Liputan6.com, Jakarta - Badai geomagnetik yang dipicu oleh semburan energi matahari dilaporkan menghantam Bumi Selasa 12 Oktober 2021 kemarin, membuat aurora borealis atau Cahaya Utara, menerangi langit pada garis lintang yang lebih rendah dari biasanya.
Menurut otoritas AS dan Inggris, tampilan aurora yang mempersona akan terlihat di Skotlandia dan utara Inggris, dan ke selatan hingga negara bagian New York, Wisconsin dan Washington, seperti dikutip dari Nine News, Rabu (13/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Efeknya diperkirakan akan berlanjut selama beberapa hari ke depan, menurut Kantor Polisi Metropolitan Inggris, yang mengatakan mungkin ada periode aktivitas geomagnetik yang agak aktif.
"Badai geomagnetik adalah gangguan besar pada medan magnet bumi yang disebabkan oleh perubahan angin matahari dan struktur medan magnet antarplanet".
Badai terbaru ini terpicu pada Sabtu 9 Oktober oleh adanya ledakan cahaya, material surya, dan energi matahari yang sangat energik.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alasan Aurora Borealis Berwarna-warni
Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional mengatakan badai geomagnetik ini adalah badai sedang, disebut juga sebagai peristiwa "G2" pada skala 1 hingga 5.
Badan AS itu juga mencatat bahwa dampak badai akan terasa di atas garis lintang 55 derajat, dan ada kemungkinan fluktuasi jaringan listrik dapat terjadi.
Cahaya Utara didorong terutama oleh angin matahari, partikel yang dipancarkan dari matahari yang mengalir keluar melalui ruang angkasa dan merobek magnetosfer Bumi, lalu menciptakan pertunjukan cahaya berwarna-warni.
Reporter: Cindy Damara
Advertisement