Kisah Gus Baha yang Diam-Diam Sering Menangis, Ini Penyebabnya

Dalam satu majelis pengajian, Gus Baha mengaku dirinya sering menangis saat memikirkan betapa agungnya Allah yang tetap memberikan kasih sayang meski sering dilupakan oleh makhluk-Nya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 20 Apr 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2025, 12:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Di balik kelucuannya yang sering membuat jamaah tertawa, serta keilmuannya yang dalam ternyata Gus Baha menyimpan sisi mendalam yang jarang diketahui banyak orang. Ulama kharismatik asal Rembang itu ternyata kerap meneteskan air mata dalam kesendirian.

Air mata ulama bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini bukan karena masalah duniawi, melainkan karena perenungannya yang mendalam terhadap hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Ia merasa banyak manusia yang justru kurang percaya kepada Allah, padahal hanya Allah yang menciptakan segalanya.

Dalam satu majelis pengajian, Gus Baha mengaku sering menangis saat memikirkan betapa agungnya Allah yang tetap memberikan kasih sayang meski sering dilupakan oleh makhluk-Nya.

Gus Baha menangis bukan karena Allah butuh kepada manusia, tetapi karena kesadaran bahwa manusia justru sering tidak percaya kepada Zat yang menciptakan mereka.

Kulo niku sering nangisi Pangeran, padahal Pangeran niku mboten butuh kita. Tapi kulo kadang-kadang nggih tak tangisi,” ujar Gus Baha, dirangkum Liputan6.com, Sabtu (19/04/2025), dari tayangan video di kanal YouTube @khidmatumatchannel9230.

Ia kemudian mengutip satu ayat Al-Qur’an yang menggambarkan bagaimana Allah mempertanyakan sikap manusia yang tidak percaya kepada-Nya, padahal telah jelas bahwa Dialah Sang Pencipta. 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Sama Tetangga Percaya, Kenapa Sama Allah Tidak?

99 Nama Allah, Asmaul Husna
Ilustrasi lafaz Allah. (Photo by john peter on Pixabay)... Selengkapnya

Ayat yang dikutip oleh Gus Baha berbunyi:

 نَحۡنُ خَلَقۡنٰكُمۡ فَلَوۡلَا تُصَدِّقُوۡنَ

“Nahnu khalaqnaakum falaw laa tusaddiquun

Artinya: Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?

Ayat ini disebut Gus Baha sebagai bentuk sindiran dari Allah kepada manusia yang lebih percaya kepada sesama makhluk, tapi tidak berserah diri kepada Sang Pencipta.

Kowe mek tanggamu percoyo, mbek konco percoyo, wong liyo percoyo. Lah aku sing gawe kowe kok ora mbok percoyo,” ucap Gus Baha lirih dalam logat khasnya.

Ia menggambarkan bahwa manusia bisa percaya pada teman, pasangan, bahkan orang asing, tapi lupa untuk berserah kepada Allah yang justru menciptakan mereka.

“Urusan mbek bojo iso pasrah, urusan mbek konco iso pasrah. Lah aku iki Pangeran, kok ora tau mbok pasrahi,” lanjut Gus Baha dengan nada getir.

Menurutnya, kesadaran akan hal itu sering membuat dirinya menangis. Bukan karena kesedihan biasa, tapi karena merasa tidak pantas di hadapan Allah yang Maha Sempurna.

Tangisan Gus Baha bukanlah bentuk kelemahan, melainkan ekspresi spiritual yang mendalam terhadap makna ketuhanan dan kepasrahan.

Pentingnya Tawakal

Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam, saat Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam.
ilustrasi tawakal dalam Islam. (Ilustrasi: AI)... Selengkapnya

Dalam Islam, menangis karena Allah adalah salah satu tanda kelembutan hati dan kecintaan yang tulus kepada-Nya. Rasulullah juga dikenal sebagai orang yang lembut hatinya dan sering menangis dalam doanya.

Gus Baha berharap, umat Islam bisa mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan membangun keyakinan yang kuat kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan.

Ia menekankan pentingnya tawakal, yakni menyerahkan segala urusan kepada Allah, tanpa melupakan ikhtiar sebagai makhluk.

“Sing gawe kowe iku Aku, nahnu khalaqnaakum, urusanmu ya karo Aku. Urusanmu kok dipasrahke karo makhluk, iku makhluk model opo,” ungkapnya.

Ia mengajak umat untuk lebih banyak merenung dan menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Ceramah Gus Baha yang disampaikan dengan bahasa Jawa campur Indonesia ini justru terasa sangat membumi dan dekat dengan keseharian masyarakat.

Pengajian Gus Baha kerap viral karena meskipun pembahasannya mendalam, cara penyampaiannya tetap ringan dan menghibur.

Meski begitu, pesan yang disampaikan tetap menyentuh dan menampar kesadaran banyak orang yang selama ini abai terhadap hubungan mereka dengan Allah.

Sebagaimana disebutkan Gus Baha, semakin banyak manusia menyadari keberadaan Allah dan berserah diri kepada-Nya, maka kehidupan akan lebih bermakna dan penuh ketenangan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya