Loyalis Donald Trump di Kongres AS Siap Balas Aksi Twitter

Loyalis Donald Trump di Kongres siap membalas Twitter setelah memblokir presiden AS.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jan 2021, 08:01 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 08:01 WIB
Seorang pendukung Presiden Donald Trump memegang bendera Trump di luar Gedung Capitol AS pada Rabu, 6 Januari, di Washington. (Jacquelyn Martin / AP)
Seorang pendukung Presiden Donald Trump memegang bendera Trump di luar Gedung Capitol AS pada Rabu, 6 Januari, di Washington. (Jacquelyn Martin / AP)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Loyalis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump siap membalas Twitter usai memblokir Trump. Senator Lindsey Graham berkata akan mendorong penghapusan Section 230 yang memberi imunitas kepada perusahaan media sosial

Senator Graham membeberkan rencananya di Twitter. Ia membandingkan Twitter memblokir Trump tetapi tidak memblokir pemimpin Iran Ayatollah.

"Keputusanmu untuk mencekal Presiden Trump secara permanen adalah kesalahan serius. Ayatollah bisa mengetweet, tetapi Trump tidak bisa. Itu menunjukan banyak hal tentang orang-orang yang mengelola Twitter," ujar Senator Graham seperti dikutip Minggu (1/10/2021).

Lindsey Graham berkata bertekad keras menghapus Section 230 yang melindungi perusahaan teknologi besar seperti Twitter dari gugatan hukum.

The Washington Post melaporkan bahwa Donald Trump sangat marah atas pemblokiran yang dilakukan Twitter. Trump diprediksi akan menghabiskan sisa masa kepresidenannya untuk membalas ke industri teknologi.

Twitter memblokir Donald Trump setelah kerusuhan di gedung Capitol Hill pada 6 Januari 2021. Pendukung Trump ada yang menerobos masuk ke dalam gedung sebelum akhirnya dikeluarkan dan ditangkap.

Facebook saat ini juga sedang memblokir Donald Trump setidaknya hingga pelantikan Joe Biden pada 20 Januari 2021.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Section 230

Ilustrasi Facebook dan Twitter
Ilustrasi Facebook dan Twitter. Ilustrasi: Freepik

Section 230 memberikan imunitas bagi perusahaan media sosial sehingga pemilik platform tidak bisa dihukum atas konten apa yang diposting di layanan mereka.

Situs Electronic Frontier Foundation (EFF) menjelaskan Section 230 membuat pemilik situs terlindungi dari gugatan hukum atas apa yang orang lain ujar di situs mereka. Hukum itu dinilai membuat AS sebagai tempat yang aman untuk ujaran politik yang kontroversial.

Section 230 juga memberikan perlindungan bagi para blogger sehingga mereka tak perlu bertanggung jawab atas komentar yang ditinggalkan oleh pembaca.

Pihak Trump menganggap penyensoran Twitter membuatnya seperti "penerbit" (publisher) sehingga lebih mirip media massa. Twitter lantas dianggap tak layak berlindung dari section 230.

Status sebagai publisher bakal menjadikan platform media sosial bisa digugat atas ujaran yang disebar.

It is now time for Congress to repeal Section 230 and put Big Tech on the same legal footing as every other company in America. Legal accountability.

"Sekarang saatnya bagi Kongres untuk mencabut Section 230 dan menaruh Big Tech pada pijakan hukum yang sama sperti perusahaan lain di Amerika. Akuntabilitas hukum," ujar Lindsey Graham.

Diblok Twitter, Donald Trump Umumkan Kekalahan Pakai Akun Pribadi Stafnya

FOTO: Massa Pendukung Donald Trump Serbu Capitol Hill, 1 Orang Tewas
Massa pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkumpul di luar Capitol Hill, Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021). Sejumlah anggota parlemen dan massa pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill untuk membatalkan pemilihan presiden Amerika Serikat. (AP Photo/Shafkat Anowar)

 Donald Trump, yang telah resmi dinyatakan kalah dalam pemilihan presiden, mengakui dalam pernyataan publik "akhir" dari masa jabatannya.

Ia juga mengumumkan akan meninggalkan jabatannya dalam "transisi yang teratur" pada 20 Januari 2021.

Pernyataan itu dikeluarkan setelah Kongres AS menegaskan kemenangan presiden terpilih Joe Biden dalam pilpres 2020 pada Kamis 7 Januari 2021.

Pengumuman penting seperti itu biasanya turut diutarakan kembali oleh Donald Trump dalam akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump. Namun, kali ini tidak demikian. 

Trump sebelumnya kerap menolak untuk mengakui kekalahan, bahkan baru-baru ini, mengatakan kepada para pendukung pada unjuk rasa di dekat Gedung Putih, "kami tidak akan pernah menyerah, kami tidak akan pernah mengakui."

Pernyataan Trump datang beberapa jam setelah perusuh menyerbu dan menyerang gedung Kongres AS atau the Capitol Hill di Washington, D.C pada Rabu 6 Januari 2021. Empat orang tewas akibat kerusuhan tersebut.

Setelah Trump menggunakan Twitter untuk tampaknya mendorong para ekstremis menyerbu Capitol, Twitter mengunci akunnya, dan mengancam akan melarangnya secara permanen jika tiga cuitannya tidak dihapus.

"Sebagai hasil dari situasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sedang berlangsung di Washington, D.C., kami telah mengharuskan penghapusan tiga Tweet @realDonaldTrump yang diposting sebelumnya untuk pelanggaran berulang dan parah terhadap kebijakan Integritas Sipil kami," tulis Twitter dalam sebuah tweet.

Facebook dan Instagram telah memblokir Trump selama 24 jam.

"Meskipun saya benar-benar tidak setuju dengan hasil pemilu, namun demikian akan ada transisi yang teratur pada 20 Januari," demikian pernyataan Trump melalui akun Twitter Dan Scavino.

Dia kemudian berjanji untuk "berjuang untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung" - lebih lanjut melanggengkan klaim palsunya tentang kecurangan pemilu.

"Meskipun ini merupakan akhir dari masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah presiden, ini hanya awal dari perjuangan kami untuk Membuat Amerika Hebat Lagi," pungkas Donald Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya