Tingginya Angka Bunuh Diri... 10 Fakta Mengejutkan Tentang Transgender

10 fakta mengenai transgender yang belum diketahui banyak oleh publik.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Nov 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2019, 20:40 WIB
LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Transgender mungkin masih dianggap tabu oleh kebanyakan orang. Tak hanya di Indonesia, tapi hal itu juga masih terjadi di seluruh dunia. 

Menurut kebanyakan orang, transgender merupakan kesalahan dari berbagai aspek, entah secara agama, politis maupun norma sosial. Namun ternyata, banyak stigma mengenai transgender yang sebenarnya salah.

Dari sisi mereka sendiri, yang merupakan seorang transgender, sebenarnya mengalami berbagai kebimbangan dalam hidupnya sebelum akhirnya memutuskan untuk menunjukkan jati diri mereka.

Dilansir dari List Verse, Sabtu (9/11/2019), berikut adalah 10 fakta mengenai transgender yang banyak belum diketahui: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


1. Tingginya jumlah kasus transgender bunuh diri

Bunuh Diri
Ilustrasi Foto Bunuh Diri (iStockphoto)

Tak disangka, ternyata banyak kasus transgender yang melakukan uji coba bunuh diri. Berbagai hal menjadi alasan mereka, diantaranya harga diri ataupun intimidasi.

Sebanyak 43% transgender mengatakan bahwa mereka pernah mencoba melakukan usaha bunuh diri. Terkait dengan masalah intimidasi atau kekerasan, hampir 30% remaja melaporkan bahwa mereka merasa tidak aman ketika bepergian ke sekolah.

Banyak juga transgender yang mengatakan bahwa mereka setidaknya dua kali melakukan percobaan bunuh diri. 

Sebagai perbandingan, hanya 5% laki-laki normal yang melakukan percobaan bunuh diri dan jumlah yang sama bagi perempuan normal.


2. Terjadi banyak komplikasi saat operasi transgender

Ilustrasi ruang operasi (iStock)
Ilustrasi ruang operasi (iStock)

Walaupun setiap tindakan operasi pasti memiliki risiko, namun beda halnya dengan operasi kelamin. Masalah yang paling sering dilaporkan berpusat di sekitar kandung kemih atau uretra.

Mengingat kerumitan dari kedua operasi, entah itu pria-wanita atau sebaliknya, tidak mengherankan bahwa komplikasi kemih umum terjadi.

Satu studi pada 2017 sampai pada kesimpulan bahwa lebih dari 33% orang transgender mengeluhkan masalah medis mengenai area tersebut.

Secara khusus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengalaman dan spesialisasi oleh dokter telah menyebabkan penurunan komplikasi bedah.

Namun, riset tersebut menguak sebanyak 11% pasien membutuhkan operasi tambahan yang tidak direncanakan karena pendarahan yang luas di lokasi bedah.


3. Jumlah kasus pembunuhan transgender meningkat

Ilustrasi Pembunuhan (iStock)
Ilustrasi Pembunuhan (iStock)

Meskipun masih relatif sedikit jumlahnya, angka pembunuhan transgender dilaporkan meningkat di AS dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2018, ada 26 pembunuhan transgender, dengan sebagian besar korban adalah perempuan transgender kulit hitam. Pada 2019, setidaknya ada 21 kasus.

Adapun mengapa orang kulit hitam transgender tampaknya lebih rentan mengalami kekerasan. Kemungkinan dihubungkan dengan fakta bahwa mereka lebih banyak menghadapi diskriminasi.

Entah karena jenis kelamin mereka, seksualitas mereka atau ras mereka, ada lebih banyak alasan mengapa orang memilih untuk menyerang mereka.

Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan sebanyak 10% orang transgender melaporkan diserang secara fisik dalam setahun terakhir.


4. Hubungan seks dengan wanita transgender

Ilustrasi Crosshijaber
Ilustrasi Crosshijaber. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Belum banyak penelitian mengenai pria heteroseksual dan wanita transgender.

Dari sedikit studi yang telah dilakukan, mereka memiliki beberapa kesimpulan bahwa di antara mereka, beberapa pria tidak menganggap diri mereka gay jika mereka tidur dengan seorang wanita transgender, bahkan jika dia belum menyelesaikan sisi operasi transformasi.

Untuk pendekatan yang lebih ilmiah, penelitian telah menunjukkan bahwa satu-satunya hal yang benar-benar penting bagi sebagian pria adalah bahwa mereka secara lahiriah terlihat "feminin".


5. Mahalnya biaya operasi

LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Bagi mereka yang menderita disforia gender, ada beberapa pilihan di luar sana.

Mulai dari sekadar berpakaian sebagai jenis kelamin pilihan mereka hingga hanya menggunakan obat pengganti hormon.

Pilihan yang paling ekstrem adalah operasi penggantian kelamin tetapi tidak tersedia bagi banyak orang karena harganya yang mahal.

Pertama, hampir semua asuransi tidak mencakup operasi atau hanya akan menanggung sebagian kecil dari biayanya. Kedua, biayanya bisa sangat besar, dengan beberapa studi menetapkan harga lebih dari US$100.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar.

Oleh karena itu, banyak orang transgender sering hanya akan menjalani sebagian operasi, dengan beberapa melakukan tindakan ekstrem, seperti pengikatan dada, untuk memastikannya terlihat semirip mungkin dengan jenis kelamin yang mereka sukai.


6. Penyesalan usai operasi

Transgender mengikuti ajang olahraga.
Transgender mengikuti ajang olahraga.(Source: List verse)

Seperti banyak masalah transgender terkait kesehatan, tidak ada informasi yang cukup tentang seberapa sering orang melaporkan penyesalan pasca operasi, meskipun banyak kisah yang terjadi.

Namun, beberapa dokter telah melaporkan bahwa pasien kembali datang dalam beberapa bulan atau tahun setelah operasi mereka dan meminta untuk dikembalikan seperti semula.

Jika beberapa penelitian benar-benar dilakukan, sekitar satu dari 20 orang transgender diyakini menderita penyesalan pasca operasi.

Beberapa orang melaporkan pengaruh hormon sebagai kekuatan pendorong di balik keputusan terburu-buru mereka untuk menjalani operasi sedangkan lainnya mengeluh kurangnya terapi yang tersedia, yang memicu mereka untuk melakukan bunuh diri.


7. Wanita transgender ikut berkompetisi dalam ajang olahraga

[Bintang] Ilustrasi Operasi Plastik
Tengah menjadi tren di Korea Selatan, amankah operasi plastik dilakukan saat remaja? (Sumber Foto: Dr Pattys)

Kebanyakan orang mungkin tidak menyadari hal ini, tetapi Komite Olimpiade Internasional telah benar-benar memungkinkan orang transgender untuk berpartisipasi sejak 2003.

Hampir semua orang setuju dengan pria transgender yang bersaing, tetapi banyak yang melihat wanita transgender mengalami ketidakadilan.

Mungkin untuk melawan kepercayaan itu, IOC melembagakan beberapa aturan yang sangat spesifik di sekitar level testosteron pada atlet wanita mereka.


8. Operasi transgender bukanlah hal baru

[Bintang] Ilustrasi HIV
Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto: POZ Magazine)

Meskipun tampaknya operasi kelamin merupakan fenomena yang relatif baru, operasi transgender, atau operasi penggantian kelamin, sudah ada sejak lama.

Operasi pertama yang dilakukan untuk seorang individu transgender adalah mastektomi pada tahun 1926, yang dilakukan oleh klinik terkenal seksolog Jerman Magnus Hirschfeld.

Penektomi atau proses penghilangan penis, pertama dilakukan empat tahun kemudian, dengan vaginoplasti pertama di dunia pada tahun berikutnya. (Sayangnya, pasien meninggal tak lama setelah itu.)

Orang Amerika pertama yang menjalani operasi adalah Christine Jorgenson.

Pada tahun 1952, ia melakukan perjalanan ke Denmark dan dilakukan oleh Christian Hamburger. (Dia bahkan memilih namanya untuk menghormatinya.)

Mungkin karena penampilannya yang cantik dan rambutnya yang pirang, Jorgenson diterima dengan baik oleh publik Amerika, menjadi ikon bagi orang-orang transgender selama beberapa dekade sesudahnya.


9. Tingginya tingkat HIV

LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Menurut Centers od Disease Control, ada sejumlah fakta menarik tentang transgenderisme dan HIV.

Secara total, mereka tiga kali lebih berpotensi daripada rata-rata nasional untuk terkena HIV.

Stigma dan diskriminasi, faktor-faktor yang mempengaruhi orang-orang transgender lebih daripada kelompok-kelompok lain, sering dikutip sebagai alasan untuk persentase yang lebih tinggi.

Dalam sebuah penelitian, 84% dari mereka yang didiagnosis adalah wanita transgender dan 15% adalah pria transgender. (1% adalah gender yang tidak sesuai.) Termasuk dalam angka-angka itu adalah fakta bahwa sebanyak 14% perempuan transgender memiliki HIV, dengan orang kulit hitam hampir setengah dari jumlah itu.


10. Kasus transgender sangatlah jarang

LGBT atau GLBT Lesbian Gay Biseksual dan Transgender
Ilustrasi Foto LGBT atau GLBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender). (iStockphoto)

Sebuah studi tahun 2016, yang melihat berbagai survei selama sembilan tahun sebelumnya, menyimpulkan dua hal.

Pertama, proporsi individu transgender tumbuh dari waktu ke waktu. Kedua, jumlah itu masih sangat kecil: hanya sekitar 1 dari setiap 250 orang dewasa, atau 0,4%.

Sebagai perbandingan, semua orang lesbian, gay, atau biseksual di A.S. hanya menyumbang sekitar 4%.

Dengan fakta itu, pasti mengejutkan bahwa begitu banyak orang terlalu menghebohkan kehidupan populasi transgender yang sebenarnya sangat kecil.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya