Presenter Rusia Dikecam Usai Minta Anak-anak Ukraina Ditenggelamkan di Sungai

Media Russia Today dituduh telah menyampaikan pesan genosida untuk anak-anak Ukraina.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Okt 2022, 16:47 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 16:47 WIB
Seorang wanita dan anak bayi yang terkena dampak invasi Rusia di Ukraina.
Seorang wanita dan anak bayi yang terkena dampak invasi Rusia di Ukraina. Dok: AP Photo/Markus Schreiber

Liputan6.com, Moskow - Media Russia Today dituduh telah menyampaikan pesan genosida, setelah seorang presenter bernama Anton Krasovsky mengatakan anak-anak Ukraina yang menganggap pasukan Moskow sebagai penjajah, seharusnya ditenggelamkan.

Margarita Simonyan, pemimpin redaksi saluran berita itu mengatakan, presenter Anton Krasovsky telah diskors karena "komentar menjijikkannya".

Simonyan menambahkan tidak ada seorang pun di Russia Today (RT) yang memiliki pandangan yang sama dengan Krasovsky, dikutip dari Sky News, Senin (24/10/2022).

Dalam siaran acaranya pekan lalu, Krasovsky mengatakan bahwa anak-anak yang mengkritik Rusia seharusnya "dilemparkan langsung ke sungai dengan arus yang kuat".

Krasovsky adalah komentator pro-perang di televisi Rusia.

"Mereka seharusnya ditenggelamkan di Tysyna (nama sungai)," kata Krasovsky.

"Tenggelamkan saja anak-anak itu, tenggelamkan mereka." Atau, katanya, mereka bisa dimasukkan ke dalam gubuk yang kemudian dibakar.

Dalam segmen wawancara singkat di media sosial, Krasovsky juga menertawakan laporan bahwa tentara Rusia telah memperkosa wanita tua Ukraina selama invasi.

"Pemerintah yang masih belum melarang RT harus menonton kutipan ini," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter, menautkan ke klip wawancara tersebut.

"Hasutan genosida agresif ini tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara. Segera larang RT di seluruh dunia," tambah Kuleba.

Komandan Pasukan Rusia di Ukraina Mengaku Merasa Tertekan Akibat Perang

Pelatihan Militer Rekrutan Rusia untuk Perang Lawan Ukraina
Seorang rekrutan memegang senjata saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Komandan pasukan Rusia yang bertugas di Ukraina membuat pengakuan langka. Mereka merasa tekanan atas apa yang mereka alami dari serangan Ukraina.

Tekanan itu datang saat mereka diminta untuk bisa merebut kembali wilayah selatan dan timur Ukraina, dikutip dari Straits Times, Rabu (19/10/2022).

Pasukan Rusia di Kherson terpaksa mundur sejauh 20 km - 30 km dalam beberapa minggu terakhir dan berisiko terjebak di tepi barat sungai Dnipro sepanjang 2.200 km (1.367 mil) yang merupakan wilayah Ukraina.

"Situasi di daerah Operasi Militer Khusus sangat menengangkan," kata Sergei Surovikin, seorang jenderal angkatan udara Rusia yang ditunjuk bulan ini untuk mengambil alih sejumlah wilayah.

Di Kherson, Jenderal Surovikin berkata: “Situasi di daerah ini sulit. Musuh dengan sengaja menyerang infrastruktur dan bangunan tempat tinggal di Kherson.”

Baik Ukraina dan Rusia membantah menargetkan warga sipil, meskipun Kyiv menuduh pasukan Moskow melakukan kejahatan perang.

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer khusus pada 24 Februari dengan alasan memastikan keamanan Rusia.

Ukraina dan sekutunya menuduh Moskow melakukan perang tak beralasan untuk merebut wilayahnya.

Posisi pasukan Rusia di Kupiansk dan Lyman di Ukraina timur dan daerah antara Mykolaiv dan Kryvyi Rih di provinsi Kherson disebut oleh Jenderal Surovikin sebagai tempat yang akan terus diserang.

