Liputan6.com, Brooklyn - Dikenal sebagai "Brooklyn Transformer", Peter Kokis telah menjadi sosok yang sangat dikenal di New York, berkat koleksi 'baju zirah robot' atau eksoskeleton yang mengesankan. Hal istimewa lainnya: semua terbuat dari segala macam barang bekas dan sampah sehari-hari.
Seorang mantan pilot militer, Peter Kokis mulai membuat baju zirah robot-nya yang sekarang terkenal setelah bercanda dengan mantan pacar. Pada satu titik, selama percakapan, sang pacar mengatakan kepada kokis, "Kamu terlalu kaku, kamu perlu santai sedikit dan melakukan sesuatu yang aneh."
Kata-kata itu ternyata membekas dan memicu Kokis untuk memulai hobinya yang kreatif tersebut.
Advertisement
Menggunakan pengalamannya dalam penerbangan, ia mulai menyatukan hal-hal yang dia miliki di sekitar rumah menjadi baju zirah robot mengesankan yang dikenal sebagai Squid Boy.
Setelah trial and error bertahun-tahun, ia berhasil membuat baju zirah yang benar-benar bisa dipakai, terinspirasi dari karakter robotik seperti The Transformers, The Terminator, atau Xenomorphs dari serial film Alien --yang semuanya terbuat dari sampah dan barang bekas sehar-hari.
Simak video pilihan berikut:
100 Persen dari Sampah Daur Ulang
Lihat postingan ini di Instagram
Seniman yang berbasis di Brooklyn itu membangun setelan robotnya dari 100 persen bahan daur ulang, kadang-kadang mengambil bahan dari sampah yang sebenarnya.
Beberapa termasuk barang-barang acak seperti saringan sup, pemotong telur, tempat kertas toilet, atau saluran pembuangan dapur. Uniknya, semua itu tidak terciri ketika mereka telah menjadi kostum. Bahan-bahan itu disatukan dengan baik.
"Saya benar-benar menggunakan pengalaman saya dalam penerbangan untuk membangun robot saya," katanya kepada media Pix11, dikutip dari Odditycentral, Minggu (27/12/2020). "Jadi saya membuat mereka dengan aksen berlebihan dan saya membuat mereka modular sehingga saya dapat menggunakannya."
Peter Kokis saat ini memiliki sembilan eksoskeleton unik. Beberapa di antaranya memiliki berat yang luar biasa.
Tapi itu bukan persoalan utama, karena suhu panas ketika mengenakan pakaian zirah tersebut adalah yang paling dapat dirasakan bagi sebagian orang.
Advertisement
Suhu Panas di Dalam Setelan Zirah
Lihat postingan ini di Instagram
Kokis sendiri terbiasa dengan suhu panas ketika memakai pakaian zirah tersebut. Untuk itu, ia melatih tubuhnya dengan bekerja di rumahnya dengan semua jendela tertutup dan tidak ada AC pada hari-hari musim panas.
Alex dan Aaron Craig, yang meliput karya Peter dalam film dokumenter pendek mereka One Man's Trash, merasakan suhu panas itu.
"120 derajat di dalam rumahnya," kata Craig bersaudara kepada The Atlantic. "Kami basah kuyup keringat saat syuting, tapi dia sangat nyaman. Dia melakukannya untuk membuat tubuhnya siap untuk panas ketika dia berada di dalam setelan seberat 170 pon itu."
Tapi, Kokis, yang membangun semua eksoskeletonnya yang mengesankan di meja dapurnya, telah mengorbankan lebih dari kenyamanan untuk hasratnya. Dia telah menyerah pada hubungan romantis setelah diberi pilihan antara robot dan pacarnya.
"Tidak ada seorang pun di dunia yang melakukan apa yang saya lakukan dengan cara saya melakukannya," kata Kokis kepada News12 Brooklyn. "Saya merancangnya dan membangunnya seperti pesawat dengan redundansi. Dengan ribuan bagian, ini bukan sesuatu yang sederhana yang saya kumpulkan."
Jika Anda menemukan diri Anda berjalan-jalan di boardwalk Coney Island selama musim semi dan musim panas dan berhadapan langsung dengan Transformer atau Terminator kehidupan nyata, cobalah untuk tidak panik, kemungkinan besar itu adalah Peter Kokis yang melakukan rutinitasnya.