Neanderthal, Makhluk Cerdas Mirip Manusia yang Punah 40 Ribu Tahun Silam

Neanderthal dikenal sebagai salah satu makluk yang sangat mirip dengan homo sapiens, tetapi ada beberapa temuan mengejutkan tentangnya, salah satunya tentang kepunahannya

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 08 Sep 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2022, 21:00 WIB
Neandhertals.
Neandhertals yang sangat mirip dengan manusia.(National History Museum)

Liputan6.com, Jakarta - Neanderthal merupakan salah satu makhluk hidup yang menjadi cerminan manusia sejak pertama kali mereka ditemukan pada 1856. Apa yang diketahui adalah mereka dibentuk agar sesuai dengan tren budaya, norma-norma sosial, dan standar ilmiah kita.

Mereka juga telah berevolusi dari spesimen yang ‘sakit’ menjadi saudara sub-manusia primitive yang seiring berjalannya waktu menjadi manusia di era yang maju.

Menurut sejarah, Homo Neanderthalensis sangat mirip manusia dan kabarnya melakukan kawin silang. Tetapi, apa penyebab mereka punah sedangkan kita masih bertahan hidup, berkembang, dan mengambil alih planet Bumi?

Neanderthal berevolusi lebih dari 400.000 tahun yang lalu, yang kemungkinan besar berasal dari nenek moyang sebelumnya, Homo Heidelbergensis. Mereka sangat berhasil dan menyebar ke seluruh area dari Mediterania ke Siberia. Mereka sangat cerdas, dengan otak rata-rata lebih besar dari otak Homo sapiens, seperti dikutip dari laman Physc Org, Rabu (7/9/2022).

Mereka berburu binatang buruan berukuran besar, mengumpulkan tanaman, jamur, dan makanan laut, mengendalikan api untuk memasak, membuat alat komposit, membuat pakaian dari kulit binatang, membuat manik-manik dari kerang, dan mampu mengukir simbol-simbol di dinding gua.

Mereka juga diketahui merawat anak-anak yang muda, orang tua, dan lemah, menciptakan tempat berlindung untuk perlindungan, hidup melalui musim dingin yang buruk dan musim panas yang terik, dan mereka juga menguburkan orang yang mati.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kepunahan Neanderthal di Bumi

Perbandingan kerangka Neanderthal (kiri) dan Homo Sapiens (kanan).
Perbandingan kerangka Neanderthal (kiri) dan Homo Sapiens (kanan).(National History Museum)

Perbedaan paling signifikan antara Neanderthal dan Manusia adalah bahwa mereka punah sekitar 40.000 tahun yang lalu. Dan kita masih belum mengetahui apa penyebab pasti kematian mereka, tapi, mengutip phys.org, mereka menyebutkan bahwa hal itu mungkin hasil dari kombinasi beberapa faktor.

Pertama, iklim zaman es terakhir yang sangat bervariasi, beralih dari dingin ke hangat dan kembali lagi, yang memberi pengaruh pada sumber makanan hewan dan tumbuhan, dan berarti Neanderthal terus-menerus harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Kedua, jumlah Neanderthal tidak pernah sebanyak itu, dengan populasi keseluruhan tidak pernah melebihi puluhan ribu.

Mereka hidup dalam kelompok yang terdiri dari lima hingga 15 individu, dibandingkan dengan Homo Sapiens yang memiliki kelompok hingga 150 individu.

Populasi Neanderthal bisa dibilang kecil dan terisolasi, dan secara genetik hal ini mungkin semakin tidak berkelanjutan.

Ketiga, ada persaingan dengan predator lain, terutama kelompok manusia modern yang muncul dari Afrika sekitar 60.000 tahun yang lalu. Muncul spekulasi bahwa banyak Neanderthal mungkin telah berasimilasi ke dalam kelompok Homo sapiens yang lebih besar.


Bukti Keberadaan

Neanderthal yang mirip Homo Sapens.
Neanderthal yang mirip Homo Sapens.(Tom Björklund / Moesgård Museum)

Neanderthal meninggalkan banyak jejak untuk kita periksa puluhan ribu tahun kemudian, yang sebagian besar dapat dilihat di pameran khusus yang telah salah satunya ada di Natural History Museum of Denmark. Selama 150 tahun terakhir, para peneliti telah mengumpulkan tulang fosil, peralatan batu dan kayu, menemukan pernak-pernik dan perhiasan yang mereka tinggalkan, mengungkap penguburan, dan sekarang [ara peneliti sedang memetakan genom mereka dari DNA kuno.