Dia seakan-akan mengakui bahwa ada bahaya yang bisa muncul dari pasukan Ukraina yang saat ini diprediksi bisa maju menuju kota Kherson.

Rusia merebut kota itu sebagian besar tanpa perlawanan pada hari-hari awal invasi, dan itu tetap menjadi satu-satunya kota besar Ukraina yang direbut pasukan Moskow secara utuh.

108 Perempuan Ukraina Dibebaskan dalam Pertukaran Tahanan dengan Rusia

Korban Perang Ukraina Terlihat dalam Gambar dan Air Mata
Relawan Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina membantu seorang perempuan menyeberang jalan di Kharkiv, 16 Maret 2022. Invasi Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-21. Berbagai upaya negosiasi menuju kompromi telah dilakukan demi menuju perdamaian di antara kedua belah pihak. (AP Photo/Andrew Marienko)

Ukraina pada Senin (17/10) mengumumkan bahwa pihaknya telah menukar lebih dari 100 tahanan dengan Rusia dalam sebuah upaya yang pihaknya gambarkan sebagai pertukaran pertama dengan Moskow untuk tahanan perempuan setelah hampir delapan bulan berperang.

"Pertukaran tawanan perang besar-besaran lainnya dilakukan hari ini... kami membebaskan 108 perempuan dari penahanan. Itu adalah pertukaran pertama yang semuanya perempuan," kata kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, di media sosial.

Dalam pidato hariannya pada Senin (17/10) malam, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, "Sembilan puluh enam (dari tahanan yang ditukar) adalah prajurit perempuan, termasuk 37 pengungsi dari Azovstal, dan 12 adalah warga sipil."

Zelensky berterima kasih kepada "semua yang terlibat atas keberhasilan ini... semakin banyak tahanan Rusia yang kita miliki, semakin cepat kita bisa membebaskan pahlawan kita."

Kepala wilayah Donetsk yang memisahkan diri di Ukraina timur, Denis Pushilin, membenarkan pertukaran itu. Ia mengatakan dari 110 orang yang setuju dalam pertukaran itu, dua orang telah memutuskan untuk tetap tinggal di Rusia, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (19/10/2022).

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan bahwa 72 orang yang kembali dari Ukraina itu adalah awak kapal sipil yang ditahan Ukraina sejak Februari.

Kementerian itu mengatakan semua yang kembali akan diterbangkan ke Moskow serta mendapat bantuan medis dan psikologis.

Rusia Kirim Bom Pakai Drone Kamikaze ke Ukraina

Pelatihan Militer Rekrutan Rusia untuk Perang Lawan Ukraina
Seorang rekrutan menembakkan rudal portabel saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Rusia dilaporkan kembali menyerang wilayah Ukraina. Ibu kota Kyiv diserang bom yang diduga dibawa oleh drone kamikaze buatan Iran.

Serangan udara tersebut menghantam infrastruktur penting di tiga wilayah, seperti dikutip dari laman BBC, Senin (17/10/2022).

Akibat serangan ini, aliran listrik di ratusan desa Ukraina terputus, menurut Perdana Menteri Denys Shmygal.

Sedikitnya delapan orang tewas, empat di Sumy dan empat di Kyiv.

Gelombang seruan sanksi terhadap Iran semakin meningkat. Namun Iran menyangkal telah memasok drone ke Rusia.

Seminggu yang lalu, ibukota Ukraina dihantam oleh rudal Rusia. Serangan itu kemudian menewaskan 19 orang.

Shmygal mengatakan, serangan terbaru tersebut telah menghantam wilayah Kyiv, Dnipro dan Sumy.

"Rusia sedang memburu semua fasilitas yang berhubungan dengan energi," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Ukraina, Yevhen Yenin.

"Mereka ingin menimbulkan kekacauan di industri energi."

Sementara itu, Andriy Yermak, kepala staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan; "Ini menunjukkan keputusasaan mereka."

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya