Pilpres Prancis 2022: Pemimpin Dunia Ucapkan Selamat ke Emmanuel Macron

Kemenangan Presiden Emmanuel Macron di pilpres Prancis 2022.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Apr 2022, 17:54 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 08:00 WIB
FOTO: Usai Bertemu Putin, Emmanuel Macron Temui Presiden Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kanan) dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan usai konferensi pers setelah pertemuan di Kyiv, Ukraina, 8 Februari 2022. Volodymyr Zelensky berharap segera mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia, Prancis, dan Jerman. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Liputan6.com, Paris - Emmanuel Macron meraih kemenangan di pilpres Prancis 2022. Capres petahana itu mengalahkan politikus Marine Le Pen dengan selisih suara sekitar 5,5 juta. 

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Prancis, Senin (25/4/2022), Presiden Macron meraih 18,7 juta suara dan Marine Le Pen mendapat 13,2 juta. 

Suara Presiden Emmanuel Macron naik sekitar 9 juta suara dibanding putaran pertama (9,7 suara). Suara Marine Le Pen hanya naik sekitar 5 juta suara.

Presiden Macron mendapat dukungan dari para capres lain yang kalah, seperti Valerie Pecresse yang mengaku terlilit utang usai kalah pilpres, serta Wali Kota Paris Anne Hidalgo yang kalah di putaran pertama turut melempar dukungan ke Presiden Macron.

Para pemimpin dunia memberikan selamat kepada kemenangan Presiden Macron di pilpres ini. 

"Selamat kepada @EmmanuelMacron atas terpilih kembali. Prancis adalah sekutu tertua kami dan partner kunci dalam merespons tantangan-tantangan global. Saya menantikan kerja sama dekat kita, termasuk mendukung Ukraina, mempertahankan demokrasi, dan melawan perubahan iklim," tulis akun Twitter resmi presiden AS @POTUS.

Ucapan selamat juga diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang memberikan ucapan dengan Bahasa Prancis. 

"Selamat kepada @EmmanuelMacron, sahabat sejati Ukraina, atas terpilihnya kembali," ujar Zelensky. 

"Saya menghargai dukungan anda dan saya percaya bahwa kita berjalan bersama menuju kemenangan baru. Menuju Eropa yang kuat dan bersatu!" tulis Presiden Ukraina.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Temps Incertains

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau (wikimedia commons)
PM Kanada Justin Trudeau berkata Prancis adalah sahabat dekat negaranya.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengirim pernyataan yang cukup panjang terhadap kemenangan Presiden Macron. Atas nama Kanada, ia memberikan ucapan selamat kepada Presiden Macron. 

"Atas nama Pemerintah Kanada, saya memberikan selamat kepada Presiden Emmanuel Macron atas terpilihnya kembali. Kanada dan Prancis adalah sahabat dekat, sekutu, dan partner. Hubungan kita berakar selama berabad-abad dalam sejarah bersama. Kita bekerja sama dengan erat di forum-forum internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, North Atlantic Treaty Organization (NATO), G7, dan G20," tulis PM Trudeau dalam situs resmi PM Kanada.

Pernyataan Trudeau dibuat versi Bahasa Prancis dan Inggris. PM Trudeau memberikan pesan untuk melawan invasi ilegal yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. 

Beberapa isu yang dianggap Trudeau penting bagi kedua negara adalah mempertahankan demokrasi, HAM, dan sistem internasional untuk mencegah "invasi ilegal, tak diprovokasi, dan tak terjustifikasi terhadap Ukraina oleh Rusia.

PM Trudeau berkata saat ini merupakan "temps incertains" (waktu ketidakpastian) sehingga hubungan antara kedua negara menjadi prioritas dan bersifat absolut. 

"Kanada dan Prancis akan terus bekerja sama untuk mempertahankan nilai-nilai bersama dan membangung masa depan sejahtera bagi masyarakat kedua negara," tulis PM Trudeau.

Ucapan Selamat dari Uni Eropa

Presiden Komisi Eropa Uni Eropa Ursula von der Leyen.
Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen turut memberikan selamat kepada Emmanuel Macron.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, memberikan selamat kepada Emmanuel Macron melalui twit berbahasa Prancis. Ia menyebut Prancis dan Uni Eropa memiliki kerja sama yang "excellente".

"Cher @EmmanuelMacron, selamat kepada pemilihanmu kembali menjadi presiden Republik. Saya gembira karena bisa melanjutkan kerja sama luar biasa kita. Bersama-sama, kita bisa memajukan Prancis dan Eropa," tulisnya. 

Sementara, Marine Le Pen telah mengaku kalah. Dalam sebuah video di Twitter, ia dengan berapi-api berbicara kepada para pendukungnya yang tampak masih sangat semangat. Salah satu poin ucapannya adalah supaya Presiden Macron bisa membenahi perpecahan yang ada di Prancis.

Marine Le Pen juga memimpin nyanyian lagu nasional Prancis, yakni La Marseillaise. Kubu Presiden Macron yang merayakan kemenangannya di dekat Menara Eiffel juga menyanyikan lagu yang sama. 

Setelah menyanyikan lagi kebangsaan, Marine Le Pen turun dari podium sambil tersenyum, sementara para pendukungnya tetap semangat dan menepuk-nepuk tangan mereka. 

Jika Le Pen Jadi Presiden Prancis: Muslim Pakai Jilbab di Tempat Umum Akan Didenda

Marine Le Pen
Marine Le Pen.

Sebelumnya dilaporkan, Marine Le Pen, calon presiden sayap kanan di Prancis, berjanji akan melarang Muslim yang mengenakan jilbab di depan umum jika ia terpilih. Janji itu ia sampaikan dalam kampanye terakhirnya.

Le Pen menguraikan bagaimana komitmennya untuk "melarang penggunaan jilbab di semua tempat umum."

Dikutip dari laman Wionews, Senin (11/4), Le Pen juga menyatakan bahwa itu akan ditegakkan oleh polisi dengan cara yang sama seperti sabuk pengaman dikenakan saat sedang berkendara dengan mobil.

"Orang-orang akan didenda dengan cara yang sama seperti tidak mengenakan sabuk pengaman. Bagi saya, polisi tampaknya sangat mampu menegakkan tindakan ini," katanya.

Le Pen mengatakan, dia akan menggunakan referendum untuk mencoba menghindari tantangan konstitusional terhadap banyak undang-undang yang diusulkannya atas dasar bahwa mereka diskriminatif dan melanggar kebebasan pribadi.

Undang-undang sebelumnya di Prancis yang melarang simbol agama di sekolah atau penutup wajah penuh di tempat umum diizinkan atas dasar bahwa itu berlaku untuk semua warga negara dan dalam pengaturan tertentu.

Le Pen (53) telah melunakkan retorika anti-imigrasinya selama kampanye tahun ini dan sebagai gantinya berfokus pada kampanye pengeluaran biaya rumah tangga. Ia menempatkannya lebih dekat dari sebelumnya ke kekuasaan, jajak pendapat menunjukkan perubahan pandangan Le Pen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya