Liputan6.com, Hanoi - Topan Vamco menghantam Vietnam pada Minggu 15 November, mengakibatkan rusaknya gedung-gedung dan melukai sedikitnya lima orang, saat jumlah korban tewas di Filipina meningkat menjadi 67.
Badai itu menghantam pada Minggu 15 November pagi dengan kecepatan angin yang dilaporkan mencapai 90 kilometer per jam (56 mph). badai itu menumbangkan pohon dan meniup atap rumah dan sekolah, seperti dilaporkan Channel News Asia, Senin (16/11/2020).
Advertisement
Vamco adalah yang terbaru dari serangkaian badai yang melanda Vietnam selama enam minggu terakhir, menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 159 orang dan menyebabkan 70 lainnya hilang.
Laporan awal dari Otoritas Manajemen Bencana pada hari Minggu mengatakan bahwa lima orang terluka ketika mereka berusaha mengamankan rumah mereka.
Vamco telah melemah sejak menghantam Filipina sebagai topan dengan kecepatan angin hingga 155 kilometer per jam, tetapi media pemerintah mengatakan itu masih menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Badai Mematikan di Filipina
Pihak berwenang mengevakuasi hampir 650.000 orang dari tujuh provinsi pesisir ke tempat yang lebih tinggi dan lebih aman sebelum badai melanda, tetapi pada hari Minggu memperingatkan bahaya tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat.
Vamco adalah badai paling mematikan yang melanda Filipina tahun ini, menewaskan sedikitnya 67 orang di seluruh pulau utama Luzon dalam beberapa hari terakhir dan mempengaruhi sekitar 1,7 juta orang di seluruh negeri.
Badai tersebut memicu beberapa banjir terburuk dalam beberapa tahun, membanjiri desa-desa, menghancurkan tanaman, dan menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan aliran listrik.
Tim penyelamat dan persediaan darurat termasuk makanan dikirim ke timur laut Filipina pada hari Sabtu di mana sebagian besar wilayah itu tergenang. Keadaan diperparah dengan keluarnya air dari bendungan.
Wakil Presiden Filipina Leni Robredo mengatakan pada hari Minggu bahwa air sekarang surut setelah mengunjungi provinsi Cagayan, memberikan harapan bahwa yang terburuk mungkin akan berakhir bagi negara yang dilanda badai itu.
“Situasinya jauh lebih baik. Banyak daerah masih tergenang tetapi air sudah surut,” cuit Robredo.
Di Vietnam, cuaca buruk selama berminggu-minggu telah merusak atau menghancurkan lebih dari 400.000 rumah, menurut Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Jalan dan jembatan tersapu, pasokan listrik terganggu, dan tanaman pangan penting hancur, menyebabkan sedikitnya 150.000 orang dalam bahaya kekurangan pangan.
Advertisement