Liputan6.com, Paris - Pelaku penikaman di Nice, Prancis dipindahkan dari kota tersebut ke Paris untuk menjalani perawatan medis, pada 6 November 2020.
Dikutip dari AFP, Sabtu (7/11/2020) pelaku yang merupakan pria imigran asal Tunisia tersebut mengalami luka serius setelah ditembak oleh polisi ketika ditangkap karena telah membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice, Prancis pada Oktober 2020.
Pria yang teridentifikasi sebagai Brahim Aouissaoui (21 tahun), diterbangkan dengan penjagaan ketat ke lapangan terbang Le Bourget di utara Ibu Kota Prancis, menurut sumber bandara.
Advertisement
Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Medis FO Sante, Michel Fuentes mengungkapkan kepada AFP, "Dia sudah pergi, dan bagi kami itu melegakan".
Selain itu, staf di rumah sakit CHU Pasteur yang merawat Aouissaoui juga menyatakan "keprihatinan" tentang kehadirannya di sana, kata Fuentes.
Fuentes juga menambahkan bahwa bagi banyak orang hal itu membawa kembali kenangan buruk tentang serangan teror 14 Juli di kota itu yang terjadi empat tahun lalu, menewaskan 86 orang tewas serta melukai puluhan lainnya.
Saksikan Video Berikut Ini:
Serangan yang Picu Pemberlakuan Status Waspada Tertinggi di Prancis
Pada Oktober 2020, Prancis meningkatkan kewaspadaan serangannya ke level tertinggi setelah Aouissaoui membunuh tiga orang di Nice, dalam serangan ketiga yang diduga dilakukan ekstremis Islam hanya dalam waktu sebulan.
Serangan itu juga terjadi dua pekan setelah kasus pemenggalan terhadap seorang guru sejarah Samuel Paty oleh seorang remaja berusia 18 tahun karena membahas kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam kelas tentang kebebasan berpendapat.
Pada September 2020, Aouissaoui tiba di Eropa dari Tunisia dan mencapai Prancis dengan menyeberangi Mediterania ke Italia dan kemudian menyeberang ke Prancis melalui jalur darat.
Eric Ciotti, politisi dari departemen Alpes-Maritimes di mana Nice adalah ibu kotanya, menyebutkan dalam sebuah cuitan di Twitter bahwa tersangka dipindahkan ke Paris "sebagai tanggapan atas permintaan saya dan komunitas medis".
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Noveber 2020 pun telah berjanji untuk meningkatkan keamanan perbatasan setelah serangan terbaru.
Advertisement