Pengungkap Corona COVID-19 Dijadikan Nama Jalan untuk Kedutaan China di AS

Dokter Li Wenliang sempat dibungkam oleh China setelah mendeteksi adanya Virus Corona (COVID-19).

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2020, 17:30 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2020, 17:30 WIB
Dokter Pengungkap Adanya Virus Corona Meninggal Terinfeksi
Karangan bunga dan foto mendiang dokter Li Wenliang terlihat di Cabang Houhu Rumah Sakit Pusat Wuhan di Wuhan di provinsi Hubei, China, Jumat, (7/2/2020). Li Wenliang sebelumnya memberikan peringatan kepada publik tentang potensi munculnya virus corona pada Desember 2019. (AFP/STR)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Dokter Li Wenliang asal Wuhan merupakan salah satu sosok pertama yang mendeteksi adanya Virus Corona (COVID-19) pada Desember 2019. Pria kelahiran kota Beizhou ini lantas mengirim pesan ke orang-orang terdekatnya agar waspada. 

Pesan Li Wenliang kemudian tersebar luas dan sampai ke kepolisian di Wuhan. Akibatnya, ia ditegur aparat karena dianggap membuat kegaduhan. 

Tak sampai sebulan, virus baru tersebut (yang waktu itu disebut Virus Wuhan) menyebar luas dan membuat pemerintah China menerapkan lockdown total.

Pemerintah China sudah meminta maaf kepada keluarga Li Wenliang. Sayangnya, Li Wenliang meninggal dunia pada Februari lalu akibat Virus Corona

Ingin Peringatkan China

Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (10/5/2020), para anggota Kongres AS mengusulkan legislasi untuk mengubah nama jalan di depan Kedutaan China di Washington untuk menghormati Dr. Li Wenliang, dokter yang melaporkan tentang Covid-19.

Li Wenliang sendiri meninggal karena Covid-19 setelah Beijing membungkam upayanya untuk memperingatkan dunia mengenai virus korona itu.

Anggota Kongres Liz Cheney dari Wyoming ketika menyampaikan rancangan undang-undang (RUU) itu di DPR, mengatakan "Semoga ini menjadi pengingat kepada dunia dan pemerintah China bahwa kebenaran dan kebebasan akan menang, dan bahwa kita tidak akan melupakan keberanian Dr. Li, dan bahwa Partai Komunis China akan dimintai pertanggungjawaban atas dampak menghancurkan yang diakibatkan oleh kebohongan mereka."

Sebuah RUU pendamping diperkenalkan di Senat pada hari yang sama. Senator Ben Sasse dari Nebraska, salah seorang sponsor legislasi itu, mengatakan Li dipuji sebagai "pahlawan bagi rakyat China."

“Presiden Xi [Jinping] bisa berusaha mengklaim Dr. Li sebagai martir Partai [Komunis] mereka sendiri, tapi rakyat China tahu bahwa kerja keras dan suara Dr. Li dibungkam oleh partai itu," kata Sasse dalam pernyataan tertulis.

Kasus Virus Corona di seluruh dunia kini sudah menembut 4 juta orang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Antibodi Virus Corona Telah Ditemukan

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Para peneliti di Universitas Utrecht, Pusat Medis Erasmus dan Harbour BioMed (HBM) mengumumkan telah menemukan antibodi monoklonal manusia untuk mencegah virus corona (Covid-19).

Penemuan yang diterbitkan Nature Communications ini adalah langkah awal menuju pengembangan antibodi manusia sepenuhnya untuk mengobati atau mencegah penyakit Covid-19 yang disebabkan novel coronavirus SARS-CoV-2 (virus corona). 

"Penelitian ini dibangun berdasarkan kerja yang dilakukan kelompok kami di masa lalu pada antibodi yang menargetkan SARS-CoV yang muncul pada 2002/2003," kata Berend-Jan Bosch, Associate Professor, pemimpin penelitian di Universitas Utrecht, dan penulis utama dari studi Komunikasi Alam.

Menggunakan kumpulan antibodi SARS-CoV, mereka mengidentifikasi antibodi yang juga menetralkan infeksi SARS-CoV-2 dalam sel yang dikultur.

"Antibodi penetralisasi seperti itu berpotensi mengubah arah infeksi pada inang yang terinfeksi, mendukung pembersihan virus, atau melindungi individu yang tidak terinfeksi atau terpapar virus corona," ujar Bosch sebagaimana dilansir Scitech Daily, Kamis kemarin. 

Bosch mencatat bahwa antibodi terikat dengan domain yang dikonservasi dalam SARS-CoV dan SARS-CoV-2, menjelaskan kemampuannya untuk menetralkan kedua virus.

"Fitur antibodi yang menetralkan kedua virus itu sangat menarik dan menunjukkan kemungkinan memiliki potensi dalam mitigasi penyakit yang disebabkan oleh coronavirus terkait yang muncul di masa depan,” paparnya.

Antibodi monoklonal telah berhasil menetralkan SARS-CoV-2 dalam percobaan pada tikus. Antibodi yang disebut 47D11 ini mampu menghancurkan SARS-CoV dan SARS-CoV-2.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya