Rusia Siap Jual Gandum ke Indonesia Gantikan Ukraina

Dubes Rusia menegaskan siap menjual gandum ke Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Mar 2022, 14:56 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2022, 14:39 WIB
mie instan
ilustrasi mie instan/copyright by Lifebrary (Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta - Invasi Rusia ke Ukraina dikhawatirkan menganggu pasokan gandum (wheat) ke Indonesia, termasuk dampak ke tepung terigu untuk mie instan. Pasalnya, Ukraina adalah pemasok gandum yang signifikan di Indonesia. 

Di tengah invasi yang terjadi, Rusia berkata siap menjual gandum ke Indonesia. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, menyebut negaranya sudah menawarkan.

"Jika kamu butuh lebih banyak, kita bisa menyediakannya," ujar Dubes Lyudmila Vorobieva, Rabu (23/3/2022).

"Kami sudah menawarkan kepada Indonesia. Pilihannya berada di pemerintah Indonesia," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengakui bahwa gandum naik.

"Gandum naik, kita kena imbas karena hampir 20 persen lebih gandum dari Ukraina dan Rusia, naik sangat drastis," ucap Presiden Jokowi beberapa waktu lalu. 

Hingga kini, invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung hampir sebulan. Pemerintah Ukraina melaporkan sudah ada 117 anak yang tewas akibat dampak serangan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sumber Ekonomi Ukraina

FOTO: Serangan Rusia Hantam Pusat Perbelanjaan di Kiev, 8 Orang Tewas
Orang-orang memeriksa kerusakan setelah serangan sebuah pusat perbelanjaan di Kiev, Ukraina, Senin (21/3/2022). Delapan orang tewas dalam serangan tersebut. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Situasi ekonomi di Ukraina tengah menjadi perhatian publik menyusul konflik yang dihadapi negara itu dengan Rusia. 

Sebelum dilanda perang, ekonomi Ukraina sempat melihat pemulihan dengan tingkat pertumbuhan 3,2 persen di tahun 2021. 

Komoditas mineral menjadi salah satu sektor bagi ekonomi Ukraina, salah satunya gandum.

Dilansir dari Deutsche Welle (DW), Selasa (22/3) Germany Trade and Invest (GTAI) mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan musim gugur yang lalu, bahwa kebutuhan akan investasi asing di sektor komoditas Ukraina sudah sangat besar bahkan sebelum negara itu dilanda perang.

Produsen mobil di Eropa telah melakukan beberapa investasi di Ukraina dalam beberapa tahun terakhir, meskipun laporan GTAI mencatat bahwa produsen negara itu masih terintegrasi secara longgar dalam rantai pasokan global industri.

Namun demikian, perang saat ini telah menyebabkan gangguan produksi yang parah di antara pembuat mobil Eropa karena pengiriman suku cadang penting ke Ukraina seperti kabel harness terhenti.

Namun, ada beberapa bisnis lainnya yang ikut berkontribusi pada ekonomi negara itu.

Pusat bagi perekonomian Ukraina lainnya adalah Pelabuhan Perdagangan Laut Odesa (OMTP), yang menjadi salah satu pelabuhan laut terbesar di sepanjang pantai Laut Hitam.

Dalam setahun, pelabuhan itu mampu menangani 40 juta metrik ton kargo curah dan 25 juta ton kargo cair.

Namun karena konflik Rusia-Ukraina, OMTP berhenti beroperasi.

Perusahaan Jerman, yaitu Hamburger Hafen und Logistik AG (HHLA) mengoperasikan terminal container di pelabuhan Odesa dan mengirimkan 300.000 unit dari sana tahun lalu.

"Odesa adalah pelabuhan laut terbesar di Ukraina. Ini menjadi semakin penting untuk pasokan lintas laut karena rute perdagangan melalui Krimea dan Laut Azov menjadi sulit untuk dinavigasi," kata Philip Sweens, seorang eksekutif senior HHLA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya