Liputan6.com, Sanaa - Oman memfasilitasi pembebasan 14 warga asing, termasuk seorang WNI, yang ditahan di Yaman. Kementerian luar negeri Oman mengatakan para warga asing itu kemudian dipindahkan dari ibukota Yaman yang dikuasai Houthi, Sanaa, ke Muscat pada Minggu (24/4).
Orang-orang yang dibebaskan itu termasuk seorang pria Inggris, isterinya dan anaknya, tujuh warga India, seorang warga Filipina, seorang WNI, seorang warga Ethiopia dan seorang warga Myanmar, kata kementerian itu. Mereka tidak merincikan apa yang menyebabkan orang-orang itu ditahan.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah Inggris mengidentifikasi warga negaranya sebagai Luke Symons, yang telah ditahan tanpa dakwaan atau persidangan sejak 2017.
"Luke berusia 25 ketika ditahan secara sewenang-wenang oleh Houthi. Puteranya baru berusia beberapa bulan ketika itu," kata Menteri Luar Negeri Liz Truss dalam pernyataan.
"Ia diduga diperlakukan dengan tidak semestinya, dalam sel isolasi, dan dilarang dikunjungi keluarganya," kata Truss.
Kementerian Oman itu mengatakan bahwa setelah berkomunikasi dengan Arab Saudi untuk memfasilitasi dikeluarkannya izin-izin yang diperlukan, ke-14 orang itu dipindah ke sebuah pesawat Angkatan Udara Kerajaan Oman ke ibukota Oman, untuk bersiap-siap pulang ke negara masing-masing.
Serangan Udara Houthi
Koalisi pimpinan Saudi di Yaman melancarkan beberapa serangan udara di sebuah kamp militer yang dikendalikan oleh milisi Houthi pada Selasa (25/1) tengah malam.
Serangan ini adalah hari kedua berturut-turut serangan udara oleh koalisi yang menghantam kamp pemeliharaan al-Siyanah di Sanaa tengah, kata al-Masirah tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kondisi Houthi Saat Ini
Ledakan itu menghancurkan jendela-jendela rumah di dekatnya dan menyebabkan kebakaran yang bisa dilihat dari pusat kota Yaman, demikian dikutip dari laman Xinhua, Rabu (26/1/2022).
Serangan udara itu terjadi setelah milisi mengaku bertanggung jawab atas drone bermuatan bahan peledak dan serangan rudal balistik di lokasi-lokasi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) pada Senin (24/1) pagi.
Ini adalah yang kedua dari serangan lintas batas terhadap Arab Saudi dan UEA yang diklaim oleh milisi Houthi dalam hampir seminggu.
UEA adalah anggota kunci koalisi Arab pimpinan Saudi yang telah mendukung tentara pemerintah Yaman melawan milisi Houthi sejak Maret 2015.
Houthi telah kehilangan beberapa distrik strategis di provinsi kaya minyak Shabwa dan Marib di Yaman tengah bulan ini setelah pertempuran mematikan melawan tentara Yaman.
Advertisement
Arab Saudi Siap Batalkan Balapan F1 Jika Serangan Bom Houthi Kembali Mengancam
Menteri Olahraga Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz Bin Turki Al-Faisal, mengatakan negaranya tidak akan ragu-ragu untuk membatalkan balapan F1 akhir pekan ini jika dirasa ada ancaman keamanan yang nyata terhadap acara tersebut. 20 pembalap Formula-1 nyaris memboikot balapan setelah adanya serangan rudal terhadap depot minyak 10 kilometer timur sirkuit menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di tempat tersebut.
Seorang juru bicara militer untuk Houthi Yaman, yang telah memerangi koalisi yang dipimpin Arab Saudi selama tujuh tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap fasilitas tersebut, yang dijalankan oleh perusahaan energi milik negara Aramco, seperti dikutip dari laman ABC News, Senin (28/3/2022).
Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi dan dinas keamanan menawarkan jaminan kepada F1, tim dan pembalapnya bahwa balapan tidak berisiko mengalami serangan serupa.
"Jika ada ancaman, maka yakinlah kami akan membatalkan balapan, tetapi tidak ada ancaman, dan itulah yang kami diskusikan dengan semua orang," kata Pangeran Abdulaziz kepada wartawan di Jeddah.
"Kami memang memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi untuk menyelenggarakan acara semacam itu dan kami tahu itu dikenal sebagai pusat perhatian karena media ada di sini, semua orang ada di sini. Kami menyadari itu sejak awal. Dan jika Anda melihat ada yang terjadi, itu sudah terjadi."
Jaminan Keselamatan
Pangeran Abdulaziz mengatakan, tidak mungkin melindungi seluruh Arab Saudi dari serangan rudal, tetapi dia yakin sistem pertahanan militer tidak akan mengizinkan serangan serupa di trek balap.
"Tentu saja Anda tidak bisa menutupi seluruh kerajaan," katanya.
"Jadi, aparat keamanan menutupi wilayah yang padat penduduknya, yang harus dilindungi.
Meskipun para pembalap setuju untuk balapan, menjadi jelas bahwa mereka ingin meninjau kembali pertanyaan tentang masa depan Grand Prix Arab Saudi.
Pangeran Abdulaziz mengatakan, Arab Saudi bersedia memberikan jaminan apa pun yang diinginkan tim dan pembalap untuk memastikan balapan, yang memiliki kontrak 15 tahun.
Advertisement