Donald Trump Unggah Foto Berlatar Gunung Rushmore, Berminat Pahat Wajahnya?

Presiden AS Donald Trump sepertinya tertarik wajahnya tampil di Gunung Rushmore.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Agu 2020, 17:20 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 17:20 WIB
Presiden AS Donald Trump ingin tampil di Gunung Rushmore.
Presiden AS Donald Trump ingin tampil di Gunung Rushmore. Dok: Twitter @realdonaldtrump

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump seperti menyiratkan jika ia berminat wajahnya dipahat di Gunung Rushmore yang berada di South Dakota. Melalui unggahan foto berlatar pegunungan ikonik tersebut.

Menurut Donald Trump, ia layak muncul di Gunung Rushmore karena telah berprestasi selama tiga setengah tahun mejabat.

"Tidak pernah menyarankan hal itu walaupun berdasarkan banyak hal yang dicapai selama 3,5 tahun, mungkin lebih dari kepresidenan lain, wacana itu terdengar bagus bagi saya!" ungkap Presiden Donald Trump via Twitter, Senin (10/8/2020). 

Sejatinya tidak jelas siapa yang pertama kali melempar wacana ini. 

Awalnya, The New York Times dan CNN mengabarkan bahwa pihak Gedung Putih berbicara dengan gubernur South Dakota agar wajah Donald Trump tampil di Gunung Rushmore. Namun Presiden AS membantah kabar itu, meski tetap mendukung isu tersebut. 

Gunung Rushmore adalah tempat wisata populer di Amerika Serikat yang menampilkan empat wajah presiden: George Washington, Thomas Jefferson, Theodore Roosevelt, dan Abraham Lincoln. 

Presiden Washington dan Presiden Jefferson adalah bapak pendiri AS, Presiden Lincoln mengakhiri perbudakan di AS, serta Presiden Roosevelt yang merupakan pemimpin populer di zamannya.

Sebaliknya, Presiden Donald Trump justru salah satu presiden AS paling kontroversial. Berdasarkan survei Gallup tahun ini, rating Donald Trump hanya 49 persen saja.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Donald Trump Akan Kembali Kirim BLT ke Rakyat AS

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Sementara itu, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Sabtu, 8 Agustus 2020 yang memberikan dukungan kebijakan pemberian uang tambahan kepada warga Amerika Serikat yang mengalami permasalahan ekonomi lantaran pandemi Virus Corona COVID-19, setelah negosiatornya gagal mencapai kesepakatan dengan Kongres.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu 9 Agustus 2020, Donald Trump mengatakan kebijakan itu akan memberikan uang US$ 400 per minggu untuk puluhan juta orang yang kehilangan pekerjaan selama krisis kesehatan yang telah menewaskan lebih dari 160.000 orang Amerika.

Beberapa tindakan tersebut kemungkinan besar akan menghadapi tantangan hukum, karena Konstitusi AS memberikan otoritas kepada Kongres atas pengeluaran federal.

"Ini adalah uang yang mereka butuhkan, ini adalah uang yang mereka inginkan, ini memberi mereka insentif untuk kembali bekerja," kata Trump tentang kondisi pengangguran.

Partai Republik berpendapat bahwa pembayaran yang lebih tinggi merupakan disinsentif bagi pengangguran Amerika untuk mencoba kembali bekerja, meskipun ekonom, termasuk pejabat Federal Reserve, membantah pernyataan itu.

Trump juga mengatakan, dia menangguhkan pengumpulan pajak gaji, yang membayar Jaminan Sosial dan program federal lainnya, sebuah gagasan yang telah berulang kali dia kemukakan tetapi telah ditolak oleh Demokrat dan sesama Republikan di Kongres.

Perintahnya juga akan menghentikan penggusuran dari rumah sewa yang memiliki dukungan keuangan federal dan memperpanjang bunga nol persen pada pinjaman mahasiswa yang dibiayai pemerintah federal.

"Demokrat Kongres telah menghalangi upaya kami untuk memberikan bantuan ini," kata Donald Trump kepada wartawan di klub golfnya di New Jersey.

Ketua DPR Nancy Pelosi telah mendorong untuk memperpanjang pembayaran pengangguran yang ditingkatkan pada tingkat sebelumnya sebesar US$ 600 per minggu yang disetujui di awal krisis.

Hampir dua minggu pembicaraan antara pejabat Gedung Putih dan Demokrat di Kongres sampai menemui titik terang pada Jumat kemarin.

Trump awalnya dianggap menyepelekan ancaman Corona COVID-19 dan menuai kritik karena pesan yang tidak konsisten tentang langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti jarak sosial dan penggunaan masker.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya