Liputan6.com, Yerusalem - Sebuah media Israel, i24NEWS, mengabarkan bahwa ada seorang pejabat senior dari Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sedang melakukan kunjungan rahasia ke Israel.
Baca Juga
Untuk diketahui, Israel dan Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik.
Advertisement
Dalam pemberitaan tertanggal 19 September 2022 yang dimuat i24, pada awal tahun 2022 seorang pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri Israel mengkonfirmasi selama briefing bahwa Israel dan Indonesia bekerja di belakang layar menuju normalisasi hubungan, dengan Amerika Serikat bertindak sebagai mediator.
Agustus lalu, delegasi investor, teknologi, dan spesialis perdagangan Israel mengunjungi Indonesia. Volume perdagangan langsung dan tidak langsung antara Israel dan Indonesia mencapai sekitar $500 juta per tahun.
Delegasi Pakistan juga disebutkan berada di Israel, sebuah negara di mana Israel tidak memiliki hubungan diplomatik, sebuah sumber mengungkapkan kepada i24NEWS.
Delegasi tersebut, disebutkan i24NEWS, dipimpin oleh seorang menteri senior dari bekas pemerintah Pakistan, terdiri dari sembilan anggota, termasuk empat orang yang tinggal di Pakistan dan beberapa orang Amerika terkemuka lainnya yang berasal dari Pakistan, serta seorang imam Pakistan Inggris.
Nasim Ashraf, mantan menteri pembangunan dan mantan ketua Dewan Kriket Pakistan, memimpin delegasi tersebut.
Seorang jurnalis dari stasiun berita Karachi juga merupakan bagian dari delegasi. Anggota lain merahasiakan identitas mereka.
Delegasi melakukan tur keliling Israel dengan tema geopolitik, sejarah dan agama, warisan, budaya, dan teknologi, dengan penekanan pada teknologi air. Akhir pekan ini, delegasi itu akan bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Yerusalem.
Pakistan dan Israel juga tidak memiliki hubungan diplomatik. Namun, awal tahun ini, Yerusalem mengambil bagian dalam latihan angkatan laut skala besar di Laut Merah yang dipimpin oleh Armada ke-5 AS bersama Pakistan dan sejumlah negara lain yang tidak memiliki hubungan diplomatik, termasuk Arab Saudi, Oman, Komoro, Djibouti, Somalia, dan Yaman.
Israel mementingkan kepentingan strategis tertentu ke Pakistan karena itu adalah satu-satunya negara Muslim dengan kemampuan nuklir operasional dan memiliki perbatasan bersama dengan Iran.
Tahun lalu, seorang pakar Pakistan mengatakan kepada i24NEWS bahwa negaranya membeli teknologi dari Israel dalam beberapa tahun terakhir untuk mengamankan gudang senjata nuklirnya.
Noor Dehari, pendiri Institute of Islamic Theology Against Terrorism, menunjukkan bahwa teknologi itu sebenarnya dibeli dari Inggris tetapi ditransfer oleh pemerintah Israel.
Indonesia Disarankan Jalin Hubungan dengan Israel demi Perdamaian Palestina
Sementara itu, Indonesia termasuk salah satu negara terdepan yang memberikan dukungan politik dan kemanusiaan bagi Palestina.
Selain amanat konstitusi, sokongan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka juga diamanatkan oleh Dasa Sila Bandung hasil dari Konvferensi Asia-Afrika pada 1955.
Dalam diskusi mengenai peran Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina yang digelar oleh Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia di Jakarta, Jumat (19/8), mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan dalam konteks diplomasi dan politik, melalui pernyataan-pernyataan sikap pemerintah, Indonesia memainkan peran penting.
Tetapi ia buru-buru menambahkan bahwa sedianya peran yang dijalankan Indonesia dalam konflik Israel-Palestina adalah sebagaimana yang dilakukan Presiden Soeharto dulu.
Pada 1993, dia mengundang pemimpin Palestina Yasir Arafat ke Jakarta, disusul dua bulan kemudian mengundang Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin.
Soeharto menerima Arafat di istana kepresidenan dan menjamu Rabin di rumah pribadinya di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.
Advertisement
JK Isyaratkan Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel?
Menurut JK, jika ingin menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel, maka sedianya Indonesia tidak saja memiliki hubungan dengan Palestina, tetapi juga Israel.
"Kalau ingin mendamaikan (dua negara sedang) berkonflik, harus kenal kedua-keduanya. Saya kenal baik dengan keduanya. Kenal baik dengan Palestina, kenal baik dengan Israel. Kalau saya datang ke Tel Aviv disambut, sama kalau saya ke Palestina. Tidak ada cara untuk mendamaikan tanpa kenal kedua-duanya, berkawan dengan kedua-duanya," kata JK.
Jusuf Kalla mengaku pernah mengadakan pembicaraan dengan menteri perdagangan Israel di sela-sela konferensi Organisasi Perdagangan Dunia) WTO di Seattle, Amerika, tapi dia tidak menyebutkan kapan pertemuan itu berlangsung. Pertemuan di hotel di mana JK menginap itu berupaya membuka relasi perdagangan Indonesia-Israel.
JK juga pernah mengadakan pertemuan dengan Yasser Arafat, Presiden Palestina saat ini Mahmoud Abbas, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika. Kepada Arafat, Abbas, dan Netanyahu JK menegaskan Palestina dan Israel harus berdamai. Arafat dan Netanyahu kini telah meninggal dunia.
JK juga mengatakan Indonesia pernah berencana membuka kedutaan besar di Kota Ramallah, Tepi Barat, Palestina; dan untuk membahas gagasan ini lebih jauh, JK mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Israel untuk Singapura yang diundangnya datang ke Jakarta. Indonesia minta akses lewat Yordania atau Tel Aviv.
Israel, ujar JK, mengizinkan Indonesia membuka kantor dagang di Tel Aviv, jika Israel dapat membuka kantor dagang di Jakarta. JK menyanggupi, namun menegaskan agar waktunya tidak bersamaan. Indonesia, tambahnya, harus lebih dulu membuka kantor dagang di Tel Aviv, sebagai syarat membuka kedutaan di Ramallah; sementara kantor dagang Isael di Jakarta bisa menyusul kemudian. JK tidak menjelaskan mengapa rencana ini kemudian gagal diwujudkan.
JK mengakui secara politik dan diplomatik Indonesia tidak mengakui Israel. Namun faktanya, hubungan tidak resmi telah terjalin antara kedua negara meski, lewat negara ketiga.
Kata Kemlu RI
Dalam diskusi tersebut, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsyih menegaskan Indonesia tetap konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina. Dia memaparkan bagaimana Presiden Soekarno, saat menolak kedatangan rombongan atlet Israel di Asian Games tahun 1962 di Jakarta mengatakan bangsa Indonesia akan terus menetang penjajahan Israel selama Palestina belum merdeka.
Dia menekankan dukungan Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina merupakan pula amanat dari konstitusi dan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Karena dari semua peserta KAA, hanya Palestina yang belum merdeka.
"Yang ingin saya tegaskan di sini, dukungan itu tidak pernah berhenti dan dukungan kita kepada Palestina adalah dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Ini yang jelas tidak bisa diubah-ubah, dengan konsep solusi dua negara, dengan ibu kota Yerusalem Timur, mengacu pada garis 1967," ujar Bagus.
Advertisement