Liputan6.com, Kathmandu - Otoritas di Nepal akan mengirim flight data recorder dari pesawat Yeti Airlines ke Prancis. Pesawat itu mengalami kecelakaan pada Minggu 15 Januari 2023. 72 orang dilaporkan tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut, kendati demikian kabarnya jumlah jasad yang ditemukan baru 70.
Berdasarkan laporan AP News, Selasa (17/1/2023), Prancis akan mengirim data ke Prancis untuk mengetahui apa yang menyebabkan kecelakaan. Namun, voice recorder akan dianalisis di dalam negeri.
Baca Juga
Pesawat Yeti Airlines yang jatuh itu adalah buatan ATR, perusahaan yang bermarkas di Toulouse, Prancis.
Advertisement
Pesawat ATR itu mengantarkan penumpang dari ibu kota Kathmandu menuju kota Pokhara. Perjalanan hanya berlangsung singkat, yakni 27 menit saja.
Lembaga investigasi kecelakaan udara Prancis juga terlibat dalam investigasi kecelakaan pesawat. Perwakilan lembaga tersebut sudah ada di lokasi.
Penyebab kecelakaan masih misterius karena pesawat sudah mendekati bandara dan cuaca relatif cerah. Meski demikian, ada dugaan pesawat mengalami stall.
Di antara korban meninggal ada travel vlogger Elena Banduro dari Rusia, serta seorang jurnalis senior Nepal Rishikanta Paudel.Â
Pada Senin sore, ratusan keluarga dan sahabat telah berkumpul di rumah sakit. Banyak yang saling berusaha menghibur, meski ada juga yang berteriak kepada pejabat terkait agar mempercepat proses post-mortem agar mereka bisa segera membawa pulang jenazah orang-orang terkasih.
Pemerintah Nepal sudah mengembalikan para jenazah kepada keluarga. Hingga Selasa sore, hampir seluruh jenazah sudah ditemukan.Â
Rekam jejak industri aviasi di Nepal juga menjadi sorotan akibat insiden ini. Diketahui, Uni Eropa melarang pesawat Nepal masuk ke zona mereka.
Spesifikasi Pesawat ATR 72-500 Yeti Airlines yang Jatuh di Nepal
Mengutip laman resminya, yetiairlines.com dan sumber lainnya, Selasa (17/1/2022), Yeti Airlines yang didirikan pada Mei 1998 oleh Ang Tshering Sherpa dan menerima Sertifikat Operator Udara pada 17 Agustus 1998.
Maskapai Yeti Airlines Ltd memulai penerbangan komersial pertamanya pada September 1998 dengan satu pesawat DHC6-300 Twin Otter buatan Kanada.
Yeti Airlines telah melayani penumpangnya di Nepal selama lebih dari dua dekade, dan mengoperasikan pesawat jenis ATR 72-500 di kota-kota besar negara itu.
Secara total ada enam armada ATR 72-500 yang digunakan maskapai tersebut.
Spesifikasi ATR 72-500, terdiri dari turboprop bermesin ganda yang ditenagai oleh dua mesin tipe Pratt & Whitney PW127, serta dilengkapi dengan baling-baling bilah komposit Hamilton Sundstrand.Â
kecepatan maksimum pesawat ini adalah 309 mph dengan Berat Lepas Maksimum 49604 lbs. Adapun kapasitas ATR 72-500 yang menampung sekitar 70 kursi.
Uniknya, ATR 72-500 memancarkan sekitar 50 persen lebih sedikit CO2 per penumpang-km daripada jet generasi baru dan hingga tiga kali lebih sedikit CO2 daripada yang pesawat yang lebih tua.
Dibandingkan dengan mobil, emisi karbon dioksida (CO2) ATR 72-500 per kursi/km pada sektor 200 Nm (370 km) 15 persen lebih rendah.
Advertisement
Siapa Pemilik Yeti Airlines?
Yeti Airlines didirikan pada Mei 1998 oleh Ang Tshering Sherpa dan menerima Sertifikat Operator Udara pada 17 Agustus 1998.
Maskapai Yeti Airlines Ltd memulai penerbangan komersial pertamanya pada September 1998 dengan satu pesawat DHC6-300 Twin Otter buatan Kanada.
Maskapai tersebut juga telah melayani Nepal selama lebih dari dua dekade, dan mengoperasikan ATR 72 di kota-kota besar Nepal.Â
Kemudian pada tahun 2009, maskapai saudara Yeti Airlines, yakni Tara Air didirikan untuk mengambil alih operasi Short Take Off and Landing (STOL) dengan armada pesawat DHC6-300 dan Dornier DO228.
Yeti Airlines pun mempertahankan armada modernnya yang terdiri dari lima ATR 72-500 yang beroperasi di sektor domestik non-STOL di Nepal. Kedua maskapai tersebut kini bersama-sama menyediakan jaringan rute penerbangan terbesar di seluruh Nepal.
Mayoritas Korban Warga Nepal dan WN Asing Korea-Rusia
Dilansir CNN, Senin 16 Januari 2023, pesawat ATR 72 yang kecelakaan itu membawa 72 orang yang terdiri dari 37 laki-laki, 25 perempuan, tiga anak kecil, dan tiga adalah anak bayi. Empat di antaranya awak kabin.
Kecelakaan ini merupakan yang paling mematikan dalam lebih dari 30 tahun terakhir di Nepal.
Pencarian dihentikan pada malam hari dan dilanjutkan Senin 14 Januari pagi. Pemerintah menetapkan hari Senin itu sebagai hari libur untuk berduka atas para korban.
CNNÂ menyebut 53 penumpang dan semua kru pesawat adalah orang Nepal. Ada pula orang asing, yakni lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea, dan terdapat juga warga Australia, Argentina, Prancis, dan Irlandia.Â
Â
Advertisement