Mantan Kepala Intelijen Israel Beberkan Operasi Misi Rahasia Nuklir Iran

Penggerebekan arsip nuklir pada 2018 di Iran membuat Israel mampu mengangkut puluhan ribu dokumen ke negaranya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 15 Jun 2021, 12:05 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2021, 12:05 WIB
Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Mantan kepala intelijen Israel Mossad, Yossi Cohen menyampaikan operasi rahasia terhadap Iran -- musuh bebuyutan negara tersebut -- dalam sebuah wawancara.

Dalam sebuah wawancara, Yossi Cohen memberikan rincian tentang pencurian arsip nuklir Iran, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (15/6/2021).

Penggerebekan arsip nuklir pada 2018 itu mengangkut puluhan ribu dokumen ke Israel.

Dia juga mengisyaratkan keterlibatan Israel dalam penghancuran fasilitas nuklir Iran di Natanz, dan pembunuhan seorang ilmuwan nuklir.

Cohen pensiun sebagai kepala Mossad minggu lalu.

Dia berbicara kepada jurnalis Ilana Dayan di program dokumenter Uvda Channel 12, yang disiarkan di televisi Israel pada Kamis, 10 Juni malam.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjuk Cohen sebagai kepala Mossad pada akhir 2015. Dia bergabung dengan agensi tersebut pada tahun 1982 setelah belajar di universitas yang ada di London.

 


Rencana Rahasia Iran

Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI
Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI

Netanyahu mengungkapkan file yang dicuri pada konferensi pers tahun 2018 membuktikan bahwa Iran pernah diam-diam mencoba membuat senjata nuklir dan mempertahankan pengetahuan tersebut.

Namun, tuduhan ini dibantah oleh pihak Iran. Cohen mengatakan dalam wawancara bahwa butuh dua tahun untuk merencanakan operasi.

Total 20 agen Mossad terlibat di lapangan - tidak satupun dari mereka adalah warga negara Israel, kata wartawan Ilana Dayan.

Kepala mata-mata mengawasi operasi dari pusat komando di Tel Aviv. Agen masuk ke gudang dan harus memecahkan lebih dari 30 brankas, katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya