Liputan6.com, Hong Kong - Seorang pria tewas di Hong Kong setelah dipukul kepalanya saat bentrokan antara pendukung pemerintah dan pengunjuk rasa.
Pemerintah mengatakan petugas kebersihan berusia 70 tahun itu sedang istirahat makan siang pada Rabu 13 November 2019, ketika dia terkena benda keras yang dilemparkan oleh perusuh bertopeng.
Pria berusia 70 tahun itu dipukul kepalanya saat protes di Kota Sheung Shui di perbatasan Hong Kong. Menurut video yang konon tentang kejadian tersebut, terlihat dua kelompok saling melempar batu bata sebelum pria itu jatuh ke tanah setelah dipukul bagian kepalanya.
Advertisement
Seorang pengawas polisi mengatakan kepada outlet berita SCMP bahwa petugas kebersihan itu tidak terlibat, dan "hanya mengambil gambar di tempat kejadian". Dia meninggal di rumah sakit pada hari Kamis.
Mengutip BBC, Jumat (15/11/2019), Departemen Kebersihan dan Makanan (FEHD) Hong Kong mengatakan pria itu adalah pekerja outsourcing yang tengah beristirahat makan siang.
FEHD juga mengutuk para pengunjuk rasa, menyebut mereka "sangat berbahaya".
"(Mereka) melakukan tindakan kekerasan di berbagai distrik tiga hari berturut-turut, di mana mereka hanya menyerang anggota masyarakat lainnya. Perbuatannya keterlaluan."
Kekerasan di Hong Kong Kian Meningkat
Hong Kong tengah dilanda peningkatan kekerasan minggu ini, dengan pertempuran jalanan yang intens, bentrokan keras di universitas, dan protes flashmob saat makan siang.
Pada hari Senin, seorang polisi menembak seorang aktivis di torso dengan peluru tajam, dan seorang pria dibakar ketika berdebat dengan para demonstran anti-pemerintah.
Seminggu yang lalu, Alex Chow, seorang siswa berusia 22 tahun, meninggal setelah jatuh dari sebuah gedung selama operasi polisi.
Japan Times juga melaporkan bahwa seorang warga Jepang jadi korban luka para pendemo Hong Kong pada Senin 11 November, demikian Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi mengungkapkan sehari setelahnya pada hari Selasa.
"Pria itu, yang berusia 50-an, menerima perawatan dan telah dikeluarkan dari rumah sakit," Motegi mengatakan pada konferensi pers.
Pria itu diyakini sebagai orang Jepang pertama yang terluka dalam protes berkepanjangan di Hong Kong.
Media setempat melaporkan pada hari Senin bahwa pengunjuk rasa menyerang seorang pria Jepang yang mengambil gambar di daerah Mong Kok setelah mengira dia seorang China daratan.
Konsulat Jenderal Jepang di Hong Kong menghubungi pria itu pada hari Senin dan mengkonfirmasi cederanya, dan sekarang sedang memeriksa sejauh mana cederanya dan bagaimana itu terjadi, menurut Kementerian Luar Negeri setempat.
Seorang pejabat senior kementerian mengatakan pria itu adalah warga negara swasta dalam perjalanan bisnis.
Advertisement
Protes Menjalar hingga ke Luar Negeri
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping mengatakan penggunaan Hong Kong atas "satu negara, dua sistem" sedang "ditantang".
Dan di London, Menteri Kehakiman Teresa Cheng terluka setelah diseret oleh pengunjuk rasa, kata kedutaan besar China.
China mengecam keras insiden itu dan menyerukan penyelidikan menyeluruh.
Cheng tengah berada di London untuk mempromosikan Hong Kong sebagai pusat penyelesaian perselisihan dan kesepakatan.
Video yang beredar menunjukkan dia tengah berjalan menuju kampus di Chartered Institute of Arbitrators, ketika dia dikelilingi oleh sekelompok pengunjuk rasa. Beberapa memegang tanda-tanda dan berteriak "pembunuh" dan memulai huru-hara, lalu Cheng jatuh ke tanah.
Dia bangkit kembali dan dikawal pergi tanpa ada tanda-tanda cedera, AFP melaporkan.
Sementara itu, sebuah pernyataan dari kedutaan besar Tiongkok di Inggris mengatakan, Cheng telah didorong ke tanah dan mengalami cedera tangan.
Insiden itu disebut menunjukkan "pelaku kekerasan dan pelanggar hukum", dan membawa kekerasan domestik ke luar negeri.
Polisi Metropolitan London mengatakan kepada BBC bahwa mereka sedang menyelidiki tuduhan penyerangan dan tidak ada penangkapan yang dilakukan.
"Seorang wanita dibawa ke rumah sakit oleh London Ambulance Service yang menderita cedera pada lengannya. Penyelidikan sedang dilakukan untuk memastikan keadaan penuh," kata sebuah pernyataan.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam juga mengutuk para pengunjuk rasa, dengan mengatakan "tindakan biadab melanggar garis bawah masyarakat beradab".