Hubungan dengan Korea Utara Memanas, Menteri Unifikasi Korsel Mengundurkan Diri

Menteri unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul mengundurkan diri.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 17 Jun 2020, 21:01 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 20:58 WIB
Menteri Unifikasi Korea Selatan, Kim Yeon-chul.
Menteri Unifikasi Korea Selatan, Kim Yeon-chul. (EPA/ Yonhap News Agency)

Liputan6.com, Seoul - Menteri unifikasi Korea Selatan telah mengajukan surat pengunduran dirinya atas peningkatan ketegangan Korea Selatan dengan Korea Utara. Kim Yeon-chul mengatakan dia bertanggung jawab atas memburuknya situasi dan hubungan antar-Korea.

Mengutip BBC, Rabu (17/6/2020), pengunduran dirinya terjadi sehari setelah Korea Utara meledakkan kantor penghubung simbolis di dekat perbatasan, yang dibangun untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan.

Sementara itu, tentara Korea Utara juga mengatakan bahwa pihaknya akan mengirim pasukan ke daerah-daerah yang dilucuti di sepanjang perbatasan.

Sebelumnya, Pyongyang menjelaskan mengapa mereka meledakkan kantor di Kaesong.

Sebuah artikel media pemerintah menuduh Korsel melanggar perjanjian 2018 dan berperilaku seperti "anjing mongrel", sementara saudara perempuan Kim Jong-un menuduh presiden Korsel sebagai pelayan AS.

Sementara Korea Selatan mengatakan, pihaknya akan tetap terbuka untuk melakukan perundingan, Korea Selatan mengecam tindakan Korut sebagai keputusan yang tidak masuk akal dan makin merusak hubungan. 

Ketegangan pun meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir. Sebagian didorong oleh pembelot di Selatan yang mengirim propaganda melewati perbatasan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tuduhan Korea Utara untuk Korea Selatan

Presiden Korea Selatan Ambil Air Gunung Sakral di Korea Utara
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (dua kanan) dan sang istri Kim Jung-sook (kanan) foto bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (dua kiri) dan sang istri Ri Sol Ju (kiri) di Gunung Paektu, Korea Utara, Kamis (20/9). (Pyongyang Press Corps Pool via AP)

Media pemerintah Korea Utara menuduh Korea Selatan "secara sistematis melanggar dan menghancurkan" perjanjian 2018 baru-baru ini, termasuk Deklarasi Panmunjom.

Artikel itu membandingkan kementerian pertahanan Korea Selatan dengan "anjing mongrel yang ditakuti" yang "menyombongkan diri dan menggertak, serta mengoceh mitra dialog dan memicu suasana konfrontatif".

Artikel tersebut pun ditutup dengan peringatan bahwa ledakan yang terjadi pada hari Selasa bisa menjadi "awal dari bencana total bagi hubungan Utara-Selatan".

Sementara itu, militer Korut mengatakan akan memindahkan pasukan ke dua simbol kerja sama Korea di masa lalu yakni kompleks industri yang tutup di Kaesong dan zona wisata Gunung Kumgang di pantai timur.

Ada juga serangan dari Kim Yo-jong - saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un - yang ditujukan kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

"Alasan mengapa perjanjian utara-selatan yang begitu indah tidak terlihat ... bahkan satu langkah implementasi adalah karena jerat dari pro-AS sebagai pelayan......."

"Bahkan sebelum tinta pada perjanjian utara-selatan mengering, dia menerima 'kelompok kerja Korea Selatan-AS' di bawah paksaan tuannya," tuduhnya.

Tanggapan Korsel

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (AP/Jon Gambrell)
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (AP/Jon Gambrell)

Kantor Presiden Moon mengatakan bahwa tindakan Korut tidak masuk akal dan memberi peringatan bahwa Seoul tidak akan lagi menerima perilaku yang tidak masuk akal oleh Korea Utara.

Meskipun terjadi ledakan di kantor penghubung, Korea Selatan mengatakan pihaknya berharap kesepakatan dari 2018 di Pyongyang dapat dihormati.

"Ini adalah sikap dasar kami bahwa perjanjian militer 19 September harus dipatuhi tanpa gagal membangun perdamaian di Semenanjung Korea dan untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja," kata kementerian pertahanan Korea Selatan.

Namun pihaknya tetap memperingatkan bahwa setiap tindakan militer oleh Korea Utara diawasi dengan ketat, dengan "respons kuat" terhadap setiap provokasi militer.

Korea Selatan juga menawarkan untuk mengirim utusan khusus untuk meredakan ketegangan saat ini, namun Korea Utara dengan cepat menolak gagasan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya