Utusan PBB: Kekerasan Militer Myanmar Terhadap Pendemo Buat 250.000 Warga Mengungsi

Utusan HAM dari PBB mengungkap bahwa kekerasan militer Myanmar terhadap pendemo anti kudeta telah membuat hampir seperempat juta orang mengungsi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Apr 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2021, 12:31 WIB
Demi Lindungi Demonstran, Biarawati Myanmar Berlutut di Depan Polisi Bersenjata
Para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Myitkyina di negara bagian Kachin Myanmar (8/3/2021). Bentrokan warga anti kudeta militer dengan aparat keamanan Myanmar masih terus berlangsung. (AFP/STR)

Liputan6.com, Yangon- Tindakan kekerasan junta militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta telah membuat hampir seperempat juta orang mengungsi. Hal itu diungkapkan oleh seorang utusan hak asasi manusia PBB.

Diketahui bahwa pemerintah militer Myanmar telah meningkatkan penggunaan kekerasan untuk menghentikan demonstrasi massa yang menentang kudeta pada 1 Februari yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

Setidaknya 738 orang telah tewas dan 3.300 orang berada di penjara sebagai tahanan politik, menurut kelompok pemantau lokal.

"Begitu ngeri mengetahui bahwa ... serangan junta telah menyebabkan hampir seperempat (dari) juta orang Myanmar mengungsi, menurut sumber," kata Pelapor Khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di Myanmar, Tom Andrews di Twitter, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (22/4/2021). 

"Dunia harus segera bertindak untuk mengatasi bencana kemanusiaan ini," tegasnya.

Lebih dari 2.000 orang Karen kini telah melintasi perbatasan Myanmar ke Thailand dan ribuan lainnya terlantar secara internal, menurut juru bicara brigade lima dari Karen National Union, Padoh Mann Mann.

"Mereka semua bersembunyi di hutan dekat desa mereka," katanya.

Saksikan Video Berikut Ini:

24.000 Orang Mengungsi di Negara Bagian Karen

Warga Myanmar di Taiwan
Warga Myanmar yang tinggal di Taiwan memberi salam tiga jari untuk memprotes kudeta militer di negara asalnya di Liberty Square, Taipei pada Minggu (21/3/2021). Taiwan adalah rumah bagi sekitar 40.000 orang yang berasal dari Myanmar, yang sebagian besar adalah etnis Tionghoa. (AP/Chiang Ying-ying)

Free Burma Rangers, sebuah kelompok bantuan, memperkirakan setidaknya ada 24.000 orang yang mengungsi di negara bagian Karen di tengah serangan udara pada awal bulan.

"Meskipun serangan udara telah berhenti, serangan darat telah meningkat," kata direktur Free Burma Rangers, David Eubank kepada AFP.

Dia juga mengatakan bahwa banyak dari ribuan pengungsi adalah petani padi dan akan mengalami kekurangan pangan jika mereka tidak dapat kembali ke rumah dengan aman untuk merawat sawah mereka.

"Anda melihat masalah enam bulan tidak ada makanan," katanya, menambahkan bahwa beberapa orang sedang tidur di gua atau di bawah pohon pisang.

Eubank juga mengungkapkan terjadinya serangan udara setiap hari di negara bagian Kachin di utara Myanmar,  dan setidaknya 5.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran baru-baru ini.

Penduduk setempat yang menjaga para pengungsi di beberapa bagian negara bagian Kachin khawatir tentang kekurangan pasokan makanan.

"Saat ini kami memiliki 980 orang dari 27 desa. Kami mengalami kesulitan dengan penyimpanan makanan," terang Brang Shawng, seorang pemimpin sebuah kamp di negara bagian Kachin, kepada AFP.

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar

Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penangkapan Aung San Suu Kyi dan Kudeta Militer Myanmar. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya