Liputan6.com, Jakarta - Sedikitnya 18 narapidana tewas dan beberapa petugas polisi terluka dalam kerusuhan di dua lembaga pemasyarakatan terbesar di Ekuador, kata otoritas penjara SNAI negara Andes itu Rabu malam, menandai gelombang besar kedua kekerasan penjara yang mematikan tahun ini.
Unit polisi khusus dikerahkan ke penjara di provinsi Guayas selatan, rumah bagi kota terbesar Guayaquil, dan provinsi Cotopaxi, selatan ibu kota Quito, untuk memadamkan kekerasan. Demikian seperti mengutip Al Jazeera, Jumat (23/7/2021).
Advertisement
📍HASTA EL MOMENTO son 45 los ppl que fueron recapturados luego de que intentaron fugar del #CPLCotopaxi No. 1.👮🏻♂️Continuamos informando pic.twitter.com/ozQ8ljemeS
— Policía Ecuador (@PoliciaEcuador) July 22, 2021
Pada hari Kamis, dinas kepolisian Ekuador menulis di Twitter bahwa 45 narapidana ditangkap ketika mereka berusaha melarikan diri dari penjara Cotopaxi, di mana SNAI mengatakan 10 narapidana tewas dan 35 terluka. Delapan tahanan tewas di penjara Guayas, menurut SNAI.
Pada bulan Februari, sedikitnya 79 narapidana tewas di tiga penjara – termasuk penjara di Guayas dan Cotopaxi – dalam bentrokan antara geng-geng yang bersaing.
Sedikitnya lima polisi terluka dalam kerusuhan Cotopaxi, lapor surat kabar El Comercio.
Policia Ekuador men-tweet gambar para tahanan yang dapat keluar dari penjara dan mencapai tempat kosong sebelum ditangkap oleh polisi dan personel militer.
Kekerasan di Penjara
Pejabat Ekuador selama bertahun-tahun berusaha untuk mengurangi kekerasan di penjara negara yang penuh sesak, rumah bagi sekitar 38.000 narapidana.
Sistem penjara negara itu dinyatakan dalam keadaan darurat oleh Presiden Lenin Moreno pada tahun 2019 setelah gelombang insiden yang menewaskan 24 orang.
Advertisement