Tampaknya 99,7% DNA Neanderthal dan manusia modern identik dan mereka adalah kerabat terdekat Homo sapiens yang telah punah.

Namun, fakta yang paling mengejutkan adalah bukti adanya perkawinan silang yang telah meninggalkan jejak DNA pada manusia yang hidup saat ini. Banyak orang Eropa dan Asia memiliki antara 1% dan 4% DNA Neanderthal sementara orang Afrika di selatan Sahara hampir nol. Ironisnya, dengan populasi dunia saat ini sekitar 8 miliar orang, ini berarti bahwa tidak pernah ada lebih banyak DNA Neanderthal di Bumi.

Genom Neanderthal juga membantu kita memahami lebih banyak tentang seperti apa rupa mereka, karena ada bukti bahwa beberapa Neanderthal yang berevolusi memiliki kulit pucat dan rambut merah jauh sebelum Homo sapiens. Banyak gen yang dimiliki bersama antara Neanderthal dan manusia modern saling-terkait, mulai dari kemampuan untuk mencicipi makanan pahit hingga kapasitas untuk berbicara.

Para peneliti juga telah memperkaya pengetahuan tentang kesehatan manusia. Misalnya, beberapa DNA Neanderthal yang mungkin bermanfaat bagi manusia puluhan ribu tahun yang lalu, sekarang tampaknya hal tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah jika kita kombinasikan dengan gaya hidup barat modern.

Ada kaitan dengan alkoholisme, obesitas, alergi, pembekuan darah, dan depresi. Baru-baru ini, para ilmuwan menyarankan varian gen kuno dari Neanderthal mungkin meningkatkan risiko komplikasi serius akibat tertular COVID-19.


Refleksi Neanderthal dan Manusia Saat Ini

Neanderthal dan Homo Sapiens.
Neanderthal dan Homo Sapiens. (National History Museum)

Seperti dinosaurus, Neanderthal tidak tahu apa yang akan terjadi. Bedanya, dinosaurus menghilang secara tiba-tiba menyusul hantaman meteorit raksasa dari luar angkasa. Bagi Neanderthal kepunahan terjadi secara bertahap.

Mereka akhirnya kehilangan dunia mereka, rumah nyaman yang telah berhasil mereka tempati selama ratusan ribu tahun yang perlahan-lahan berbalik melawan mereka, sampai keberadaan itu sendiri tidak berkelanjutan.

Kita bisa melihat refleksi kita pada mereka. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada mereka dan mereka tidak punya pilihan selain terus menyusuri jalan yang akhirnya menyebabkan kepunahan. Di sisi lain, kita sangat menyadari situasi kita dan dampak yang kita miliki di planet ini.

Aktivitas manusia mengubah iklim dan mengarah langsung ke kepunahan massal keenam. Kita dapat merenungkan kekacauan yang telah kita alami dan kita dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya. 

Jika kita tidak ingin berakhir seperti Neanderthal, lebih baik kita bertindak bersama dan secara kolektif bekerja untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Kepunahan Neanderthal mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh menganggap remeh keberadaan kita.


Fosil Manusia Purba Berusia 140 Tahun Ditemukan di Israel

Ilustrasi (AFP/Vano Shlamov)
Ilustrasi (AFP/Vano Shlamov)

Sementara itu, poara peneliti yang bekerja di Israel telah mengidentifikasi jenis manusia purba yang sebelumnya belum diketahui. Jenis ini hidup berdampingan dengan spesies kita lebih dari seratus ribu tahun yang lalu.

Dikutip dari BBC, Jumat (25/6/2021), mereka percaya bahwa sisa-sisa yang ditemukan dekat kota Ramla merupakan salah satu "yang selamat terakhir" dari kelompok manusia yang sangat kuno.

Temuan tersebut terdiri dari sebagian tengkorak dan rahang dari seorang individu yang hidup antara 140.000 dan 120.000 tahun yang lalu.

Anggota tim berpikir individu tersebut diturunkan dari spesies sebelumnya yang mungkin telah menyebar dari wilayah tersebut ratusan ribu tahun yang lalu dan memunculkan Neanderthal di Eropa dan yang mirip di Asia.

Para ilmuwan juga telah menamai garis keturunan yang baru ditemukan ini sebagai "tipe Nesher Ramla Homo".

Dr Hila May dari Universitas Tel Aviv mengatakan penemuan itu membentuk kembali kisah evolusi manusia, terutama tentang Neanderthal.

Gambaran umum evolusi Neanderthal di masa lalu dikaitkan erat dengan Eropa.

 

Selengkapnya di sini...

 

Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Cara Hindari Covid-19 Saat Bepergian dengan Pesawat. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya