Bentuk Solidaritas Perangi Pandemi Corona COVID-19, Warga India Diminta Matikan Lampu

Sebagai bentuk upaya solidaritas masyarakat India, PM Narendra Modi meminta semua warga untuk mematikan lampu sejenak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Apr 2020, 10:28 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2020, 10:28 WIB
Mati Lampu
Persiapan mati lampu (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, New Delhi - Seluruh masyarakat India diminta untu mematikan lampu sebagai bentuk panggilan untuk bersatu selama negara itu memerangi Virus Corona COVID-19.

Perdana Menteri Narendra Modi meminta 1,3 miliar warga India untuk meluangkan waktu mereka selama sembilan menit tanpa listrik pada Minggu 5 April 2020 pukul 21.00 waktu setempat (16.30 GMT).

Dia mendesak mereka untuk "menantang kegelapan" COVID-19 dengan menyalakan lilin dan lampu.

Seperti dikutip dari laman BBC, Senin (6/4/2020), jutaan orang pun merespons, menerangi langit malam untuk menunjukkan persatuan.

"Salut pada cahaya lampu yang membawa keberuntungan, kesehatan, dan kemakmuran, yang menghancurkan perasaan negatif," tulis PM Modi pada Twitternya. 

Tetapi para kritikus menganggap acara itu sebagai bentuk pengalihan perhatian dari krisis kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Virus Corona COVID-19.

PM Modi telah memberlakukan status lockdown nasional pada 25 Maret yang diumumkan dengan sedikit peringatan. Akibatnya, banyak orang kewalahan dan tak memiliki makanan. 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Kekhawatiran Lonjakan Virus di Negara Terpadat

Orang India yang menunggu di stasiun kereta api memakai masker pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi Virus Corona.
Orang India yang menunggu di stasiun kereta api memakai masker pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi Virus Corona. (Rajanish Kakade / AP Photo]

Ada lebih dari 3.500 infeksi yang dikonfirmasi dan sekitar 100 kematian akibat COVID-19 di India, kata angka terbaru dari Johns Hopkins University.

Namun, angka sebenarnya dianggap jauh lebih tinggi. India memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia, meskipun upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas.

Ada kekhawatiran bahwa wabah besar di negara ini, salah satu yang paling padat penduduknya di dunia, dapat mengakibatkan bencana kemanusiaan.

Orang-orang dilarang meninggalkan rumah mereka di bawah tindakan penguncian. Semua bisnis yang tidak penting telah ditutup dan hampir semua pertemuan publik juga telah dilarang.

Namun penutupan itu memicu eksodus dari kota-kota besar seperti Delhi yang memaksa ribuan buruh migran berjalan ratusan kilometer ke desa-desa asli mereka.

Pekan lalu, PM Modi meminta maaf atas dampak dari tindakan ketat yang meminta masyarakat untuk tinggal di rumah. Ia mengatakan "tidak ada cara lain" untuk menghentikan penyebaran Virus SARS-CoV-2.

PM mengatakan pembatasan akan tetap berlaku selama 21 hari, tetapi para pejabat telah memperingatkan bahwa penguncian dapat diperpanjang di beberapa bagian negara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya