Meski Dikritik AS, Vatikan-China Tetap Lanjutkan Kerja Sama

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mendesak Vatikan agar bersikap lebih kritis terhadap wilayah Komunis China karena situasi HAM di China sangat buruk.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2020, 10:03 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2020, 10:03 WIB
FOTO: Paus Fransiskus Sapa Umat dalam Audiensi Umum di Vatikan
Paus Fransiskus menyapa umatnya yang memakai masker untuk mencegah penyebaran COVID-19 saat ia tiba di halaman St. Damaso pada kesempatan audiensi umum mingguannya di Vatikan, Rabu (16/9/2020). (AP Photo/Gregorio Borgia)

Liputan6.com, Vatikan - Meskipun mendapat kritikan keras dari Amerika Serikat, Vatikan dan China diperkirakan memperbarui kesepakatan tentang pengangkatan uskup Katolik di Tiongkok.

Mengutip sumber yang senior di Vatikan, kantor berita Reuters mengatakan, Paus Fransiskus telah menandatangani perpanjangan pakta yang berlaku pada 2018 itu untuk dua tahun.

Pakta itu memungkinkan paus memutuskan tentang pengangkatan uskup di China, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (25/9/2020).

China juga mengisyaratkan kesediaan memperbarui kesepakatan sementara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin hari Selasa mengatakan "kedua pihak akan terus saling berdialog, berkonsultasi erat, dan meningkatkan hubungan bilateral."

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mendesak Vatikan agar bersikap lebih kritis terhadap wilayah Komunis China karena situasi HAM di China telah sangat memburuk di bawah Xi Jinping.

"Vatikan membahayakan otoritas moralnya, jika memperbarui kesepakatan itu," tulis Pompeo di Twitter.

Pompeo diperkirakan akan bertemu Paus Fransiskus ketika ia berkunjung ke Roma akhir bulan ini.

 

Simak video pilihan berikut:

Vatikan Jadi Target Peretas China

FOTO: Paus Fransiskus Gelar Audiensi Publik Terbatas di Vatikan
Paus Fransiskus (kedua kanan) diapit oleh Monsinyur Leonardo Sapienza (tengah) dan Monsinyur Luis Maria Rodrigo Ewart (kanan) saat berbicara kepada para hadirin dalam audiensi publik terbatas di halaman San Damaso, Vatikan, Rabu (2/9/2020). (Vincenzo PINTO/AFP)

Sementara itu, Juli 2020 lalu Harian The New York Times, menyatakan jaringan komputer Vatikan telah diretas oleh para peretas China sejak Mei 2020.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, itu dilakukan dalam upaya spionase sebelum dimulainya pembicaraan sensitif antara Gereja Katolik Roma dan Komunis China.

The Times menyatakan, serangan itu ditemukan oleh perusahaan pemantau dan keamanan siber swasta yang berbasis di AS, "Recorded Future". Ini tampaknya merupakan pertama kalinya para peretas ketahuan langsung meretas jaringan komputer Vatikan dan kelompok di Hong Kong yang secara de facto merupakan perwakilan Vatikan yang berunding dengan China mengenai status Gereja di negara itu.

Menurut surat kabar itu, para pakar keamanan siber di "Recorded Future" menduga para peretas bekerja untuk pemerintah China.

Vatikan dan China diperkirakan akan memulai pembicaraan pada September mendatang mengenai pembaruan perjanjian sementara yang mereka capai pada tahun 2018. Perjanjian itu memberi Paus kewenangan memberi keputusan akhir mengenai para uskup yang dipilih Partai Komunis untuk Gereja Katolik yang diizinkan negara. The Times menyatakan terbongkarnya peretasan ini jelas akan membuat marah Vatikan dan memperumit hubungannya dengan pemerintah China.

Kedua pihak memutuskan hubungan diplomatik resmi pada tahun 1951. Vatikan secara resmi mengakui Taiwan, pulau berpemerintahan sendiri yang diklaim Beijing berada di bawah kekuasaannya. Jika Vatikan dan China memulihkan hubungan diplomatik, para pejabat China jelas akan menuntut agar Gereja memutuskan semua hubungan dengan Taiwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya