Liputan6.com, Yogyakarta - Gunung Merapi mengeluarkan mulai awan panas guguran pada Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng. Ini bukan kali pertama ikon Yogyakarta tersebut memuntahkan kandungan di dalamnya.
Dalam dunia vulkanologi, gunung berapi terdiri dari tiga macam bentuk, berdasarkan ciri-ciri yang mereka miliki masing-masing.
Advertisement
Dikutip dari laman m-edukasi.kemdikbud.go.id, Selasa (14/3/2023) berikut tiga macam bentuk gunung api, yaitu:
Advertisement
1. Gunung Api Strato
Bentuk gunung api ini adalah berbentuk kerucut.
Gunung api strato memiliki ciri-ciri:
- Terbentuk akibat erupsi yang berganti-ganti antara efusif dan eksplosif, sehingga memperlihatkan batuan beku yang berlapis-lapis pada dinding kawahnya
- Mengalami letusan yang berkali-kali, dengan dapur magma yang dalam dan viskositas serta kekentalan magma tinggi
Contohnya: Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu atau secara umum sebagian besar gunung api di Indonesia memiliki bentuk strato atau kerucut.
2. Gunung Api Maar
Bentuk gunung api ini memiliki ciri-ciri:
- Gunung api ini terbentuk karena ada letusan besar yang membentuk lubang besar atau eksplosif pada puncak yang disebut kawah.
- Bentuk gunung api ini, sekali meletus dengan eksplosif, maka menjadi gunung api yang mati
- Memiliki dapur magma yang dangkal dengan tekanan yang tinggi
- Gunung api ini memiliki corong.
Contohnya Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah
3. Gunung Api Perisai
Gunung api perisasi atau sering diekanl dengan gunung api tameng, memiliki ciri-ciri:
- Gunung api ini terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah hampir tanpa letusan atau letusan efusif.
- Dapur magma dangkal dengan magma yang sangat cair
- Lereng yang terbentuk menjadi sangat landai.
Contohnya Maona Loa, Mona Kea di Kep Hawaii, Amerika Serikat.
Erupsi Gunung Merapi Jadi Sorotan Media Amerika Serikat hingga India
Erupsi Gunung Merapi pada Sabtu kemarin tak hanya menjadi sorotan media dalam negeri tapi juga luar negeri. Seperti The Business Standard yang menuliskan bahwa gunung memuntahkan awan panas hingga tujuh kilometer.
"Gunung berapi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia itu meletus sekitar pukul 12 siang waktu setempat dan aliran lahar sepanjang 1,5 km juga terpantau," tulis tbsnews.net dalam artikel berjudul Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud.
"Merapi setinggi 2.963 meter adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia dan sudah berada di tingkat siaga tertinggi kedua di Indonesia."
Media lain yang juga menyoroti erupsi tersebut adalah Tuscon.com asal Amerika Serikat.
Di artikel bertajuk Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud, media itu menampilkan cuplikan video yang diambil warga lokal saat detik-detik erupsi terjadi.
"Merapi adalah gunung berapi yang paling aktif dari lebih dari 120 gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini meletus pada Sabtu dan melepaskan campuran batu, lahar, dan gas yang keluar sejauh 7,8 kilometer menuruni lerengnya."
Media Arab Saudi bernama Zawya.com juga ikut menyoroti erupsi tersebut: Warga di komunitas terdekat telah diperingatkan untuk menghentikan aktivitas apa pun di zona bahaya, yang berjarak antara radius tiga hingga tujuh kilometer dari kawah, tulis media ini dalam artikelnya berjudul Indonesia's Merapi volcano erupts, spews hot cloud.
Advertisement
Ada Potensi Bahaya di Sisi Barat Laut
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkap adanya potensi bahaya di sisi barat laut Gunung Merapi.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso saat konferensi pers secara virtual diikuti di Yogyakarta, Minggu, mengatakan potensi bahaya tersebut selain yang bersumber dari kubah lava tengah dan kubah lava sisi barat daya Merapi yang hingga kini terus mengalami pertumbuhan.
"Ada potensi bahaya yang lain di mana pada sektor barat laut (Gunung Merapi) ini terjadi pergerakan, terjadi inflasi sehingga ini juga tetap kita ingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan," kata Agus.
Menurut dia, ada deformasi atau perubahan bentuk pada permukaan tubuh gunung di sisi barat laut Merapi yang terpantau selama dua tahun terakhir.
Sebelumnya, deformasi hanya terjadi pada lokasi dua kubah lava gunung api aktif itu yakni di tengah kawah dan sisi barat daya.
"Ini sesuatu yang unik, selain unik juga berpotensi bahaya sehingga perlu kami sampaikan," ujar dia.
Agus menjelaskan laju deformasi pada sisi barat laut Merapi sebesar lebih dari 15 meter dalam kurun waktu dua tahun.
Perkembangan itu cukup besar jika dibandingkan deformasi saat menjelang erupsi Merapi pada 2006 dan 2010 yang kurang dari 4 meter, meski kala itu terjadi dalam tempo yang cepat.
"Besarnya (deformasi) 15 meter ini yang menjadi perhatian kami. Kami khawatir bahwa tebing dari puncak sebelah barat laut ini menjadi tidak stabil dan longsor," ujar dia.
BPPTKG terus memantau kondisi tebing beserta laju deformasi sisi barat laut gunung api itu secara intensif.
"Untuk saat ini masih stabil kondisinya dan kecepatan dari deformasi juga relatif rendah, namun ini perlu kami sampaikan agar masyarakat tetap bersiap siaga," kata Agus Budi.
Puluhan Guguran Awan Panas dari Merapi
Gunung Merapi mengeluarkan rentetan awan panas guguran sejauh maksimal 4 km ke barat daya, yaitu ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak mulai Sabtu (11/3) siang hingga petang dan masih berlanjut hingga Minggu (12/3).
Berdasarkan pantauan BPPTKG hingga Minggu pukul 15.30 WIB tercatat total sebanyak 54 awan panas guguran telah keluar dari Gunung Merapi.
Rentetan awan panas guguran itu terjadi akibat longsoran kubah lava barat daya Gunung Merapi.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Level III atau Siaga.
Untuk mengantisipasi potensi bahaya erupsi Gunung Merapi, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).
Advertisement