Liputan6.com, Jakarta - Tiga pesawat jet tempur Rafale, dua tanker A330 MRTT Phénix dan satu A400M Atlas tiba di Indonesia pada Minggu 11 September 2022, usai melaksanakan latihan multinasional "Pitch Black" di Australia.
Keenam pesawat tersebut singgah di dua negara Kawasan Asia Tenggara, yakni Indonesia dan Singapura dalam rangka melaksanakan "Misi Pegasus 2022". Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara Indonesia-Prancis, untuk melakukan diplomasi udara, berinteraksi, dan melakukan kerja sama operasional dengan Angkatan udara setempat. Diketahui misi ini merupakan misi yang diselenggarakan setelah Heifara 2021 dan Pegase 2018.
Baca Juga
Indonesia telah menjadi partner strategis Prancis sejak 2011, dan adanya kesepakatan atas kontrak Rafale serta A400M merupakan salah satu interaksi antara Prancis dan Indonesia. Selain itu, diketahui perjanjian kerja sama pertahanan bilateral telah ditandatangani pada 28 Juni 2021.
Advertisement
Pada November 2021 lalu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga memesan 2 pesawat Airbus A400M dalam konfigurasi multirole tanker dan transport. Pemesanan dalam kesepakatan tersebut mencakup juga paket dukungan pemeliharaan dan pelatihan yang lengkap dan ditandatangani untuk mengakuisisi empat pesawat A400M tambahan di masa depan.
Angkatan Udara Australia dan TNI-AU memiliki alat militer yang sama seperti Rafale, Caracal, A400M, dan baru-baru ini ada radar GM403 (kontrak ditandatangani pada 17 Mei 2022). Sarana atau alat pendukung pertahanan masing-masing negara tersebut memiliki keunggulannya masing-masing.
Berikut ini ulasan singkat keunggulannya, Liputan6.com rangkum dari informasi yang diperoleh di Halim Perdanakusuma, Senin (12/9/2022):
A330 MRTT Phenix yang dapat Mengisi Bahan Bakar di Udara
MRTT A330 ini dikenal karena fleksibilitas dari peralatan dan kinerjanya, A330 Phénix menjadi dasar kekuatan Angkatan bersenjata di Udara. Standar utama dari pesawat jenis ini memungkinkan pengisian bahan bakar udara ke udara, misi pencegarhan nuklir, misi konvensional, transportasi strategis penumpang dan barang, serta evakuasi medis.
“Pesawat ini dapat melakukan beberapa hal sekaligus seperti melakukan evakuasi medis bersamaan dengan misi udara lainnya,” kata salah satu anggota militer Prancis kepada Wartawan saat ditemui di Halim (12/9/2022).
“Pesawat ini juga dapat memuat sekitar 270 penumpang dengan panjang perjalanan 12 jam lamanya serta memiliki ruang yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan baik itu kebutuhan medis atau membawa barang-barang penting lainnya,” tambahnya.
Armada ini mampu mengisi bahan bakar dua jet tempur secara bersamaan, Phénix juga dapat membawa bahan bakar hingga 110 ton di sayapnya. Pesawat ini menawarkan kapasitas dan keunggulan yang belum pernah ada sebelumnya. A330 MRTT ini juga meiliki rektivitas yang baik. Pesawat A330 MRTT Phénix ini juga menawarkan efektivitas waktu dan kecepatan
MRTT A330 Phénix standar kedua dijadwalkan akan keluar pada tahun 2025 dengan peningkatan performa pada kemampuan komunikasi armada.
Dilengkapi dengan "Morphée kit", A330 Phénix menawarkan kemampuan evakuasi aeromedis yang unik, terbukti untuk pertama kalinya pada tahun 2020 untuk memobilisasi pasien COVID-19.
Setelah A340 dan A310, armada ini secara bertahap dapat menggantikan c-135. Angkatan Udara Prancis saat ini memiliki enam A330 Phénix. Mereka juga memiliki tiga A330-200 yang ditugaskan untuk menjadi bagian dari dukungan pertahanan udara yang akan dikonversikan menjadi MRTT untuk meningkatkan armada Phénix saat ini hingga target ada 15 pesawat.
Advertisement
Jet Tempur Rafale yang dapat Bertahan di Segala Kondisi
Indonesia rencananya akan mengakuisisi beberapa pesawat tempur rafale asal Prancis ini yang pertama kali dipakai dan ditugaskan pada tahun 2006.
Saat ini Rafale kualitasnya sedang ditingkatkan untuk memenuhi standar F3-R. Standar tersebut membawa perubahan penting bagi armada Rafale karena bisa mengintegrasi rudal dari udara-ke-udara dan juga meteror jarak jauh, ada juga laser Talios yang dapat meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi target yang lebih optimal, serta adaanya optimalisasi senjata dari udara ke udara. Kemampuan tersebut membuat jet tempur generasi terbaru ini menjadi lebih serbaguna dan memungkinkannya untuk melakukan berbagai misi bagi Angkatan Udara, baik untuk penangkalan nuklir, pertahanan udara, atau misi-misi udara lainnya.
Jet tempur ini juga dapat bertahan di bawah kondisi yang buruk dan berbeda dalam satu waktu yang sama serta dapat juga menjadi jet dukungan untuk pasukan yang ada di darat.
102 Rafale B memiliki dua kursi dan 102 Rafale C hanya memiliki satu kursi. “Loi de Programmation militaire” (Undang-Undang Perencanaan Militer) menetapkan target bahwa akan ada 129 Rafale pada tahun 2025 nanti.
Rafale saat ini digunakan oleh skuadron ke-4 jet tempur di Pangkalan Udara Saint-Dizier, serta oleh skuadron ke-30 di pangkalan udara yang sama.
A400M Atlas sebagai 'Game Changer'
Pesawat ini digadang-gadang sebagai aset operasi strategis bagi Angkatan Udara. A400M mampu mengangkut sebagain besar peralatan yang digunakan untuk Angkatan bersenjata Prancis ke medan operasi melalui transportasi udara atau airdrop.
Atlas mencatat 12.000 jam terbang pada Januari 2019 dan menunjukkan kegunaan A400M Atlas yang memiliki proyeksi yang disebut-sebut sebagai ‘Game Changer’ bagi Angkatan Udara.
A400M memiliki kecepatan yang dapat menggantikan dan bahkan setara dengan dua pesawat C-130 atau empat pesawat C160. A400M merupakan pesawat yang berada di antara C-130 Hercules dan C-17.
A400M merupakan pesawat yang taktis dengan jangkauan yang lebih strategis karena memiliki kapasitas muatan, jangkauan, dan kecepatan yang tinggi.
A400M merupakan pesawat yang bertujuan untuk melaksanakan berbagai misi di daratan Prancis atau pada operasi luar negeri. Pesawat ini juga merupaakan salah satu pesawat yang turut berpartisipasi dalam “Pitch Black” di Australia pada Juli 2018 dan mencontohkan segala kelebihan dan performanya dengan sempurna sebagai pesawat yang memiliki kemampuan taktis yang tinggi.
Advertisement