Liputan6.com, Jakarta - Pendidikan spiritual yang diajarkan oleh para ulama di Indonesia sering kali meninggalkan kesan mendalam bagi para santri. Salah satu kisah yang menarik datang dari Abah Guru Sekumpul, seorang ulama besar yang terkenal karena kesederhanaan dan keteladannya dalam hidup.
Sebuah kejadian yang menggambarkan kebijaksanaan beliau dan pesan moral yang kuat telah menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang.
Advertisement
Dikutip dari kanal YouTube @SPORTS_30626, cerita ini berawal dari seorang murid Abah Guru Sekumpul yang berasal dari Pengaron. Pada suatu hari, sang murid menyadari bahwa buah pisang yang tumbuh di belakang rumahnya telah matang.
Advertisement
Pisang tersebut tumbuh di pohon subur yang terletak di tepi Sungai Pengaron, sebuah tempat yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi banyak orang di daerah tersebut.
Sebagai murid yang penuh rasa hormat dan cinta kepada Abah Guru Sekumpul, murid ini merasa terpanggil untuk memberikan sebagian buah pisang itu kepada sang guru. Ia berangkat dengan semangat membawa pisang untuk diserahkan kepada Abah Guru di Martapura, tempat kediaman sang guru.
Setibanya di rumah Abah Guru Sekumpul, sang murid dengan penuh rasa hormat menyerahkan buah pisang yang ia bawa. Namun, dengan lembut dan sopan, Abah Guru menolak pemberian itu.
“Tolong bawa pulang pisang ini, tanam kembali di tanah, dan jangan dimakan,” ujar Abah Guru dengan penuh ketenangan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Pisang Bukan Hasil Jerih Payah
Abah Guru kemudian melanjutkan penjelasannya, “Ingatlah pisang ini bukan milikmu. Lihatlah pisang ini tumbuh tertahan di belakang rumahmu. Ia tidak berasal dari usahamu sendiri.” Mendengar penjelasan tersebut, hati sang murid bergetar. Ia merasa terkejut sekaligus tercerahkan.
Apa yang disampaikan oleh Abah Guru Sekumpul ternyata memiliki makna yang sangat dalam. Sang murid menyadari bahwa meskipun pisang itu tumbuh dengan subur dan terlihat manis untuk dipetik, namun ia tidak boleh mengklaimnya sebagai miliknya. Harta dan pemberian yang datang kepada kita tidak selalu berasal dari usaha kita sendiri, dan kita harus bijak dalam menilai asal-usulnya.
Pelajaran penting yang dapat diambil dari kejadian ini adalah pentingnya kejujuran dan kewaspadaan dalam mengelola apa yang dimiliki. Apakah itu harta benda, ilmu, atau bahkan pemberian dari orang lain, kita harus selalu memastikan bahwa itu diperoleh dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran agama.
Penolakan yang dilakukan Abah Guru Sekumpul bukanlah bentuk ketidaksenangan terhadap pemberian muridnya, tetapi sebuah pengingat yang lembut agar kita tidak terjebak dalam kebanggaan atau kesombongan atas apa yang kita miliki. Harta yang diperoleh dengan cara yang tidak benar hanya akan mendatangkan kerugian, baik di dunia maupun di akhirat.
Murid tersebut pulang dengan membawa pelajaran berharga dalam hidupnya. Ia kini memahami betapa pentingnya memperhatikan asal-usul setiap pemberian, dan bahwa kebijaksanaan dalam menjalani hidup lebih penting daripada sekadar memiliki sesuatu yang terlihat menyenangkan atau menguntungkan.
Kisah ini, yang awalnya hanya sebuah pemberian pisang sederhana, akhirnya menjadi pembelajaran yang mendalam bagi siapa saja yang mendengarnya. Tidak hanya bagi murid yang terlibat, tetapi juga bagi mereka yang mendengar dan merenungkan makna dari kejadian tersebut.
Advertisement
Kisah Wali Sekaligus sebagai Pengingat
Banyak orang yang merasa terinspirasi oleh kisah ini, dan pesan yang disampaikan Abah Guru semakin populer. Pengajaran tentang pentingnya memahami asal usul dan cara kita memperoleh sesuatu menjadi semakin relevan di era modern yang sering kali tergoda oleh godaan harta dan kemewahan.
Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana dalam memberikan petunjuk hidup. Ajarannya tentang kesederhanaan, kejujuran, dan kehati-hatian dalam menerima atau memberi sesuatu telah banyak memberikan manfaat bagi umat Islam di Indonesia.
Murid yang menerima pelajaran tersebut akhirnya menjadi lebih bijaksana dalam mengelola harta dan kehidupannya. Ia belajar untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, serta untuk selalu bertanya pada dirinya sendiri tentang asal-usul dan keberkahan dari segala sesuatu yang dimiliki.
Kisah ini juga mengingatkan kita untuk selalu rendah hati dan tidak terjebak dalam keinginan untuk memiliki sesuatu tanpa mempertimbangkan cara kita mendapatkannya. Abah Guru Sekumpul mengajarkan kita bahwa harta bukanlah segalanya, dan yang terpenting adalah cara kita mendapatkan dan mengelola apa yang ada di tangan kita.
Pesan yang disampaikan dalam kisah ini bukan hanya berlaku bagi murid yang terlibat, tetapi juga bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap pemberian, baik itu berupa harta, ilmu, atau benda, harus diterima dengan rasa syukur dan penuh kesadaran akan asal-usulnya.
Kisah ini menjadi contoh hidup yang menginspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang mencari pemahaman tentang cara hidup yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini juga mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menerima dan memberikan sesuatu, karena setiap tindakan kita memiliki dampak yang lebih besar dari yang kita bayangkan.
Semoga kisah Abah Guru Sekumpul ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kebersihan hati dan kejujuran dalam setiap langkah kehidupan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul