Liputan6.com, Jakarta - Infeksi human papillomavirus, atau HPV, merupakan infeksi menular seksual paling umum di AS. Demikian menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
HPV dikaitkan dengan masalah kesehatan, termasuk kutil kelamin dan kanker, tetapi vaksinnya telah tersedia sejak 2006 untuk membantu menghentikan virus tersebut. CDC pun melaporkan data mereka selama 12 tahun terakhir menegaskan bahwa vaksin HPV aman dan efektif, tetapi tingkat vaksinasi HPV di seluruh AS masih tetap rendah.
Salah satu tempat populer untuk diskusi kesehatan seksual adalah media sosial dan vaksin HPV merupakan salah satu vaksin paling banyak dibicarakan di internet.
Advertisement
Baca Juga
Monique Luisi, asisten profesor di University of Missouri School of Journalism, telah mempelajari lebih dari 6.500 konten publik terkait vaksin HPV di Facebook dari tahun 2006 hingga 2016. Dalam studi sebelumnya, Luisi menggunakan konten Facebook ini untuk mengidentifikasi tren negatif di Facebook terkait dengan bagaimana orang memandang vaksin HPV.
Terkini, dia menemukan bahwa tren negatif di Facebook itu juga dapat menyebabkan orang memiliki mispersepsi tentang risiko kesehatan dari vaksin HPV.
Setelah melihat persentase konten yang menimbulkan persepsi bahwa vaksin tampak lebih berbahaya, kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, Luisi menemukan hampir 40 persen konten di Facebook tentang vaksin HPV memperkuat risiko yang dirasakan. Data juga menunjukkan konten-konten ini ini memiliki momentum dari waktu ke waktu.
"Kami melihat bahwa konten yang memperkuat ketakutan [terhadap vaksin] lebih cenderung menjadi tren daripada yang tidak," kata Luisi.
Konsultasi dengan dokter
Menurut Luisi, penyebaran informasi negatif ini dapat menyebabkan orang memiliki mispersepsi tentang vaksin. Karena itu, orang harus berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya sebelum membuat keputusan yang tepat.
"Facebook tetap menjadi platform media sosial yang sangat populer untuk audiens dewasa, yang memerlukan tindakan untuk mengatasi pesan risiko vaksin HPV," ujar dia.
"Orang-orang akan melihat apa yang akan mereka lihat di media sosial, jadi penting untuk tidak hanya melihat apa yang Anda lihat di media sosial, tetapi juga berkonsultasi dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan. Hanya karena menjadi tren bukan berarti itu benar."
Advertisement
Gambaran bagi otoritas
Luisi mencatat penelitian harus terus membahas persepsi keamanan vaksin di mana vaksin dianggap sebagai ancaman kesehatan yang lebih besar daripada virus atau penyakit yang dicegahnya.
Penelitiannya juga dapat menjadi gambaran bagi otoritas terkait untuk vaksin Covid-19 yang sedang berlangsung.
"Saat vaksin COVID-19 diluncurkan, orang-orang kemungkinan besar akan melihat banyak informasi negatif, dan informasi negatif itu akan menjadi tren di media sosial," kata dia. "Namun, jika publik dapat mengantisipasi informasi negatif ini, akan menarik untuk melihat apakah itu akan membuat mereka kurang peka terhadap persepsi risiko vaksin."