesehatan

Jangan khawatir jika mati listrik, berikut ini empat manfaat tidur tanpa lampu bagi kesehatan tubuh.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Agu 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 18:35 WIB
Ilustrasi mati lampu
Ilustrasi mati lampu (Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Minggu, 4 Agustus 2019, Jakarta dilanda blackout atau pemadaman listrik besar-besaran. Ini terjadi sejak siang hari, sekitar pukul 11.00 WIB, hingga pukul 21.00 WIB.

Selain mati lampu dan menyebabkan kota gelap gulita selama enam jam lebih, blackout pun membuat sejumlah provider terganggu, tak terkecuali seluruh sistem yang dijalankan secara daring atau online.

Banyak warga yang mengeluhkan pemadaman listrik ini, akan tetapi ada pula yang bersyukur karena adanya blackout di Jakarta.

Namun, tahukah Anda bahwa cahaya, entah itu terang atau redup, memiliki efek mendalam pada kualitas tidur kita? Paparan sinar matahari, semisal, menstimulasi tubuh dan pikiran, mendorong perasaan terjaga, waspada, dan memantik energi kita.

Pancaran cahaya lampu pada malam hari juga merangsang kewaspadaan diri. Hal ini juga bisa menimbulkan masalah serius, karena tidur menjadi tak nyenyak sehingga membuat badan tak segar hingga memicu sulit tidur.

Terkadang, kita bahkan bisa beberapa kali terbangun pada tengah malam lantaran tidur dengan lampu benderang. Demikian seperti dikutip dari pursuit.unimelb.edu.au, Senin (5/8/2019).

Untuk itu, ada hikmah di balik peristiwa blackout kemarin terhadap kualitas tidur kita, dan alasan baik mengapa harus tidur dengan lampu mati, berikut 4 di antaranya:

1. Pengaruh Lampu Terhadap Hormon Tertentu

Mati Lampu
Ilustrasi (Istimewa)

Hormon melatonin adalah kunci untuk memahami mengapa lampu malam begitu buruk bagi kita. Biokimia tersebut diproduksi oleh kelenjar pineal otak pada malam hari -- saat ruangan gelap -- untuk mengatur siklus tidur dan bangun kita.

Hormon ini menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan suhu tubuh --respon fisiologis yang bertanggung jawab untuk mencapai tidur nyenyak.

Seperti yang dikatakan oleh ahli saraf George Brainard, bagian otak yang mengendalikan jam biologis kita adalah Suprachiasmatic Nucleus (SCN), sekelompok sel dalam hipotalamus. Sel-sel ini merespons sinyal terang dan gelap.

Saraf optik di mata kita merasakan cahaya dan mengirimkan sinyal ke SCN yang memberi tahu otak bahwa sudah waktunya kita bangun.

Melatonin juga memulai proses lain, seperti menaikkan suhu tubuh dan memproduksi hormon seperti kortisol. Tingkat kortisol kita relatif rendah pada malam hari, memungkinkan kita untuk tidur pulas.

Hormon ini pun diproduksi lebih tinggi pada siang hari, memungkinkan stabilisasi energi yang dihasilkan dan modulasi fungsi kekebalan tubuh.

Namun, lampu malam secara tidak wajar meningkatkan kadar kortisol pada malam hari, yang mengganggu tidur kita dan menimbulkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan kadar lemak tubuh, resistensi insulin, dan peradangan sistemik.

Lampu yang menyala pada malam hari pun berkontribusi terhadap 'hutang tidur' dan gangguan neuroregulasi, seperti nafsu makan.

Namun, jika kamar kita gelap pada malam hari, tidak ada sinyal optik ke SCN. Jadi tubuh kita memompa melatonin yang sangat dibutuhkan. Selain itu, kadar melatonin kita diatur sesuai dengan jumlah paparan yang kita terima pada hari sebelumnya.

2. Kesehatan Mata

Ilustrasi Mati Lampu
Ilustrasi Mati Lampu(Liputan6.com/Johan Fatzry)

Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan cahaya kamar yang terang mempersingkat durasi melatonin untuk bekerja, sekitar 90 menit, dibandingkan dengan paparan cahaya redup.

Selain itu, paparan cahaya kamar selama jam-jam tidur biasanya menekan kadar melatonin lebih dari 50%.

Jadi, cahaya di kamar tidur Anda menyebabkan masalah. Ditambah dengan adanya tablet, ponsel cerdas, dan bola lampu hemat energi, yang membuatnya kian memburuk.

Banyak perangkat modern memancarkan cahaya biru dari dioda pemancar cahaya (LED) --sinar yang menekan melatonin. Hal ini dikarenakan melanopsin --suatu fotopigmen yang ditemukan dalam sel-sel khusus retina yang terlibat dalam pengaturan ritme sirkadian-- paling sensitif terhadap cahaya biru.

Baru-baru ini, para ilmuwan memperingatkan orang-orang tentang dampak cahaya dari monitor komputer pada tingkat melatonin.

Mereka menemukan bahwa lampu komputer di malam hari --terutama cahaya biru yang dipindai dengan menggunakan kacamata, yang terhalang gelombang panjang yang berbeda-- mengurangi tingkat melatonin dalam tubuh.

Sebuah studi terkait menemukan bahwa gawai mampu menekan melatonin dan mengganggu tidur. Namun, para peneliti menulis: "Penting untuk mengakui bahwa penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur dapat mengganggu tidur."

3. Menghindari Kanker

Ilustrasi Mati Lampu
Ilustrasi Mati Lampu (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Sebuah studi yang dilakukan pada 10 tahun lalu menemukan, 1.670 wanita yang terpapar cahaya lampu malam dengan intens memiliki peluang 22% lebih tinggi terkena kanker payudara, diandingkan dengan mereka yang tidur dalam kegelapan total.

Para peneliti menyimpulkan, semua ini disebabkan oleh gangguan hormon melatonin. Masalah seperti ini lebih rentan terjadi pada pekerja shift malam. 

4. Agar Tidak Kegemukan

Investasi Mati Lampu
Ilustrasi Mati Lampu (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Cahaya pada malam hari juga berkontribusi terhadap kenaikan berat badan kita, dengan mengubah waktu asupan makanan. Tikus, ketika terpapar cahaya lampu malam, bertambah berat badannya --meskipun telah berolahraga dan porsi makannya disamakan dengan saudara-saudaranya yang tidak terpapar cahaya lampu.

Para ilmuwan juga telah mengkorelasikan kadar melatonin yang rendah dengan diabetes, meskipun tidak diketahui pasti penyebab asalnya, selain melatonin yang terganggu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya