Warisan Peradaban Kuno di Suriah Hancur Akibat Perang

Suriah adalah surga bagi arkeolog, warisan dunia yang menjadi rumah bagi berbagai permata peradaban kuno tertua dan terawat dengan baik.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2021, 15:01 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2021, 14:58 WIB
FOTO: 6 Situs Warisan Dunia UNESCO Rusak Akibat Perang Suriah
Sebagian pemandangan Kuil Bel yang rusak di kota kuno Palmyra, Provinsi Homs, Suriah, 7 Februari 2021. Suriah memiliki enam situs yang terdaftar dalam daftar elite warisan dunia UNESCO dan semuanya mengalami kerusakan dalam perang 10 tahun. (LOUAI BESHARA/AFP)

Liputan6.com, Damaskus - Perang selama satu dasawarsa di Suriah tidak hanya menghancurkan masa kini dan meracuni masa depan negara itu, tetapi juga telah menghancurkan peninggalan masa lalu yang legendaris.

Suriah adalah surga bagi arkeolog, warisan dunia yang menjadi rumah bagi berbagai permata peradaban kuno tertua dan terawat dengan baik, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (10/3/2021).

Konflik yang meletus pada 2011 bisa dikatakan yang terburuk pada abad ke-21 sejauh ini pada tingkat kemanusiaan.

Tetapi perusakan yang parah terhadap warisan benda-benda purbakala mungkin menjadi yang terburuk dari generasi ke generasi.

Dalam beberapa tahun, situs arkeologi hancur, museum dijarah, dan pusat kota tua di Suriah diratakan dengan tanah.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Serangan ISIS

FOTO: 6 Situs Warisan Dunia UNESCO Rusak Akibat Perang Suriah
Benteng Fakhr al-Din II dengan pemandangan Great Colonnade di kota kuno Palmyra, Provinsi Homs, Suriah, 7 Februari 2021. Suriah memiliki enam situs yang terdaftar dalam daftar elite warisan dunia UNESCO dan semuanya mengalami kerusakan dalam perang 10 tahun. (LOUAI BESHARA/AFP)

Berdiri di depan artefak yang dipugar di museum Palmyra yang dipimpinnya selama 20 tahun, Khalil al-Hariri mengatakan dia teringat trauma ketika harus melarikan diri dari kota di gurun itu dan meninggalkan hartanya saat kota itu jatuh ke tangan kelompok ISIS.

"Saya telah menjalani banyak hari yang sulit. Kami dikepung beberapa kali di museum," katanya, menceritakan bagaimana dia dan timnya tinggal selambat mungkin untuk mengangkut artefak ke tempat yang aman.

"Tapi hari tersulit dalam hidup saya adalah ketika saya kembali ke Palmyra dan melihat barang antik yang rusak dan museum itu berantakan," kata Hariri, yang kini berusia 60 tahun.

Khalil al-Hariri menambahkan, "Mereka menghancurkan dan meremukkan semua wajah patung yang tersisa di museum dan yang tidak dapat kami selamatkan. Beberapa di antaranya dapat diperbaiki, tetapi yang lain telah hancur total."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya