KBRI Kabul Minta Semua WNI Hengkang dari Afghanistan yang Kian Tak Aman

Menyikapi situasi keamanan yang saat ini kurang kondusif di Afghanistan, KBRI Kabul menghimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang saat ini masih berada di Afghanistan untuk segera meninggalkan negara tersebut.

oleh Hariz Barak diperbarui 10 Jul 2021, 18:20 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2021, 18:20 WIB
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)

Liputan6.com, Kabul - Menyikapi situasi keamanan yang saat ini kurang kondusif di Afghanistan, KBRI Kabul menghimbau kepada seluruh Warga Negara Indonesia atau WNI yang saat ini masih berada di Afghanistan untuk segera meninggalkan negara tersebut.

"Adapun terkait adanya ancaman yang dapat terjadi setiap waktu, kami menghimbau kepada WNI untuk menyiapkan evacuation bag (tas evakuasi) yang terdiri dari dokumen berharga, pakaian dan obat-obatan pribadi serta sejumlah uang tunai sebagai langkah antisipasi," bunyi pernyataan dari KBRI Kabul yang diunggah lewat Instagram resmi mereka pada Jumat 9 Juli 2021.

Dalam pernyataan lanjutan, KBRI Kabul menjelaskan bahwa pihaknya bersama Kemlu akan terus memantau situasi keamanan di Afghanistan.

"Untuk memberikan pelindungan bagi WNI yang berada di Kabul, Kemlu dan KBRI Kabul telah menyusun rencana kontijensi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan."

"KBRI selalu menjalin komunikasi dan memonitor keselamatan WNI di Afghanistan. Sesuai database awal KBRI Kabul, terdapat 46 WNI tinggal di Afghanistan. Namun saat ini sebagian besar telah kembali ke Indonesia. Sehingga saat ini tercatat hanya terdapat 3 WNI yg masih menetap di Afghanistan."

 

Situasi di Afghanistan

Jejak Invasi Amerika Serikat ke Afghanistan
Marinir Amerika Serikat dari Batalyon Teknik Tempur 1 Brigade Ekspedisi Marinir ke-2 menyapu jalan dari Improvised Explosive Devices (IED) di Distrik Garmsir, Provinsi Helmand, Afghanistan, 13 Juli 2009. (MANPREET ROMANA/AFP)

Taliban telah secara dramatis memperluas penahanan mereka di wilayah Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir, meninggalkan pemerintah yang didukung AS mengendalikan sedikit lebih dari 20% negara itu, menurut data yang dihimpun oleh Long War Journal.

Kelompok pemberontak sekarang memegang 204 dari 407 distrik, naik dari 73 pada awal Mei, sementara pemerintah Afghanistan hanya menguasai 74 saat ini. Sisanya diperebutkan.

Pada hari Jumat, pejabat senior Taliban Shahabuddin Delawar mengatakan bahwa perbatasan negara itu sekarang "di bawah kendali" kelompok itu dan akan tetap terbuka dan fungsional.

"Kami meyakinkan semua, kami tidak akan menargetkan diplomat, kedutaan, dan konsulat, LSM, dan staf mereka."

Sementara para militan telah mengambil beberapa daerah di sepanjang perbatasan Afghanistan, "pengambilalihan mereka tidak akan berlangsung," Fawad Aman, wakil juru bicara Kementerian Pertahanan, mengatakan melalui telepon, Sabtu.

"Kami telah meningkatkan serangan ofensif kami dan daerah-daerah itu akan dibebaskan dan segera direbut kembali."

Saat ini, pihak berwenang di Kabul masih mengendalikan semua dari 34 ibu kota provinsi, meskipun dua di antaranya dekat perbatasan China, Pakistan, Tajikistan dan Turkmenistan sekarang sedang diperebutkan. Kementerian Pertahanan Afghanistan telah meningkatkan serangan udara terhadap para pejuang Taliban dalam beberapa pekan terakhir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya